"Yang Mulia, Ibu Suri telah kembali ke istana dari kampung halaman," kata Mei.
"Sepertinya aku harus memberi salam pada Ibu Suri. Kapan beliau sampai?" tanya Ruyan.
"Ibu suri sampai di istana tadi malam. Para selir lainnya sudah bergantian mengunjungi ibu suri," kata Mei.
Ini pertama kalinya Ruyan akan bertemu dengan ibu suri. Saat Ruyan sampai di istana untuk pertama kalinya, ibu suri belum kembali dari kampung halamannya.
Ruyan merasa dia harus memberi ibu suri sesuatu. Dia tidak bisa datang ke tempat ibu suri tanpa membawa apa-apa. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dia berikan.
"Apa kau tahu apa yang disukai oleh ibu suri?" tanya Ruyan.
"Seingat saya Ibu Suri sangat suka dengan teh," kata Mei.
"Baiklah. Bawakan aku daun rosemari, bunga linden, daun sage, kulit jeruk, dan air panas. Dan juga alat-alat untuk meracik teh," kata Mei.
***
Ruyan berjalan ke Paviliun Giok Agung, paviliun milik Ibu Suri, setelah dia selesai meracik teh. Ruyan berjalan ke paviliun itu bersama dengan Mei yang membawa nampan berisi teh yang sudah diracik oleh Ruyan.
Ruyan berhenti di depan pintu utama paviliun itu dan melapor pada pelayan yang berjaga di sana. Pelayan itu masuk ke dalam untuk memberi tahu ibu suri tentang kedatangan Ruyan. Beberapa saat kemudian pelayan itu kembali dan membiarkan Ruyan dan Mei untuk masuk ke dalam.
Begitu Ruyan masuk ke dalam, Ruyan langsung melihat ada Yuyan di sini. Ruyan yakin pasti akan ada drama lagi kali ini.
Ruyan harus bersujud kepada ibu suri. Namun, kali ini dia sangat tidak ingin melakukannya karena Yuyan duduk di tepat di sebelah ibu suri. Sebenarnya dia tidak mau bersujud di depan Yuyan tapi mau bagaimana lagi?
"Xi Ruyan memberi salam kepada Yang Mulia Ibu Suri. Semoga Yang Mulia Ibu Suri selalu diberkahi kesehatan dan umur yang panjang," kata Ruyan sambil bersujud.
"Bangunlah," kata Ibu Suri Ning Yuhe.
"Terima kasih, Yang Mulia," kata Ruyan. Ruyan segera bangkit berdiri.
Sementara itu, Yuyan melihat Ruyan dengan tatapan sombong. Yuyan merasa punya kuasa di sini karena Yuyan merasa ibu suri menyayanginya.
"Duduklah," kata Yuhe. Ruyan langsung duduk di salah satu tempat duduk yang ada di ruangan ini.
"Yang Mulia, saya membawakan teh yang bisa membuat Yang Mulia merasa lebih tenang. Saya takin Yang Mulia pasti merasa sangat lelah setelah menempuh perjalanan," kata Ruyan.
Ruyan mengambil cangkir berisi teh dari nampan yang dibawa oleh Mei. Ruyan menyerahkan cangkir itu pada Yuhe. Yuhe mengambil cangkir itu lalu menyeruput teh itu. Yuhe langsung tersenyum setelah merasakan teh itu.
"Aku belum pernah merasakan teh ini. Dari mana kau mendapatkan resep ini?" tanya Yuhe.
"Mendiang ibu saya sering membuatkan teh tersebut pada saya saat saya masih kecil," kata Ruyan.
Ruyan merasa senang karena ibu suri menyukai teh yang dia bawa. Terlebih lagi ibu suri meminum teh dari cangkir itu hingga habis.
Sementara itu, Yuyan sangat kesal karena Yuhe menyukai teh buatan Ruyan. Dia merasa bahwa Ruyan kali ini juga merebut perhatian ibu suri darinya.
