Beranda / Romansa / Marrying The Mute Girl / 8. Hash Brown & Sorry

Share

8. Hash Brown & Sorry

Penulis: Daes Eag
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-24 20:19:19

Keadaan rumah agak gelap saat Tiana tiba. Ini baru jam delapan malam, apa Noah sudah tidur? Atau pria itu sedang pergi ke luar?

Tiana perlahan melangkah menuju ke ruang tamu, meraba-raba permukaan dinding untuk menemukan posisi saklar yang ia ingat dan begitu lampu berhasil dinyalakan, wanita itu terdiam di posisinya.

Di sana, ia menemukan Noah yang tertidur di sofa. Hal yang tak biasa ia jumpai saat pulang dari kafe. Biasanya, jam segini pria itu sedang sibuk-sibuknya main game bersama dengan teman-temannya yang lain.

Mungkin pria itu agak kelelahan atau kalah dalam game, hanya itu yang Tiana pikirkan. Ia lalu melangkah ke dapur dan meletakkan satu kantung plastik berisi hash brown dan kentang goreng, lalu memindahkannya ke piring.

Ia menelan ludah sejenak menatap hash brown yang seperti tengah menatapnya. Namun, ia menahan diri.

"Aku akan mandi terlebih dulu sebelum memakannya," batin wanita itu, kemudian berlalu. Ia sempat melirik Noah yang masih bergeming di sofa da
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Marrying The Mute Girl   8. Hash Brown & Sorry

    Keadaan rumah agak gelap saat Tiana tiba. Ini baru jam delapan malam, apa Noah sudah tidur? Atau pria itu sedang pergi ke luar? Tiana perlahan melangkah menuju ke ruang tamu, meraba-raba permukaan dinding untuk menemukan posisi saklar yang ia ingat dan begitu lampu berhasil dinyalakan, wanita itu terdiam di posisinya. Di sana, ia menemukan Noah yang tertidur di sofa. Hal yang tak biasa ia jumpai saat pulang dari kafe. Biasanya, jam segini pria itu sedang sibuk-sibuknya main game bersama dengan teman-temannya yang lain. Mungkin pria itu agak kelelahan atau kalah dalam game, hanya itu yang Tiana pikirkan. Ia lalu melangkah ke dapur dan meletakkan satu kantung plastik berisi hash brown dan kentang goreng, lalu memindahkannya ke piring. Ia menelan ludah sejenak menatap hash brown yang seperti tengah menatapnya. Namun, ia menahan diri. "Aku akan mandi terlebih dulu sebelum memakannya," batin wanita itu, kemudian berlalu. Ia sempat melirik Noah yang masih bergeming di sofa da

  • Marrying The Mute Girl   7. Ngidam

    ‘Aku memesan waffle dan juga cokelat panas sebagai permintaan maaf. Kau jadi melewatkan sarapan karena kejadian tadi. Aku akan makan makanan buatanmu sebagai gantinya.’ Mulut Tiana agak terbuka begitu membaca pesan yang dikirimkan sekitar tiga puluh menit lalu dan baru ia buka sekarang. Permintaan maaf? Memakan makanan buatannya? Maksudnya memakan dua piring roti isi ham yang ada di meja makan tadi? Sepertinya, suasana hati Noah sedang cukup baik saat ini sampai pria itu mau repot-repot memesan makanan untuknya. Kunjungan dadakan orang tuanya tadi kini sudah berakhir, tapi kebohongan yang ia dan Noah ciptakan tak akan bisa selamanya bertahan dan harus diakhiri secepatnya juga. Hanya saja, apakah reaksi orang tua Noah akan sama seperti tadi? Atau sesuai yang Tiana bayangkan? Ia mungkin akan benar-benar dimaki nanti. “Kau banyak melamun hari ini, tidak biasanya.” Suara Hans menyapa indra pendengaran Tiana dengan lembut hingga wanita itu tersadar dari lamunannya dan buru-buru memasuk

  • Marrying The Mute Girl   6. Pacar?

    Suara debaran jantung Noah dan Tiana saat ini seakan tengah berusaha memecah keheningan di ruang tamu rumah itu pagi ini. Tiana sama sekali tak sanggup untuk mengangkat wajahnya dan membiarkan tatapan dari kedua orang tua Noah menelanjangi dirinya di sana. Sementara Noah sendiri hanya bisa membuang napas kasar dan mengusap wajahnya sesekali.“Tidak aku sangka kau akan membawa wanita lain secepat ini,” kata sang ayah.Kedua mata Noah dan Tiana memelotot di saat yang sama.“Tidak—bukan begitu! Jangan sebut dia dengan wanita lain, Ayah!” Noah memprotes, meski dirinya tahu kalau ayahnya mungkin akan menendang kepalanya hingga terpental puluhan meter jika ia mengatakan tentang alasan Tiana tinggal di sana. Tentu saja, lebih parah dari sebutan ‘wanita lain’, karena Noah sampai membuat wanita malang itu hamil.Kedua mata Noah beralih pada Tiana yang kini mulai terlihat memberanikan diri untuk bergabung dalam pembicaraan mereka. Meski tangannya agak gemetaran, wanita itu tampak berusaha menul

  • Marrying The Mute Girl   5. Insiden Pakaian Dalam

    Noah berlari menuruni anak tangga dengan tergesa begitu bel terus dibunyikan. Ia membawa kedua kakinya bergerak secepat yang ia bisa ke teras samping rumah di mana baju miliknya dan Tiana dijemur. "Gawat!" Ia mengambil satu per satu pakaian milik Tiana dan menaruhnya dengan asal ke belakang sofa karena di sanalah tempat terdekat yang bisa ia temukan dan terpikirkan olehnya saat itu. "Sebentar!" katanya sambil mengecek seluruh penjuru rumah dengan kedua matanya. Setelah memastikan kalau semuanya aman, Noah segera pergi menuju pintu utama. Ia berdiri sejenak dan merapikan pakaiannya, kemudian membuang napas. Perlahan dibukanya pintu dan kedua orang tuanya masih berada di sana. "Kenapa kau malah menutup pintunya lagi? Kami jadi lama menunggu," kata ayahnya. "Apa mungkin kau tidak suka dengan kedatangan kami?" "Tidak, bukan begitu. Itu, tadi—" Noah menelan ludah, menatap kedua orang tuanya bergantian. "Masih agak berantakan di dalam," imbuhnya seraya tertawa pelan. Padahal dalam

  • Marrying The Mute Girl   4. Tiana dan Si Tua Bangka

    "Kirimkan aku uang." Tiana membuang napasnya kasar dan memilih memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia tak mau bersusah payah mentransfer sejumlah uang pada sosok pria tua brengsek yang selama ini merawatnya, apalagi dengan kondisinya sekarang di mana ia lebih membutuhkan uang dan mulai menabung lebih lagi. Toh sia-sia saja ia mengirimkan uang itu jika hanya berjudi dan mabuk-mabukan. Kelakuan ayah angkatnya sudah membuatnya muak hingga ia memilih untuk meninggalkan rumah kedua orang tua angkatnya dan pergi ke Berlin untuk hidup sendiri apalagi setelah kematian ibu angkatnya karena sakit. "Hey, kau mendengarku tidak?" Suara Noah kembali terdengar, kali ini pria itu mungkin agak kesal karena ia seperti seolah sedang diabaikan. Tiana hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Noah tak terdengar berbicara lagi, sampai beberapa detik setelahnya ia kembali berujar, "Jadi selama ini kau bekerja di kafe itu? Artinya kau sudah beberapa kali melihatku, kan? Berarti kita sudah

  • Marrying The Mute Girl   3. Pertemuan Pertama

    Satu gigitan mendarat di piadina yang beberapa saat lalu disajikan oleh seorang pelayan. Roti pipih yang dibuat dari tepung, air, serta lemak seperti minyak zaitun atau minyak babi. Dibuat tanpa ragi, bisa dipanggang tanpa menggunakan oven. Digulung, diisi dengan sayuran, daging, atau bahkan keju dan isian manis seperti selai cokelat, menyapa lidah milik Noah hingga pria itu terbuai selama beberapa detik. Salah satu menu baru di Hasty Pastry yang saat ini digemari oleh para pelanggan untuk teman mengobrol atau makanan ringan, hingga dipilih untuk menu makan siang bagi beberapa orang. Namun, cita rasa khas dari piadina kali ini hanya bertahan beberapa saat saja bagi Noah apalagi saat fokus pria itu terbagi. Sesekali ia melirik seorang wanita yang sedari tadi berada di belakang meja kasir dan melayani para pelanggan yang melakukan pembayaran. "Kenapa aku bisa tidak menyadarinya dan kenapa dia tak pernah mengatakannya padaku kalau dia bekerja di sini—sejak kapan?" batin Noah. Si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status