Amira dan Amar sedang merayakan ulang tahun pernikahan mereka di Bali. Amira ingin memberikan kejutan saat makan malam di restoran. Dia ingin memberitahu pada suaminya kalau dirinya positif hamil. Tapi saat menunggu makanan di sajikan. ponsel Amar berbunyi. Amar pun keluar dari restoran untuk menerima telepon. karena di dalam sinyalnya susah. Amira menunggu suaminya sampai malam. sampai restoran itu tutup. tapi Suaminya tidak kembali lagi. Hingga pagi dan hujan deras. Amira masih tetap menunggu suaminya. Amira merasa kehilangan. Dia terus mencari kabar tentang suaminya. Dan setelah lima tahun lamanya. Amira bertemu kembali dengan sosok yang sangat mirip dengan Amar. Tapi dia suami dari bosnya sendiri. akankah Amira menemukan suaminya kembali?
View More"mas. kita jalan-jalan yuk! Habis itu kita makan malam di restoran pinggir pantai. Gimana?" Ajak Amira pada suaminya.
"Hmmm gimana ya. Oke deh." Jawab Amar suami Amira. Mereka berdua pergi jalan-jalan ke pantai. Sore hari tempat itu sangat ramai. Banyak para turis yang datang untuk melihat sunred. Setelah petang. Mereka berdua mampir ke restoran untuk makan malam. Amira sudah menyiapkan kado kecil untuk suaminya. Sebagai hadiah kejutan di hari jadi mereka. Saat menunggu makanan di sajikan. Amira dan Amar berfoto bersama. Mengabadikan momen berdua di restoran bintang lima. Tiba-tiba ponsel milik Amar berdering. Pria itu segera mengangkatnya. "Halo. Iya pak. Gimana?" Ucap Amar. "Ah sinyalnya jelek. Sebentar ya sayang. Mas keluar dulu nyari sinyal." Ucap Amar lagi. Pria itu pamit keluar untuk mencari sinyal. Karena di dalam sinyalnya tidak bagus. Amira mengizinkan suaminya keluar. Lagian cuma menerima telefon dari bosnya. Sampai makanan yang di pesan sudah datang. Amar masih belum kembali. Tapi Amira masih tetap menunggu dengan sabar. Mungkin mereka sedang membahas masalah kantor. Pikir Amira. "Maaf mas. Saya mau keluar sebentar. Meja saya jangan di beresin dulu ya!" Ucap Amira pada seorang pelayan restoran. "Iya. Baik nyonya." Jawab pelayan itu. Amar mendapatkan hadiah dari kantor tempatnya bekerja. Menginap di hotel dan makan di restoran dengan gratis. Karena semua sudah di tanggung oleh bosnya. Bosnya Amar adalah sahabatnya sendiri. dia memberikan hadiah liburan itu sebagai kado pernikahan mereka. karena saat menikah dulu Amar tidak bisa ambil cuti. Kecuali hari H nya. Amira celingukan melihat ke kanan kiri. Dia juga bertanya pada setiap orang yang lewat. Menanyakan keberadaan suaminya. "Maaf mas. Apa melihat seorang pria sedang tinggi, putih, memakai kaos dan celana warna putih?" Tanya Amira pada seorang yang lewat di depannya. Amira mencoba menelfon suaminya. Tapi nomernya sudah tidak aktif. Sejak tadi wanita itu ingin menghubunginya. Tapi dia tahu kalau tadi yang menelfon adalah bosnya. Jadi tidak berani untuk mengganggunya. Tapi ini sudah sangat lama sekali. Tak biasanya Amar seperti ini. Tak pernah mematikan ponselnya. Apalagi menghilang tidak jelas seperti ini. "Kamu di mana sih mas? Kenapa ponselnya tidak aktif?" Amira bertanya-tanya sendiri. Wanita itu berjalan. Melangkah ke manapun. Mencari keberadaan suaminya. "Loh Amira. Kamu di sini? Amar mana? kok sendirian? Tanya seorang wanita cantik. Amira melihat wanita itu. Ternyata dia adalah Seila. Teman mereka saat masih sekolah dulu. "Tahunih. Tadi katanya nyari sinyal. Tapi sekarang gak tahu dimana." Jawab Amira. "Tunggu saja di dalam. Siapa tahu Amar di sana." Ujar Seila. Mereka berdua masuk ke dalam restoran. Amira kembali ke tempat duduknya lagi. Seila ikut duduk di sampingnya. "Kamu sudah pesan makanan dari tadi?" Tanya Seila. "Iya. Sampai makanan dingin. Jadi tak berselera." Jawab Amira lirih. "Panas atau dingin. kalau aku mah sama saja. yang penting makan." Ucap Seila. "Kalau kamu mau makan saja punyaku ini. belum ku sentuh dari tadi." Tawar Amira. "Enggak ah. ini makanan mahal. Takut gak bisa bayar." Tolak Seila. "Gak perlu bayar. Ini semua sudah di bayar. Kamu tinggal makan saja." Jelas Amira. "Beneran?" Tanya Seila memastikan. Seila menghabiskan semua makanan yang tersedia di meja itu. Wanita itu bisa menghibur Amira sesaat. Sambil menunggu kedatangan suaminya. Tapi setelah Seila pergi dan hari semakin larut. Amar masih belum juga kembali. Amira masih tetap menunggu suaminya di tempat itu. Hingga restoran itu sudah mau tutup. Amira masih setia menunggunya. Sampai mendapat teguran dari pelayanan restoran itu. "Maaf Bu. Restoran sudah mau tutup. Ibu bisa meninggalkan tempat ini sekarang." Ucap pelayan itu dengan sopan. Amira meninggalkan tempat itu. Dia masih tetap menunggu suaminya di depan restoran mewah itu. Hingga pagi menjelang. Wanita itu masih tetap menunggu. ponsel di dalam tas Amira berbunyi. Wanita itu bergegas mengambil dan langsung menerima panggilan itu. Tanpa melihat nomer siapa yang menghubunginya. "Halo mas. Kamu di mana sekarang? Aku menunggumu lama banget." Ucap Amira. "Ini Kak Lisa. Bukan Amar." Jawab Alisa. Kakaknya Amira lewat sambungan telefon. "Oh iya kak. Ada apa?" Tanya Amira. "Kamu cepetan pulang ya! Gak usah nunggu sampai seminggu. Kakak tunggu ya!" Tegas Alisa. "Memangnya ada apa kak?" Tanya Amira penasaran. "pokoknya cepetan pulang! Udah dulu ya. Kakak tunggu!" Ucap Alisa. kemudian sambungan telefonnya terputus. Amira langsung memesan taksi. Mengambil semua barang-barang miliknya di hotel. Kemudian cek out. Wanita itu tidak membawa semua milik suaminya. Membiarkan saja barang itu tetap di kamar hotel. Setelah cek out dari hotel. Amira langsung menuju ke bandara. Beruntung masih ada tiket untuk hari ini. Meskipun harus menunggu tiga jam lagi. Sesaat Amira lupa tentang suaminya. Karena pikirannya tertuju pada kakak dan ibunya di rumah. Ucapan Kakaknya tadi membuat Amira jadi tidak tenang. *** Sampai di rumah. Keadaan tempat itu sepi. Tak ada seorang pun di dalam rumah. Termasuk juga Art yang bekerja di rumah itu. "Assalamualaikum. Kak Lisa, ibu. Aku pulang. Dimana kalian?" panggil Amira. Tak ada sahutan dari siapapun. Amira duduk di sofa ruang tamu. Wanita itu menghubungi kakaknya dan menanyakan keberadaan mereka. "Halo kak. Kakak dimana sekarang? Ibu juga gak ada. Ibu bareng Kak Lisa gak?" Amira memberondong pertanyaan pada kakaknya. "Iya. ibu lagi bareng kakak. Sekarang kamu ke sini ya! Ke rumah sakit tempat Kak Farel bekerja!" perintah Alisa. "Memangnya ada apa sih kak? Kak Lisa mau bikin kejutan ya buat aku?" Tebak Amira. "Kamu datang cepetan ya!" Ucap Alisa lagi. Amira penasaran. Sebenarnya ada apa sih? Apa yang ingin di tunjukkan oleh kakaknya itu. Amira pun kembali memesan taksi kemudian pergi ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit. Amira kembali menghubungi Alisa. Menanyakan keberadaan kakak dan ibunya sekarang. "Halo kak. Aku sudah sampai nih. Kak Lisa dimana?" Tanya Amira. "Kamu langsung ke ruang ICU saja!" Jawab Alisa. Mendengar kata ICU. Perasaan Amira menjadi tidak enak. Siapa yang sedang sakit? Kemarin saat dia pamit pergi ke Bali. Ibu dan kakaknya baik-baik saja. Termasuk juga Farel suami dari Alisa. Sampai di depan ruang ICU. Amira memanggil Alisa yang sedang duduk sendiri sambil menangis. Amira bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? "Kak Lisa?" Panggil Amira. Alisa menoleh. Melihat keberadaan Amira. Wanita itu langsung memeluk erat adiknya. Sambil menangis dan mengatakan bahwa ibu mereka sedang di ruang ICU. "Mira. Ibu kecelakaan. Ibu jadi korban tabrak lari saat pergi ke pasar tadi pagi." Jelas Alisa sambil menangis. Amira ikut menangis. Kedua wanita itu berpelukan saling menguatkan. Mereka sama-sama tidak ingin kehilangan ibu tersayangnya.Ting tong. Bel pintu rumah berbunyi. Narendra dan Nikil sedang duduk di ruang tengah. Sedangkan Savitri dan Amira membantu Art nya memasak di dapur. "Bi. Tolong bukain pintu! Kayaknya ada tamu." Teriak Narendra sambil asik nonton TV. Begitupun juga Nikil. Dia tidak mau bangkit untuk membuka pintu. Karena tidak mau meninggalkan siaran berita tentang politik. Savitri yang mendengar teriakkan suaminya. Wanita itu melarang Mbok Asih. Art nya yang hendak keluar untuk membukakan pintu. Tapi dia malah menyuruh Amira. "Gak usah mbok! Lanjutin saja masaknya. Biar Amira saja yang membukakan pintu." Ucap Savitri pada Mbok Asih. "Iya nyonya." Jawab Mbok Asih. "Mira. Tolong kamu yang bukain pintu! Sekalian. Setelah itu kamu mandi ya! Biar ini semua mama sama Mbok Asih yang kelarin." Titah Savitri pada Amira. "Iya ma." Jawab Amira. Kemudian wanita itu keluar dari dapur dan menuju ke pintu depan. Saat pintu di buka. Seorang pria dan wanita berpenampilan mewah. Mereka berdua membawa
Narendra melihat Amira berada di belakang Nikil. Wanita itu terlihat lebih cantik dari saat pertama kali bertemu waktu itu. Saat sedang hamil dulu. "Kamu?" Tanya Narendra pada Amira. Pria itu lupa dengan nama wanita itu. "Dia Humaira." Jawab Nikil. "Humaira? Bukankah dia asistenmu? Namanya A, Siapa sih aku lupa." Ucap Savitri. "Dia Amira Humaira. Mahasiswi tercantik di kampus tempat Nikil belajar." Ucap Nikil sambil melirik Amira. Amira bingung dengan apa yang di maksud oleh Nikil. Wanita itu tidak merasa dirinya masih sebagai mahasiswi. Dia sudah bekerja dan sudah menikah. Menjadi seorang ibu rumah tangga. "Oh. Jadi ini orangnya. Yang sudah membuat anakku pindah haluan." Ucap Savitri. Membuat Amira makin bingung dengan yang keluarga ini bicarakan. "Maksud tante apa ya?" Amira bertanya. Wanita itu penasaran dengan apa yang di ucapkan oleh Savitri. "Sudahlah ma! Biarkan Amira istirahat dulu. Ayok Mir! Silakan duduk!" Nikil mempersilakan pada Amira untuk duduk. Tapi wani
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Nikil. Amira tersadar dari lamunannya. Wanita itu juga baru sadar kalau dirinya sudah menatap wajah pria di hadapannya tanpa berkedip. "Terimakasih. Kamu sudah peduli denganku." Jawab Amira. "Aku akan selalu peduli padamu. Karena aku mencintaimu." Ucap Nikil membuat Amira tersenyum. Wanita itu yakin bahwa Nikil serius mencintai dirinya. "Jangan berbuat seperti tadi lagi! Aku takut. Takut kehilanganmu untuk kedua kalinya." Bisik Nikil di telinga Amira. Kemudian pria itu mencium leher jenjang wanita itu. Membuatnya merasa geli dan terpancing hasrat. "Jangan menciumiku di situ!" Amira menyuruh Nikil untuk menghentikan ciumannya. Dia takut kalau sampai dirinya terbawa hasrat kemudian melakukan hal yang belum seharusnya. "Kenapa? Kamu tidak suka?" Tanya Nikil. Amira menggeleng bukan karena tidak suka. Justru karena dia sangat menikmatinya dan merasakan ciuman yang selama ini dia rindukan. "Kenapa?" Tanya Nikil lagi. "Aku takut ki
Sudah lebih dari sebulan. Nikil tidak pernah lagi pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Pria itu tidak lagi bertugas sebagai Dokter di sana. Dan Amira baru menyadari hal itu. Saat sedang sarapan bersama. Amira bertanya pada Nikil. Tenang pekerjaan mereka berdua di rumah sakit. "Oh ya mas. Kapan kita ke rumah sakit lagi?" Tanyanya. Sekarang Amira sudah memanggil Nikil dengan sebutan mas. "Kamu sedang sakit? Apa yang kamu rasakan? Biar aku periksa." Nikil tidak menjawab pertanyaan Amira. Dia malah panik. Mengira wanita itu sedang sakit. "Tidak. Aku tidak sedang sakit. Tapi kamu kan seorang Dokter. Kamu bekerja di rumah sakit. Sepertinya sudah lama kita tidak bekerja." Amira menjelaskan maksud pertanyaannya. "Oh. Aku kira kamu sakit." Ucap Nikil. Kemudian pria itu melanjutkan menyuapkan makanan ke mulutnya. Amira merasa kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Wanita itu kembali bertanya hal yang sama. "Mas." Panggil Amira. "Iya sayang. Ada apa?" Jawab Nikil.
"Iwa. Apa nyonya belum bangun?" Tanya Nikil pada Iwa Kadek. "Sudah tuan. Tadi yang masak semua ini juga nyonya." Jawab Iwa Kadek. "Tuan di suruh makan duluan saja. Nanti nyonya akan makan sendiri katanya." Ucap Iwa Kadek lagi. "Sekarang nyonya ada di mana?" Tanya Nikil. "Ada di kamar. Tadi bilangnya mau istirahat sebentar." Jawab Iwa Kadek lagi. Nikil mengira kalau Amira sedang sakit. Pria itu tidak jadi makan. Tapi malah kembali ke kamarnya. Kemudian keluar lagi dengan membawa perlengkapan dokternya. Nikil mengetuk pintu kamar Amira dan memanggilnya. Berkali-kali dia memanggil. Tapi tidak ada suara sahutan dari dalam. Pria itu menjadi panik. Takut Amira kenapa-napa. "Mira. Mir. Buka pintunya Mir! Kamu baik-baik saja kan?" Teriak Nikil. Pria itu berusaha mendobrak pintunya. Tapi saat dia akan mendobrak. Amira membuka pintu itu dan akhirnya. Dia malah menabrak Amira. Lalu terdorong dan terjatuh. Nikil menindih tubuh Amira. Wanita itu meringis kesakitan. Karena tertimp
"Siapa yang datang Iwa?" Tanya Amira dan Nikil bersamaan. "Namanya Shella dan calon suaminya." Jawab Iwa Kadek. "Oh iya. Suruh mereka masuk!" Titah Amira. Nikil masuk ke kamarnya. Pria itu mau mandi dulu. Karena merasa badannya bau amis karena setelah mencuci udang tadi. Amira ke ruang tamu. Menyambut kedatangan temannya itu. Wanita itu terlihat sangat bahagia bertemu dengannya. "Shella. Apa kabar?" Ucap Amira sambil memeluknya. "Kabarku baik. Kamu sendiri gimana?" Tanya Sella. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Amira. "Kamu nampak lebih baik di banding saat terakhir kita bertemu." Ucap Sella. "Oh ya?" Ucap Amira. "Iya. Beneran." Jawab Shella. "Kenalin. Ini Nandito. Calon suamiku." Shella memperkenalkan calon suaminya pada Amira. Setelah saling berkenalan. Mereka duduk di sofa. Kemudian Nikil datang. Pria itu sudah mandi dan mengganti baju santai yang lain. "Ada tamu rupanya." Ucap Nikil. "Iya mas. Ini temanku namanya Shella. Dan ini Nandito. Calon suaminya."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments