Ruyan baru saja kembali dari Paviliun Giok Agung, kediaman ibu suri. Ruyan berada di Paviliun Giok Agung sejak makan siang hingga matahari terbenam.
Saat Ruyan sampai di kediamannya, Ruyan melihat Shengli ada di sini. Shengli sedang duduk di salah satu tempat duduk sambil membaca laporan.
"Yang Mulia," kata Ruyan sambil membungkuk pada Shengli.
"Apa yang kau bicarakan dengan ibuku hingga kau lupa waktu seperti ini?" tanya Shengli.
"Saya diajak untuk berkeliling di kebun beliau," kata Ruyan. Shengli mengangguk setelah mendengar perkataan Ruyan.
"Maaf membuat Anda menunggu, Yang Mulia," kata Ruyan.
"Tak apa. Aku sendiri yang memutuskan untuk menunggumu. Ada yang ingin aku bicarakan padamu," kata Shengli.
"Baiklah, Yang Mulia," kata Ruyan.
Shengli memberi isyarat pada Ruyan untuk duduk di sampingnya. Ruyan yang mengerti isyarat tersebut segera duduk di samping Shengli.
"Aku berencana untuk menyusupkan beberapa wanita ke istana Kerajaan Yunxi. Kalau bisa, aku ingin salah satu dari wanita itu bisa naik ke posisi selir. Bagaimana menurutmu?" kata Shengli.
Ruyan terkejut saat mendengar perkataan Shengli. Ruyan tidak menyangka bahwa Shengli akan membahas hal tersebut dengan Ruyan.
"Proses untuk menjadi selir di Kerajaan Yunxi mungkin tidak sesederhana menjadi selir di sini, Yang Mulia. Terlebih lagi jika selir tersebut dari kalangan bawah," kata Ruyan.
Shengli meletakkan laporan yang dia pegang di atas meja. Shengli memutar posisi tubuhnya untuk menghadap ke arah Ruyan.
"Jelaskan," kata Shengli sambil menatap Ruyan.
"Wanita yang 'ditiduri' oleh raja tidak bisa langsung mendapatkan gelar selir. Wanita tersebut hanya akan mendapatkan gelar sebagai wanita kehormatan raja. Lalu apabila wanita tersebut mengandung anak dari raja, sang raja biasanya akan memberikan perintah pada ratu untuk melakukan upacara pengangkatan selir yang dilakukan oleh ratu," kata Ruyan.
Shengli menunjukkan wajah bingung pada Ruyan. Shengli cukup bingung saat Ruyan mengatakan bahwa yang melakukan upacara pengangkatan selir adalah ratu dan bukan raja.
"Ratu yang melakukannya?" tanya Shengli.
"Ya. Ratu yang melakukan pengangkatan selir," kata Ruyan.
Ruyan mengerti kenapa Shengli sedikit kebingungan. Proses pengangkatan selir di sini dan di Yunxi sangat jauh berbeda.
Kalau di sini, wanita manapun yang ditiduri oleh kaisar, akan langsung diberi gelar sebagai selir tingkat delapan oleh kaisar secara langsung. Selir tingkat delapan adalah selir yang memiliki tingkatan paling rendah di sini.
"Sepertinya akan sedikit rumit jika wanita itu harus mengandung anak raja terlebih dahulu. Wanita itu pasti bisa mengkhianati kita jika semisal wanita itu melibatkan perasaannya dalam perannya," kata Ruyan.
"Bagaimana jika selir dari kalangan bangsawan?" tanya Shengli.
"Wanita dari kalangan bangsawan bisa langsung diangkat sebagai selir jika ada kesepakatan antara raja dan keluarga wanita itu," jawab Ruyan.
Shengli berpikir sejenak. Dia berpikir bahwa dia harus merubah rencananya karena peraturan tentang selir di Kerajaan Yunxi cukup ketat.
"Sebenarnya aku berpikiran untuk merusak jalur perdagangan kalian," kata Shengli.
"Kenapa Anda tidak melakukan itu saja, Yang Mulia?" tanya Ruyan.
