Beranda / Rumah Tangga / Mantan Jadi Tetangga / 25. Hidup Adalah Momentum

Share

25. Hidup Adalah Momentum

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-24 22:20:41
Dastan menatap layar ponselnya, dan sticker kucing pertama pun ia kirim.

Seekor anak kucing gembul yang menunduk sambil memegang papan bertuliskan "SORRY"

Pesan itu pun terkirim, tapi ternyata tidak dibaca oleh Marvella setelah ia menunggu selama dua menit.

Perut Dastan langsung mulas saat itu juga. Apa Marvella sedang sibuk? Atau... menghindar?

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia kirim stiker lagi yang kedua, kali ini sticker kucing berkacamata renang yang melambai sambil bawa pelampung bertuliskan, “MAAFIN AKU,PLIS”.

Tapi lima menit kemudian, tetap saja tidak dibaca.

“Sabar… sabar… sepertinya dia lagi pura-pura cuek.” Dastan berguman

Lalu ia pun memutuskan untuk mengirim sticker ketiga.

Yaitu kucing kecil terguling di lantai sambil menulis, “jangan marah ya…” dengan tatapan sekarat yang imut.

Dan... masih belum juga dibaca!

Dastan mendadak bangkit dari kursinya dengan wajah frustasi. “Astaga, Vel, kamu sengaja mau membunuh mentalku apa gimana, ya?” Cetusn
Black Aurora

Maap cuma bisa 1 bab, masih ngurusin anak sakit 🙏 semoga buku ini bisa menghibur, dan semoga kita semua sehat dan bahagia 🩷

| 10
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
srinthil
suka lho sama ceritanya, lain daripada yang lain, menghibur diriku yang emang butuh hiburan,,, selamat berjuang dastan,,hahhahhaaaa, untuk yang sakit semoga lekas sembuh ya,, untuk kakak author sabar ya,,jaga kesehatan juga ,...️...️
goodnovel comment avatar
Alfiah Ummi Hani
wkwkwjw....pengen ngakak tp gmana ya...rasa2nya mau d timbun aja sama tanah wajahmu dastan..dastan..makin ngamuklah vella
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mantan Jadi Tetangga    73. Arena Adu Dua Pria

    Malam harinya di hari yang sama, Reno tiba-tiba saja datang lagi dengan membawa mainan baru, dengan alasan, “kebetulan ada rapat di dekat sini.” Kenzo tentu saja senang sekali. Anak itu belum cukup besar untuk membaca ambiguitas orang dewasa. Yang ia tahu, ayahnya hadir. Dan itu cukup.Di sisi lain, Marvella mulai gelisah. Reno terlalu perhatian, tapi bukan jenis perhatian yang hangat. Lebih mirip sebuah klaim. “Besok pagi biar aku saja yang antar Kenzo ke sekolah,” ucap Reno, tanpa bertanya lebih dulu. Marvella mengernyit samar. “Biasanya Kenzo diantar sama Dastan.” Reno menoleh dan alisnya terangkat tipis. “Oh?” Nada satu suku kata itu terdengar ringan, tapi ada sesuatu di baliknya. Seperti sebuah catatan yang akan disimpan rapi. “Oooh...,” ulangnya lagi, kali ini disertai dengan senyum kecil. “OM DASTAN, ya?” Marvella memilih diam tidak menjawab, sementara Dastan yang saat itu sedang menyiapkan minuman di dapur mendengar jelas percakapan mereka. Ia segera keluar den

  • Mantan Jadi Tetangga    72. Selalu Ada

    Saat Marvella hendak meletakkan ponselnya setelah chat dengan Dastan, tiba-tiba saja layarnya kembali menyala, berdenting pelan, pertanda ada pesan baru. Semula Marvella mengira itu pesan yang datang dari Dastan lagi, namun ternyata ia salah. Pesan itu datang dari... Reno, yang awalnya hanya berupa pesan singkat. Reno : (Kenzo sudah di sekolah?) Reno : (Aku kebetulan lewat di daerah rumahmu. Boleh mampir sebentar?) Sambil menghela napas, Marvella akhirnya hanya menjawab seperlunya. Singkat, aman dan netral, meskipun ia ingin marah karena terakhir kalinya mereka bertemu, Reno mengatakan akan membawa Kenzo pergi. Marvella : (Kenzo masih di sekolah) Beberapa detik kemudian, ia pun menambahkan satu pesan lagi. Marvella : (Maaf, sekarang aku lagi ada urusan di rumah. Mungkin lain kali) Tapi Reno tidak berhenti di situ. Beberapa menit setelah percakapan itu berakhir, Marvella yang sedang menyiram tanaman di halaman depan tiba-tiba mendengar suara mobil berhenti tepat d

  • Mantan Jadi Tetangga    71. Salah Fokus

    Sekitar pukul sebelas siang, Dastan akhirnya benar-benar berangkat ke kantornya. Tanpa ada drama, tidak ada ciuman perpisahan yang berlebihan, juga tidak ada kalimat klise. Ia hanya memegang kunci mobil dan menatap Marvella, lalu berkata, “Aku pergi. Jangan lupa makan yang benar.” Sesederhana itu. Dan justru karena itu, Marvella berdiri terlalu lama di dekat pintu setelah suara mesin mobil mewah Dastan menghilang di ujung jalan. Kemudian hanya ada keheningan. Kesunyian yang terasa... aneh. Yang ia inginkan adalah ruang. Ia ingin bernapas. Ia ingin jarak. Tapi ketika Dastan benar-benar memberikannya dengan cara yang dewasa dan tidak menuntut, Marvella malah merasa seperti seseorang yang telah salah mengajukan permintaan. 'Kenapa rasanya jadi begini?' batinnya. Ia menghela napas, lalu menepuk pelan kedua pipinya. “Oke. Fokus, Marvella. Ini justru bagus. Ini yang sehat.” Namun lima menit kemudian, ia masih berdiri di ruang tamu seraya menatap sofa kosong, seolah Dast

  • Mantan Jadi Tetangga    70. Batas yang Tak Lagi Tegas

    Marvella mulai sadar ada yang berubah sejak pagi itu. Bukan perubahan besar yang langsung terasa mencolok, melainkan hal-hal kecil yang terlalu konsisten untuk diabaikan. Cara Dastan duduk sedikit lebih jauh di sofa. Cara ia tidak lagi sembarangan merangkul pinggang Marvella saat lewat di dapur. Cara ia selalu berhenti setengah detik seolah bertanya tanpa suara, sebelum menyentuh apa pun yang berkaitan dengannya. Dan anehnya, justru itu yang membuat Marvella semakin gelisah. Biasanya, Dastan adalah tipe pria yang… hadir secara fisik. Terlalu hadir, malah. Bahu lebar yang sering jadi sandaran tanpa izin, tangan besar yang entah bagaimana selalu menemukan jalannya ke punggung, lengan, pinggang Marvella, dan tatapan manik gelapnya yang terlalu jujur soal apa pun yang ia inginkan. Sekarang? Pria itu malah seperti sedang menarik rem. Dan sejujurnya, Marvella tidak tahu harus merasa lega atau tersinggung. Pagi itu setelah Kenzo berangkat sekolah, Dastan mengatakan bahwa

  • Mantan Jadi Tetangga    69. Masih Butuh Waktu

    Pagi harinya, Marvella terbangun lebih dulu. Kesadarannya pun mulai muncul dengan perlahan, diiringi olehcahaya pagi yang menyusup dari sela sela gorden. Selama beberapa detik ia hanya diam, menatap langit-langit kamar sambil mencoba mengingat… di mana ia berada, dan kenapa ranjang terasa lebih sempit dari biasanya. Lalu ia menoleh, baru teringat jika Dastan tidur di sampingnya. Rambut gelap dan tebal pria itu sedikit berantakan, satu tangan memeluk pinggang Marvella, dan hal yang paling mencolok adalah plester besar yang menempel di pelipisnya. Wajahnya terlihat damai, sangat kontras dengan kejadian dramatis dini hari tadi. Marvella menelan ludah. Perasaan bersalah kembali menyusup. Ia yang memukul, terus panik, dan pada akhirnya menyerah. Namun di balik rasa bersalah itu, ada secercah kehangatan yang tak akan bisa ia sangkal. Hangat karena untuk beberapa hari belakangan ini, ia tidak terbangun dalam kesendirian lagi. Tapi… ada juga rasa takut, karena batas yang se

  • Mantan Jadi Tetangga    68. Rumah Yang Hangat

    Dastan akhirnya kembali ke rumahnya sendiri. Rumah yang dulu selalu ia banggakan sebagai simbol kemandirian dan kekayaan itu kini terasa… aneh. Terlalu luas. Terlalu sunyi. Terlalu rapi dan dingin. Oreo langsung berlari masuk, lalu berhenti di tengah ruang tamu, memutar badan, dan duduk. Anjing itu menatap sekeliling seolah bertanya, "Kok sepi? Mana rumah rame tadi?" “Ya, Bro,” guman Dastan sambil melepas sepatu. “Ini rumah kita.” Dulu, keheningan seperti ini adalah kemewahan baginya. Tidak ada suara. Tidak ada tuntutan. Tidak ada drama. Hanya ia dan Oreo, dua makhluk yang sama-sama malas bersosialisasi. Tapi malam ini, keheningan ini terasa salah. Dastan akhirnya baru menyadari betapa rumahnya tampak tidak terurus. Debu mulai menempel di meja marmer mahal yang biasanya ia lap sendiri setiap dua hari sekali. Tanaman hias di sudut ruangan tampak layu. Dari jendela kaca besar, ia bisa melihat rumput halaman yang sudah tumbuh lebih tinggi dari seharusnya. Lalu i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status