"Apa kau punya resep racikan teh yang lainnya?" tanya Yuhe penasaran.
"Saya miliki beberapa resep racikan teh dari Kerajaan Yunxi," kata Ruyan.
"Kau harus sering-sering datang ke sini dan membuatkan teh untukku," kata Yuhe. Sebagai penggemar teh, Yuhe pastinya penasaran dengan resep racikan teh dari Kerajaan Yunxi.
"Dengan senang hati, Yang Mulia," kata Ruyan. Ruyan sangat senang saat mendapat respon positif dari Yuhe.
"Yang Mulia, sebaiknya Anda jangan terlalu percaya padanya," kata Yuyan dengan nada kesal.
"Kenapa?" tanya Yuhe.
"Bisa saja wanita itu adalah mata-mata dari Kerajaan Yunxi," kata Yuyan.
Ruyan menghela napas panjang. Dia tahu bahwa drama Yuyan akan segera dimulai sekarang. Ruyan sepertinya sudah bisa menebak mau dibawa ke mana drama Yuyan kali ini.
"Kalau Selir Xi adalah mata-mata, seharusnya Kaisar bisa langsung tahu," kata Yuhe.
"Siapa tahu dia pandai bersandiwara," kata Yuyan.
Ruyan hanya diam saja. Dia sudah malas untuk menanggapi tingkah Yuyan yang tidak akan ada habisnya.
"Kenapa kau diam saja? Kalau kau diam saja, itu artinya perkataanku benar," kata Yuyan sambil berjalan ke arah Ruyan. Yuyan berdiri tempat di depan Ruyan. Yuyan menatap Ruyan seakan-akan sedang menantang Ruyan untuk berkelahi.
"Berhentilah mengganggu Selir Xi, Yuyan. Kau sudah mengganggu Selir Xi selama berbulan-bulan," kata Lianyi, selir agung, sambil masuk ke dalam ruangan ini.
Yuyan merasa sakit hati karena Lianyi malah membela Ruyan. Yuyan pikir seharusnya Lianyi membela dirinya dan bukan selir baru itu. Yuyan menghentakkan kakinya karena merasa sangat kesal dan kecewa.
"Selir He, bukankah sikap Anda itu sangat tidak sopan di hadapan Ibu Suri?" tegur Ruyan.
Sementara itu, Lianyi membungkuk pada Yuhe. Setelah itu Lianyi duduk di sebelah Ruyan.
"Berisik! Kau tidak berhak menasihati aku!" teriak Yuyan.
"Selir He—"
Perkataan Ruyan terhenti karena Yuyan menampar pipi Ruyan dengan keras. Ini sudah kedua kalinya Yuyan menampar Ruyan seperti ini. Yuhe dan Lianyi sama sekali tidak menduga bahwa Yuyan bisa melakukan hal tersebut pada Ruyan, terlebih lagi di hadapan mereka berdua.
"Yuyan," panggil Yuhe dengan tegas.
"Apa?!" Yuyan membentak Yuhe tanpa sadar karena emosinya yang memuncak. Mereka semua yang ada di ruangan ini langsung terdiam. Mereka terkejut karena Yuyan berani membentak ibu suri.
"Sejak kapan ada perempuan liar di harem Kaisar?" tanya Yuhe dengan marah.
Melihat Yuhe marah, Lianyi langsung berlutut di hadapan Yuhe. "Ini salah saya karena tidak bisa mendidik para selir dengan baik," kata Lianyi.
"Selir He, lebih baik And minta maaf pada—"
"Aku tidak sudi," kata Yuyan, memotong perkataan Ruyan. Ruyan hanya bisa menghela napas lagi.
Yuhe semakin marah karena perkataan Yuyan. Yuhe merasa bahwa Yuyan harus benar-benar dihukum dengan benar kali ini atas ketidak sopanannya.
Yuhe memberi isyarat pada para pelayannya untuk membawa Yuyan keluar dari sini. Tentu saja Yuyan tidak terima diseret keluar begitu saja. Yuyan terus memberontak dengan berteriak dan meronta-ronta. Namun, Yuyan kalah jumlah. Akhirnya, Yuyan berhasil dibawa keluar dari ruangan ini dengan paksa.
"Selir Shang," panggil Yuhe.
"Saya di sini, Yang Mulia," kata Lianyi.
"Kurung Selir He selama tiga bulan di paviliunnya dan pastikan bahwa Bibi Rui selalu memberikan pelajaran tata krama padanya setiap hari," kata Yuhe.
"Saya akan melaksanakan perintah," kata Lianyi.
Yuhe menghela napas lalu berkata, "Sepertinya semua orang terlalu memanjakan Yuyan karena dia adalah selir paling muda."
***
Hari ini Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga di kediamannya. Tamu itu adalah Yuyan. Ruyan bertanya-tanya apa maksud kedatangan Yuyan ke tempat ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah dibebaskan?" tanya Ruyan."Sebenarnya aku kabur ...," kata Ruyan sambil memalingkan wajahnya dari Ruyan. Ruyan menatap Yuyan dengan wajah yang datar. "Apa kau belum puas terkena hukuman kemarin?" tanya Ruyan dengan nada sedikit mengancam. Yuyan langsung cemberut lalu berlutut di hadapan Ruyan. "Saya hanya ingin berterima kasih. Tolong jangan hukum saya," kata Yuyan dengan memelas. "Oh? Ternyata kau bisa berbicara dengan lebih sopan," sindir Ruyan. "Tentu saja saya bisa," kata Yuyan. Ruyan menghela napas lalu duduk di tempat duduk terdekat. Sementara itu, Yuyan masih berlutut di atas lantai. "Mau sampai kapan kau seperti itu? Duduklah," kata Ruyan. "Terima kasih Selir Xi," kata Yuyan kegirangan. Yuyan segera duduk di sebelah Ruyan. Yuyan sengaja duduk sangat dekat dengan Ruyan hing
Permaisuri mengirimkan dua peti hadiah berukuran besar pada Ruyan. Hadiah itu diberikan pada Ruyan sebagai tanda terima kasih. Ruyan merasa ini semua terlalu berlebihan. Ruyan membuka salah satu peti yang dikirimkan oleh permaisuri. Ternyata isinya adalah perhiasan. Ruyan membuka peti satunya lagi dan ternyata isinya adalah pakaian. Ruyan mengambil salah satu pakaian yang ada di peti itu lalu melihatnya. Ini adalah pakaian dengan ikatan di dada. Itu artinya, ini adalah pakaian yang bisa Ruyan gunakan selama masa kehamilan. Ruyan berpikir bahwa ternyata permaisuri cukup pengertian. "Oh, dari mana barang-barang itu?" tanya Shengli yang baru saja masuk ke dalam kamar Ruyan. Ruyan berbalik lalu membungkuk pada Shengli. "Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Ruyan. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Shengli. "Ini adalah pemberian Yang Mulia Permaisuri," kata Ruyan. "Ah, sepertinya dia sedang menyindirku," kata Sheng
Ruyan terbangun dari tidur cantiknya karena Ruyan merasa bahwa ada seseorang yang mencolek pipinya. Ruyan membuka matanya dan mencari tahu siapakah itu. Ternyata orang yang membangunkannya adalah Wenyuan. "Apa yang kau lakukan di sini, Pangeran?" tanya Ruyan. "Ayah menyuruh saya untuk datang ke sini dan membangunkan Anda," kata Wenyuan. Ruyan tertawa kecil sambil membayangkan Shengli menyuruh Wenyuan untuk datang ke sini. "Kau tidak perlu berbicara dengan formal padaku," kata Ruyan. Ruyan duduk dari posisi berbaringnya. Setelah itu, Ruyan memberi isyarat pada Wenyuan untuk duduk di sebelahnya di atas tempat tidur. "Apa Yang Mulia Kaisar menitipkan pesan untukku?" tanya Ruyan."Ayah bilang, Selir Xi harus lihat Ibuku," kata Wenyuan. "Sekarang?" tanya Ruyan. Wenyuan mengangguk menanggapi pertanyaan Ruyan. "Baiklah, aku akan ganti baju dulu," kata Ruyan. Ruyan segera memanggil Mei untuk membantunya
"Ada apa dengan Permaisuri?" tanya Shengli pada tabib yang memeriksa permaisuri. Permaisuri terbaring di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat pucat. "Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri hanya terkena demam biasa. Sepertinya Yang Mulia Permaisuri terlalu memaksakan diri untuk tetap bekerja hingga akhirnya pingsan," kata sang tabib."Apa Permaisuri akan baik-baik saja?" tanya Shengli. "Yang Mulia Permaisuri akan baik-baik saja setelah beristirahat. Saya akan membuatkan obat penurun demam," kata sang tabib. "Baiklah, pergilah," kata Shengli. Tabib itu membungkuk pada Shengli lalu segera bergegas untuk pergi. Setelah itu, Shengli memberi isyarat pada semua orang di kamar ini untuk keluar. Ruyan dan yang lainnya membungkuk pada Shengli lalu keluar meninggalkan Shengli dan Wanyin berdua di kamar ini. Begitu Ruyan baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar Wanyin, ada sesosok anak kecil yang menabraknya. Ruyan
Saat ini masih tengah hari. Namun Ruyan sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Akhir-akhir ini Ruyan memang sering tidur tanpa mengenal waktu. Shengli datang ke kediaman Ruyan di Paviliun Embun Pagi. Begitu melihat kedatangan Shengli, Mei langsung menyambutnya."Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Mei sambil membungkuk. "Di mana Selir Xi?" tanya Shengli. "Selir Xi sedang tertidur di dalam kamar," kata Mei. "Tidur? Di tengah hari seperti ini?" kata Shengli tidak percaya. "Iya, Yang Mulia. Akhir-akhir ini Selir Xi banyak tidur," kata Mei. Shengli mengangkat satu alisnya. Shengli penasaran kenapa Ruyan jadi banyak tidur seperti itu. Rasa penasaran Shengli berubah menjadi rasa khawatir. Apakah Ruyan sedang sakit?Shengli bergegas masuk ke dalam kamar Ruyan. Matanya langsung tertuju pada Ruyan yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Shengli duduk di atas tempat tidur Ruyan lalu menggoyangkan bahu Ruyan perlahan untuk membangunkannya. "Ruyan, bangunlah," kata Shengli. Ruyan m
Hari ini, tiba-tiba Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga. Orang itu adalah Selir Tingkat Tiga Meng Qinghe. Ruyan sangat bertanya-tanya kenapa Qinghe datang mengunjunginya.Qinghe membungkuk pada Ruyan dan berkata, "Salam pada Selir Xi.""Bangunlah," kata Ruyan.Qinghe pun kembali berdiri dengan tegak. Ruyan memberi isyarat pada Qinghe untuk duduk hadapannya."Ada perlu apa datang kemari Selir Meng?" tanya Ruyan penasaran."Saya hanya ingin berbincang santai dengan Anda, Selir Xi," kata Qinghe."Oh baiklah," kata Ruyan sambil mengangkat satu alisnya.Qinghe memberi isyarat pada pelayanannya untuk mendekat. Qinghe membuka keranjang yang dibawa pelayannya lalu mengambil isi dari keranjang itu. Ternyata isi dari keranjang itu adalah sepiring kue. Qinghe menyajikan piring itu di atas meja."Selir Meng, apa maksudnya ini?" tanya Ruyan."Saya hanya membawakan camilan untuk An