"Aku sudah beberapa bulan berada di Yunxi. Terkadang aku merasa kasihan pada rakyat Yunxi. Jika aku merusak perdagangan kalian, apa yang akan mereka makan," kata Shengli.
Ruyan tertegun sejenak saat mendengar perkataan Shengli. Ruyan sama sekali tidak menyangka bahwa Shengli peduli dengan rakyat Kerajaan Yunxi.
"Saya merasa sangat berterima kasih karena Anda telah memikirkan tentang rakyat Kerajaan Yunxi," kata Ruyan.
“Kau tidak perlu berterima kasih,” kata Shengli.
Shengli kembali membaca dokumen yang dia bawa tadi. Sekarang Ruyan merasa diabaikan karena hal tersebut. Ruyan jadi bingung dia ingin melakukan apa sekarang.
“Kenapa kau diam saja?” tanya Shengli.
“Apa Anda memerlukan sesuatu yang lain dari saya, Yang Mulia?” tanya Ruyan.
“Apa kau mengusirku?” tanya Shengli.
“Kenapa Anda mengartikan pertanyaan saya seperti itu?” tanya Ruyan.
“Aku pikir kau mengusirku karena aku mengabaikanmu,” kata Shengli.
Ruyan terdiam sejenak. Ruyan bertanya-tanya apakah Shengli sengaja mengabaikannya untuk melihat reaksinya atau bagaimana.
“Apa kau hanya akan diam saja?” tanya Shengli.
Ruyan semakin bingung dengan pertanyaan Shengli. Tentu saja Ruyan diam saja karena Ruyan merasa bahwa Shengli sedang sibuk. Selain itu, Ruyan merasa bahwa sebaiknya Ruyan tidak perlu mengganggu Shengli.
“Ya,” jawab Ruyan singkat.
“Apa kau tahu kenapa aku ke sini?” tanya Shengli.
“Untuk membahas bagaimana menjatuhkan ayah saya,” kata Ruyan.
“Selain itu?” pancing Shengli.
“Saya tidak tahu,” kata Ruyan.
Shengli menepuk dahinya karena Ruyan yang tidak peka. Sementara itu, Ruyan bertanya-tanya apakah dirinya melakukan kesalahan.
“Ini pertama kalinya ada selir yang mengabaikan aku saat aku berkunjung ketempatnya,” kata Shengli.
“Yang Mulia, saya tidak mengabaikan Anda,” protes Ruyan.
“Apa kau tidak akan menggodaku?” tanya Shengli dengan blak-blakan.
“Bukankah Anda sedang sibuk?” tanya Ruyan balik.
Ini pertama kalinya Shengli mendapatkan perlakuan seperti ini saat mengunjungi seorang selir. Biasanya para selir akan langsung menggoda Shengli secara agresif maupun pasif untuk mendapatkan perhatian Shengli.
Shengli menghela napas sejenak sambil melihat wajah Ruyan. Setelah itu, Shengli menarik Ruyan ke atas pangkuannya. Ruyan terkejut dengan tindakan Shengli yang sangat tiba-tiba itu.
Jantung Ruyan berdegup dengan kencang karena wajah mereka sangat dekat. Shengli mendekatkan wajahnya lebih dekat. Hidung mereka hampir bersentuhan. Namun, Shengli memundurkan wajahnya sambil tertawa saat melihat wajah Ruyan yang memerah.
“Kenapa kau malu-malu seperti itu? Kau sudah tidur denganku berkali-kali selama perjalanan,” tanya Shengli dengan nada menggoda.
“Saya tidak malu,” kata Ruyan.
“Bohong. Wajahmu memerah,” kata Shengli sambil mencubit pipi Ruyan dengan lembut.
Ruyan langsung cemberut saat Shengli mencubit pipinya. Shengli tersenyum saat melihat ekspresi Ruyan yang menurutnya sangat menggemaskan.
“Kau sangat menggemaskan, Kucing Kecil,” kata Shengli dengan nada menggoda.
“Jangan memanggil saya seperti itu, Yang Mulia,” kata Ruyan.
“Kenapa? Bukankah itu adalah nama samaranmu?” kata Shengli.
Nama samaran yang sering digunakan untuk kabur dari istana adalah Mao. Arti dari Mao adalah kucing. Jadi Shengli tidak salah untuk memanggil Ruyan dengan sebutan kucing.
“Itu benar tapi saya merasa aneh jika Anda memanggil saya seperti itu,” kata Ruyan.
“Oh, iya. Aku lupa memberitahumu sesuatu,” kata Shengli. Ruyan terkejut saat Shengli tiba-tiba mengalihkan pembicaraan seperti itu.
“Apa itu, Yang Mulia?” tanya Ruyan.
“Sebentar lagi tahun baru. Kita biasanya merayakan tahun baru bersamaan dengan ulang tahun ibuku,” kata Shengli.
Ruyan langsung berpikir apa yang harus dia berikan pada ibu suri. Ruyan merasa bahwa dia harus menyiapkan sesuatu yang lebih spesial dari biasanya. Terlebih lagi, perayaannya dilakukan secara bersamaan dengan tahun baru. Ruyan yakin bahwa para selir lain pasti akan memamerkan pemberian mereka pada ibu suri. Ruyan merasa bahwa dia tidak boleh kalah dari selir-selir lain agar selir-selir lain tidak meremehkannya.
“Apa yang kau pikirkan? Jangan abaikan aku,” kata Shengli sambil melepas ikatan pakaian Ruyan.
***
Hari ini Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga di kediamannya. Tamu itu adalah Yuyan. Ruyan bertanya-tanya apa maksud kedatangan Yuyan ke tempat ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah dibebaskan?" tanya Ruyan."Sebenarnya aku kabur ...," kata Ruyan sambil memalingkan wajahnya dari Ruyan. Ruyan menatap Yuyan dengan wajah yang datar. "Apa kau belum puas terkena hukuman kemarin?" tanya Ruyan dengan nada sedikit mengancam. Yuyan langsung cemberut lalu berlutut di hadapan Ruyan. "Saya hanya ingin berterima kasih. Tolong jangan hukum saya," kata Yuyan dengan memelas. "Oh? Ternyata kau bisa berbicara dengan lebih sopan," sindir Ruyan. "Tentu saja saya bisa," kata Yuyan. Ruyan menghela napas lalu duduk di tempat duduk terdekat. Sementara itu, Yuyan masih berlutut di atas lantai. "Mau sampai kapan kau seperti itu? Duduklah," kata Ruyan. "Terima kasih Selir Xi," kata Yuyan kegirangan. Yuyan segera duduk di sebelah Ruyan. Yuyan sengaja duduk sangat dekat dengan Ruyan hing
Permaisuri mengirimkan dua peti hadiah berukuran besar pada Ruyan. Hadiah itu diberikan pada Ruyan sebagai tanda terima kasih. Ruyan merasa ini semua terlalu berlebihan. Ruyan membuka salah satu peti yang dikirimkan oleh permaisuri. Ternyata isinya adalah perhiasan. Ruyan membuka peti satunya lagi dan ternyata isinya adalah pakaian. Ruyan mengambil salah satu pakaian yang ada di peti itu lalu melihatnya. Ini adalah pakaian dengan ikatan di dada. Itu artinya, ini adalah pakaian yang bisa Ruyan gunakan selama masa kehamilan. Ruyan berpikir bahwa ternyata permaisuri cukup pengertian. "Oh, dari mana barang-barang itu?" tanya Shengli yang baru saja masuk ke dalam kamar Ruyan. Ruyan berbalik lalu membungkuk pada Shengli. "Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Ruyan. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Shengli. "Ini adalah pemberian Yang Mulia Permaisuri," kata Ruyan. "Ah, sepertinya dia sedang menyindirku," kata Sheng
Ruyan terbangun dari tidur cantiknya karena Ruyan merasa bahwa ada seseorang yang mencolek pipinya. Ruyan membuka matanya dan mencari tahu siapakah itu. Ternyata orang yang membangunkannya adalah Wenyuan. "Apa yang kau lakukan di sini, Pangeran?" tanya Ruyan. "Ayah menyuruh saya untuk datang ke sini dan membangunkan Anda," kata Wenyuan. Ruyan tertawa kecil sambil membayangkan Shengli menyuruh Wenyuan untuk datang ke sini. "Kau tidak perlu berbicara dengan formal padaku," kata Ruyan. Ruyan duduk dari posisi berbaringnya. Setelah itu, Ruyan memberi isyarat pada Wenyuan untuk duduk di sebelahnya di atas tempat tidur. "Apa Yang Mulia Kaisar menitipkan pesan untukku?" tanya Ruyan."Ayah bilang, Selir Xi harus lihat Ibuku," kata Wenyuan. "Sekarang?" tanya Ruyan. Wenyuan mengangguk menanggapi pertanyaan Ruyan. "Baiklah, aku akan ganti baju dulu," kata Ruyan. Ruyan segera memanggil Mei untuk membantunya
"Ada apa dengan Permaisuri?" tanya Shengli pada tabib yang memeriksa permaisuri. Permaisuri terbaring di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat pucat. "Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri hanya terkena demam biasa. Sepertinya Yang Mulia Permaisuri terlalu memaksakan diri untuk tetap bekerja hingga akhirnya pingsan," kata sang tabib."Apa Permaisuri akan baik-baik saja?" tanya Shengli. "Yang Mulia Permaisuri akan baik-baik saja setelah beristirahat. Saya akan membuatkan obat penurun demam," kata sang tabib. "Baiklah, pergilah," kata Shengli. Tabib itu membungkuk pada Shengli lalu segera bergegas untuk pergi. Setelah itu, Shengli memberi isyarat pada semua orang di kamar ini untuk keluar. Ruyan dan yang lainnya membungkuk pada Shengli lalu keluar meninggalkan Shengli dan Wanyin berdua di kamar ini. Begitu Ruyan baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar Wanyin, ada sesosok anak kecil yang menabraknya. Ruyan
Saat ini masih tengah hari. Namun Ruyan sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Akhir-akhir ini Ruyan memang sering tidur tanpa mengenal waktu. Shengli datang ke kediaman Ruyan di Paviliun Embun Pagi. Begitu melihat kedatangan Shengli, Mei langsung menyambutnya."Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Mei sambil membungkuk. "Di mana Selir Xi?" tanya Shengli. "Selir Xi sedang tertidur di dalam kamar," kata Mei. "Tidur? Di tengah hari seperti ini?" kata Shengli tidak percaya. "Iya, Yang Mulia. Akhir-akhir ini Selir Xi banyak tidur," kata Mei. Shengli mengangkat satu alisnya. Shengli penasaran kenapa Ruyan jadi banyak tidur seperti itu. Rasa penasaran Shengli berubah menjadi rasa khawatir. Apakah Ruyan sedang sakit?Shengli bergegas masuk ke dalam kamar Ruyan. Matanya langsung tertuju pada Ruyan yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Shengli duduk di atas tempat tidur Ruyan lalu menggoyangkan bahu Ruyan perlahan untuk membangunkannya. "Ruyan, bangunlah," kata Shengli. Ruyan m
Hari ini, tiba-tiba Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga. Orang itu adalah Selir Tingkat Tiga Meng Qinghe. Ruyan sangat bertanya-tanya kenapa Qinghe datang mengunjunginya.Qinghe membungkuk pada Ruyan dan berkata, "Salam pada Selir Xi.""Bangunlah," kata Ruyan.Qinghe pun kembali berdiri dengan tegak. Ruyan memberi isyarat pada Qinghe untuk duduk hadapannya."Ada perlu apa datang kemari Selir Meng?" tanya Ruyan penasaran."Saya hanya ingin berbincang santai dengan Anda, Selir Xi," kata Qinghe."Oh baiklah," kata Ruyan sambil mengangkat satu alisnya.Qinghe memberi isyarat pada pelayanannya untuk mendekat. Qinghe membuka keranjang yang dibawa pelayannya lalu mengambil isi dari keranjang itu. Ternyata isi dari keranjang itu adalah sepiring kue. Qinghe menyajikan piring itu di atas meja."Selir Meng, apa maksudnya ini?" tanya Ruyan."Saya hanya membawakan camilan untuk An