Share

18. Peringatan

Author: Difanah
last update Last Updated: 2025-07-14 14:39:51

Langit mulai meredup saat pintu kaca butik terbuka. Angin sore menyambut langkah dua perempuan yang melangkah keluar dengan aura mencuri perhatian.

Aluna berjalan lebih dulu dengan anggun, mengenakan gaun merah menyala yang kini tampak lebih sopan berkat syal satin berwarna senada yang terlilit elegan di leher jenjangnya, menutupi bagian dada yang sebelumnya terbuka lebar.

Di sampingnya, Kirana tampak tak kalah mempesona. Gaun hitamnya yang berpotongan simpel tapi berkelas, memeluk tubuh rampingnya dengan sempurna.

Sinar lampu jalan memantul di permukaan bahan halus gaun itu, membuatnya terlihat seperti bintang malam yang bersinar tenang.

Reyhan yang menunggu di dekat mobil langsung menoleh. Tatapannya tertuju pada Aluna, dan untuk sesaat, ia bisa bernapas lebih lega.

Gaun merah itu tetap mencolok, tetap berani… tapi kini dengan nuansa elegan yang lebih sopan. Sebagian kecil dari dirinya akhirnya bisa tenang, melihat bagian yang sempat membuat hatinya tidak karuan, kini tertutup syal.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   19. Cemburu

    Keheningan menyelimuti ruangan setelah insiden minuman. Lampu kristal kembali berpendar, dan suara petugas keamanan menggantikan deru musik.Semua mata tertuju pada podium yang dipenuhi cahaya sorot. Di balik gemerlap lampu, Aluna berdiri tegap, tangan terkepal di samping gaun merahnya yang memukau. Ia menarik napas dalam, lalu melangkah ke depan, memanggil perhatian seluruh tamu.Aluna mengangkat tangan, menenangkan suasana. “Selamat malam. Terima kasih atas kesabaran dan perhatiannya.”Ia menatap satu per satu wajah para undangan, para eksekutif, mitra bisnis, juga para pesaing yang hinggap di barisan tamu. Suara Aluna bergema mantap.“Malam ini bukan sekadar perayaan jabatan baru. Ini adalah panggung pertama saya sebagai Direktur Operasional Wiratama Group. Dan saya datang bukan untuk bermain aman.”Mereka terdiam. Suasana tiba-tiba begitu hening, sebelum ia menekankan kalimat berikutnya.“Beberapa tahun terakhir, perusahaan ini berkembang pesat berkat visi inovasi dan keberanian

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   18. Peringatan

    Langit mulai meredup saat pintu kaca butik terbuka. Angin sore menyambut langkah dua perempuan yang melangkah keluar dengan aura mencuri perhatian.Aluna berjalan lebih dulu dengan anggun, mengenakan gaun merah menyala yang kini tampak lebih sopan berkat syal satin berwarna senada yang terlilit elegan di leher jenjangnya, menutupi bagian dada yang sebelumnya terbuka lebar.Di sampingnya, Kirana tampak tak kalah mempesona. Gaun hitamnya yang berpotongan simpel tapi berkelas, memeluk tubuh rampingnya dengan sempurna.Sinar lampu jalan memantul di permukaan bahan halus gaun itu, membuatnya terlihat seperti bintang malam yang bersinar tenang.Reyhan yang menunggu di dekat mobil langsung menoleh. Tatapannya tertuju pada Aluna, dan untuk sesaat, ia bisa bernapas lebih lega.Gaun merah itu tetap mencolok, tetap berani… tapi kini dengan nuansa elegan yang lebih sopan. Sebagian kecil dari dirinya akhirnya bisa tenang, melihat bagian yang sempat membuat hatinya tidak karuan, kini tertutup syal.

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   17. Mulai Terusik

    Aluna memandangi jendela dengan tatapan kosong, sementara Reyhan fokus memegang kemudi, matanya sesekali berpindah dari spion ke jalan.Namun tiba-tiba, di antara keheningan dan suara lalu lintas di kejauhan, Aluna bersuara pelan, tapi cukup jelas untuk membuat Reyhan sedikit menoleh sebelum kembali menatap jalan."Kenapa… kamu mengganti namamu jadi Reyhan?" tanya Aluna tiba-tiba. Ia menatap Reyhan dari kaca spion dasboard dengan tatapan penuh tanya."Maksudku, kenapa Axel harus jadi Reyhan?" jelasnya lagi.Reyhan menarik napas dalam, menggenggam kemudi lebih erat sebelum menjawab. Ia tahu ini pembicaraan pribadi. Reyhan memutuskan untuk tak menggunakan bahasa formal."Aku tidak pernah mengganti nama..." ia berhenti sejenak, lalu menambahkan pelan. “Nama lengkapku dari dulu Reyhan Axel Pratama. Aku cuma… memilih untuk ninggalin nama panggilanku dulu."Alis Aluna bertaut penuh rasa ingin tahu, “Kenapa harus ninggalin? Semua orang dulu kenalnya kamu itu Axel…""Karena Axel itu nama yang

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   16. Merayakan

    Tepat jam setengah 4 sore. Bunyi klik yang halus dari pintu besar ruang rapat membuat Reyhan dan Kirana serempak menoleh. Udara di koridor seakan ikut menegang saat daun pintu terbuka perlahan.Satu per satu para pemegang saham keluar dari ruangan dengan raut wajah serius, sebagian mengangguk kecil pada staf yang berdiri di luar, sisanya langsung melangkah cepat ke lift eksekutif tanpa berkata-kata.Mereka tampak elegan dalam setelan jas dan gaun formal, membawa aura kekuasaan dan keputusan besar yang baru saja diambil.Reyhan berdiri dari duduknya. Kirana refleks merapikan blouse-nya. Keduanya menatap ke arah pintu yang masih terbuka, berharap sosok yang mereka tunggu segera muncul.Dan akhirnya, dari balik pintu, Aluna muncul.Wajahnya sedikit pucat, tapi senyum merekah dengan tulus di bibirnya. Tangannya mendorong kursi roda sang Kakek, yang duduk tenang dengan sorot mata penuh bangga.Di belakang mereka, Pak Yono berjalan sambil membawa map rapat, dan dua petugas medis ikut menyer

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   15. Rapat Pemegang Saham

    Pintu lift di depan Aluna terbuka pelan, langsung menghadap lorong berkarpet tebal dengan lampu-lampu gantung bergaya klasik.Di ujung lorong, sebuah pintu besar dari kayu jati terbuka sebagian. Dari sana, suara diskusi ringan terdengar, para pemegang saham tengah menunggu.Langkah Aluna tanpa keraguan. Setelan biru muda dan biru tua yang dikenakannya membuatnya terlihat anggun dan profesional, meski wajahnya masih menyimpan jejak ketegangan.Seorang staf berdiri di dekat pintu masuk, tangannya membawa sebuah tablet dengan layar yang menampilkan profil Aluna. Begitu melihat sosok yang ada di layar tabletnya, ia segera membuka pintu besar itu."Selamat siang, Nona. Silakan masuk. Semua sudah berkumpul."Aluna menganggukkan kepalanya pelan. “Selamat siang.”Beberapa pasang mata menoleh saat Aluna masuk. Para pria dan wanita paruh baya berpakaian rapi itu berhenti bicara, beberapa di antara mereka mengangguk ramah, sementara lainnya hanya menatap tanpa ekspresi.Saat melihat di ujung mej

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   14. Jadwal Berubah

    Pagi datang dengan sunyi yang lembut. Udara masih dingin, dan langit di luar jendela menggantungkan awan-awan kelabu. Tak ada sinar matahari yang menyapa pagi ini, hanya cahaya samar yang menyusup dari sela tirai kamar Aluna.Perlahan, Aluna membuka matanya. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk benar-benar tersadar dari tidurnya yang sempat gelisah.Ia bangkit perlahan dari ranjang, menarik selimut dari tubuhnya, dan berjalan ke arah jendela. Dengan gerakan tenang, dia membuka gorden dan kemudian membuka jendela lebar-lebar.Angin pagi langsung menyapa wajahnya. Dingin. Menyegarkan. Tapi tak cukup untuk mengusir keheningan di hatinya.Langit mendung seperti mencerminkan pikirannya yang berat. Ia menatap langit itu lama… seakan mencari jawab atas segala yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.Pikirannya kembali pada malam sebelumnya.Percakapan di restoran. Tatapan mata Reyhan. Penjelasan yang selama ini ia tunggu, dan akhirnya datang juga.Tentang kesalahpahaman, tentang permainan y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status