Aruna pikir, pertemuannya kembali dengan Raditya hanya sebatas kebetulan. Tapi ternyata, lamban laun Aruna justru merindukan kehadiran laki-laki itu didekatnya. Lalu bagaimana dengan mantan suaminya yang juga ikut datang kembali ke kehidupannya yang sudah lebih baik sekarang? Bagaimana Aruna akan melanjutkan hidupnya setelah ini? Dan kepada siapa hatinya akan memilih? ***
View More"Terimakasih. Silahkan datang kembali."
"Aruna?"
"Maaf?"
"Aruna, kan?"
"..."
"Ingat dengan saya? Kita pernah di kelas yang sama saat SMA dulu."
"..."
"Seingatku, kamu pernah menolak saat ku minta menjadi kekasihku. Alasannya, kamu bilang sedang ingin fokus belajar. Tapi dua hari kemudian, kamu justru pacaran dengan teman futsalku. Ingat?"
"Err.. R-Raditya?"
"Betul."
"Aku ingat. Tapi maaf, aku sedang bekerja sekarang. Jadi, bisa tolong kamu pergi karena aku perlu melayani pembeli yang lain?"
"Aku mengerti. Bisa bicara lagi nanti? Sebagai dua orang teman yang kembali bertemu, aku merasa perlu menanyakan beberapa hal ke kamu. Mungkin bertanya soal kabar, juga soal ajakan yang sama seperti yang terjadi beberapa tahun lalu."
"..."
"Boleh?"
****Aruna meletakan ponselnya setelah memutuskan telepon dari Raditya tadi. Ini ketiga kalinya Raditya menghubunginya pagi ini dan maksud dari teleponnya tadi hanya untuk mengabarkan kalau laki-laki itu sudah selesai menghabiskan sarapannya.Aruna menggeleng tanpa sadar, merasa tidak percaya dengan dirinya sendiri yang benar-benar mengikuti pesan yang diberikan Tiwi padanya."Kuperhatikan, kamu lebih sering menghubungi Raditya belakangan ini. Kalian juga terlihat semakin sering bersama akhir-akhir ini, kan?"Aruna melirik ke arah Nisa yang sedang memberikan tatapan curiga kepadanya. Ia berdeham pelan. "Ralat, Raditya yang sering menghubungiku. Dan aku nggak merasa semakin dekat dengannya karena kurasa ini masih sama seperti yang biasa."
"Dara? Kenapa nggak bilang kalau kamu akan datang ke rumah sekarang? Dan .. Kamu bertemu dengan suamiku?"Aruna berkedip lambat ketika melihat Dara berjalan mendekat ke arah Dipta. Perempuan itu berhenti tepat di sebelah Dipta, sama sekali tidak terlihat kalau ia akan menjawab pertanyaan yang baru saja di berikan Aruna padanya.Aruna masih diam. Tetap berdiri di depan kedua orang itu dengan raut bingung yang terlihat samar di kedua matanya. Tapi perlahan, jantungnya mulai berdegup cepat. Terlebih ketika pelan-pelan, tangan Dipta bergerak meraih tangan Dara.Suaminya menggenggam tangan sahabatnya sendiri di depan kedua mata Aruna."Aruna .. Mulai sekarang, mungkin kamu akan lebih sering melihat Dara dirumah ini."Karena dia seorang teman, kan? Aruna tahu, Dara bisa bebas datang ke rumahnya karena mereka juga su
Dara mengerjap beberapa kali sebelum benar-benar berhasil membuka kedua matanya. Pandangan perempuan itu segera tertuju ke arah laki-laki yang berbaring nyaman di sebelahnya. Dipta. Kedua mata Dipta masih terpejam, terlihat damai dalam tidurnya. Mau tidak mau, Dara tersenyum memperhatikan wajah laki-laki itu. Memang selalu menjadi hal kesukaannya, memperhatikan Dipta yang terlelap. Dara menarik selimut, menarik benda itu semakin merapat ke tubuh polosnya lalu sedikit bergerak untuk mencari posisi nyaman. Tapi sepertinya gerakannya yang pelanpun mampu membuat Dipta terganggu. Karena tepat setelah itu, kedua mata Dipta mulai terbuka. "Jam berapa sekarang?" tanya Dipta dengan suara serak yang terdengar seksi ditelinga Dara. "Masih jam empat." "Masih jam empat dan kamu sudah bangun?" Dipta mengerutkan dahinya, menatap Dara dengan heran. "Aku haus." Dara
"Kamu kelihatan lain hari ini."Aruna berkedip dua kali ketika mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut teman serumahnya. Perempuan itu berdeham pelan sebagai jawaban lalu berpura-pura sibuk membenarkan posisi Adhisty di pangkuannya."Lipstik yang kamu pakai hari ini kelihatan lebih cerah. Atau .. Cuma perasaanku aja?""Iya, cuma perasaan Mbak aja." sahut Aruna cepat lalu menambahkan, "Ini sama dengan yang biasa kupakai, kok."Aruna masih memperhatikan Nisa ketika perempuan itu mengangguk-anggukan kepalanya, seakan mempercayai jawaban yang diberikan Aruna. Dalam hati Aruna berharap, semoga teman serumahnya itu tidak lagi membahas tentang penampilannya yang memang sedikit berbeda pagi ini.Aruna sendiri tidak menemukan alasan yang tepat tentang keinginannya untuk berdandan pagi ini. Memang benar yang dikatakan Nisa, warna lipstiknya pagi ini memang beda dengan yang biasa dipakai Aruna. Dan lagi, Aruna membiarkan rambut panjangnya terurai al
"Kapan kamu mengenalkan calon istri kamu pada Mama?""Mas Raditya mana mungkin memiliki calon istri? Yang ada dikepalanya setiap hari hanya pekerjaan.""Dulu kamu juga menolak ketika Mama jodohkan. Padahal perempuan pilihan Mama itu sudah sangat cantik, Mama juga mengenal keluarganya dengan sangat baik.""Mas Raditya nggak tertarik dengan yang cantik, Ma. Mungkin seleranya justru laki-laki tampan yang sering datang ke gym.""Karina, kamu tuh. Mama sedang bicara dengan kakak kamu tapi selalu kamu yang menyahut."Adik perempuan Raditya itu hanya tertawa menanggapi omelan sang Mama sementara Raditya justru membuang napas panjang sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.Diusianya yang memang sudah seharusnya berkeluarga, Raditya memang masih tinggal bersama keluarganya. Selain karena saat ini dirinya adalah pengganti sang Papa, Raditya juga tidak tega membiarkan sang Mama mengurus adik perempuannya yang manja itu seorang diri.Tapi Raditya j
Nisa baru saja tiba dirumah dan menyadari ketegangan yang terjadi didepan tempat tinggalnya itu. Terlihat Aruna yang sedang berdiri didepan seorang laki-laki asing yang baru kali ini dilihat perempuan itu. Dan ketika Nisa sedikit melongokan kepalanya kedalam, perempuan itu lebih terkejut lagi ketika mendapati tubuh tinggi Raditya sedang berdiri tidak jauh dibelakang sambil memandang ke arah Aruna.Nisa belum sempat mengatakan salam apapun ketika suara Raditya terdengar, memecah keheningan. "Sepertinya kamu kedatangan tamu lain. Aku pamit pulang dulu kalau begitu."Aruna terlihat mengalihkan pandangan dari laki-laki yang berdiri dipintu, balas menatap Raditya. "Terimakasih buat cemilannya, Adhisty pasti menyukainya."Nisa tidak mendengar Raditya mengatakan apapun untuk menjawab, hanya anggukan kepala pelan yang diberikan laki-laki itu sebagai jawaban atas ucapan Aruna.Raditya terlihat lain dari yang kemarin Nisa lihat. Karena ketika laki-laki itu lewat di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments