Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong.
"Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.
Seika hanya diam membisu.
Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika.
"Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.
Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.
Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu.
"Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.<
Seika menatap pintu shogi dengan tatapan nanar, ia berbaring diatas futon dengan posisi menyamping menghadap pintu teras. Ia masih memikirkan kata-kata Michio. Lelah dengan pikirannya, Seika menghela napas berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran yang membuat kepalanya menjadi sakit.Pintu digeser dengan kasar membuat mata Seika terbelalak tanpa berani untuk menoleh ke belakang."Kumicho, Anda salah kamar" Akira mencegah Kenichi untuk masuk kamar."Aku tau" Kenichi mengibaskan tangannya, wajahnya memerah karena sedang mabuk. Ia cekukuan sambil mengerjap matanya yang tidak fokus."Kumicho, kumohon sadarlah" Bujuk Akira pelan, takut membangunkan Seika."Minggir, tinggalkan aku. Ini perintah Akira" Kenichi menepis tangan Akira.Akira menghela napas panjang lalu keluar dari kamar.Tubuh Seika bergetar ketika Akira keluar kamar meninggalkannya bersamqa Ken
Pagi hari setelah sarapan bersama, Seika dan Kenichi berjalan menuju ke sebuah rumah kecil atau lebih tepatnya gudang yang jauh di halaman belakang. Seika sengaja hanya memakan sedikit sarapan karena nanti pasti ia akan memuntahkannya kembali. Anak buah Kenichi yang berjaga di depan gudang langsung membungkukkan badan mereka memberi hormat dan bingung melihat Seika yang berada di belakang pemimpin mereka."Bagaimana? Apa dia masih belum membuka mulutnya?"Akira yang duduk di kursi segera berdiri dan membungkuk hormat."Masih belum kumicho, dia sangat keras kepala" lapor Akira. Ia terkejut melihat Seika yang berdiri di belakang Kenichi.Seika tersentak lalu menutup mulutnya melihat pemandangan mengerikan di depannya, ia mundur beberapa langkah ke belakang. Seika melihat seorang laki-laki diikat di sebuah tiang dalam keadaan pingsan, dengan darah yang mengenang di lantai, tangannya di penuhi oleh luka bakar
Seika keluar dari kamarnya, ia memakai kemeja pink dan celana kain berwarna silver, rambutnya di biarkan tergerai.Seika berjalan lurus lalu berbelok ke kanan menuju pintu depan, namun di ruang tengah ia bertemu dengan Kenichi yang sedang duduk sambil membaca koran pagi. Ia selalu memakai yukata jika berada di rumah."Kau mau kemana?" tanya Kenichi sembari meletakkan koran di atas meja."Aku mau cari pekerjaan, sudah lama aku menganggur" jawab Seika."Kalau masalah pekerjaan, kau bisa kembali bekerja di klinik lamamu" jelas Kenichi.Seika menatap curiga."Kau pikir semudah itu aku bisa kembali bekerja disana?" tanya Seika bingung."Aku sudah mengaturnya, jadi kau bisa kembali bekerja disana minggu depan" ujar Kenichi.Seika terkejut. Semudah itu ia langsung bisa bekerja kembali?."Kalau begitu, aku bekerja hari ini saja" u
"SE..." ucapan para anak buah Kenichi terputus ketika melihat pimpinan mereka berjalan sembari menggendong Seika ala bridal style yang tertidur karena kelelahan."Kalian sudah bekerja keras, segera istirahat" perintah Kenichi pelan.Para anak buah Kenichi membungkuk hormat secara serentak lalu tersenyum melihat raut wajah bos mereka yang senang. Anee-san adalah memang gadis yang tepat untuk kumicho, pikir mereka.Kenichi berjalan menuju kamarnya, Akira yang sudah berada di rumah segera membukakan pintu kamar dan menggelar futon. Kenichi meletakkan Seika dengan hati hati, takut membangunnya.Ia melepas sepatu dan kedua sarung tangan Seika kemudian menyelimutinya.Kenichi tersenyum lembut menatap Seika, ia membelai pipi gadis yang sangat ia cintai dengan lembut lalu mengambil tangan Seika dan mengecupnya dengan penuh cinta.Seika terisak pelan dalam tidurnya, airmata menetes
Akira berjalan masuk ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Namun matanya membesar ketika melihat Seika yang sedang mempersiapkan makan siang dengan telaten."Selamat siang" sapa Seika tersenyum. Ia sangat jarang berbicara dengan pria yang satu ini karena sikap diam dan misterius yang selalu ia perlihatkan.Bukannya menjawab sapaan Seika, Akira malah berbalik badan dan keluar dari cepat setengah berlari."Hei, kenapa?" tanya Seika yang melongokan kepalanya ke lorong rumah dan bingung ketika tidak mendapati Akira.Seika mengangkat bahu tidak peduli lalu kembali melanjutkan aktivitasnya."Michi-chan, apa menu makan siang kita hari ini?" tanya seorang laki-laki yang Seika kenal bernama Daiki.Daiki melototkan matanya ke arah Seika lalu menutup matanya dan berbalik badan."Aku tidak melihat apa apa" ujar Daiki beberapa kali.Seika kembali
"Hati-hati dijalan" Seika mengantar kepergian Kenichi sampai ke pagar depan rumah."Aku berangkat" Kenichi mencoba mengecup kening Seika namun gadis itu segera menghindarinya."Biarkan aku melakukannya, anggap saja sebagai nutrisiku selama tidak melihatmu untuk beberapa hari ke depan" Kenichi mencoba bersikap manja."Kau berlebihan, sudah pergi sana" Seika mendorong dada Kenichi, wajahnya mulai memanas namun raut wajah kesal membuatnya terlihat lebih manis.Mereka bahkan tidak menjalin hubungan asmara apapun, apa-apaan dengan sikap yang sudah seperti suami istri itu.Kenichi mendecak kesal, Seika hanya menghela napas namun beberapa detik kemudian matanya melotot ketika merasakan hangatnya bibir Kenichi di keningnya."Hehe" Kenichi tertawa bodoh.Seika mengerang kesal. "Kau pia mesum" ucap Seika setengah berteriak. Ia menatap para anak bua
Shigeo mendorong tubuh Seika ke dalam sebuah kamar tidur. Seika jatuh berbaring di atas tempat tidur. Shigeo menghampiri Seika dan mencengkeram wajahnya, menyuruhnya untuk menatap matanya. Namun Seika menundukkan pandangan ke arah lain. Kau harus berani Seika, jangan menangis. Percuma kau menangis karena tidak ada orang yang menolong sekarang ini, sugesti Seika merapalkan kata-kata tersebut beberapa kali dalam hati, ia mengeratkan giginya supaya tubuhnya tidak terlihat bergetar. Seika memalingkan wajahnya dengan kasar. Shigeo hanya tertawa terkekeh lalu berdiri dan duduk di kursi tidak jauh. "Kau berusaha untuk terlihat tidak takut tapi tidak dengan matamu Seika" ujar Shigeo menyeringai. Nyali Seika menciut mendengar perkataan Shigeo, namun Seika tetap mencoba bersikap kuat dan tenang. "Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kalau kau berpikir bisa menjebak Kenichi karena
"Selamat datang di kediamanku, ini pertama kalinya kau kemari" ujar Shigeo merentangkan tangannya menyambut kedatangan Kenichi sambil tersenyum senang. "Dimana Seika?" tanya Kenichi to the point. Kenichi datang bersama dengan Akira, Kaede dan beberapa anak buahnya yang sebagian berjaga diluar rumah. Shigeo tersenyum lebar. "Kau begitu menyukai Seika sampai terbang langsung kemari dari Seoul, apa menyenangkan disana?" tanya Shigeo bercanda. "Aku tanya dimana Seika?" tanya Kenichi kembali dengan menekan setiap kata-katanya. Shigeo masih tersenyum senang. "Dia ada didalam, masuklah. Aku akan menyunguhkan teh yang enak untukmu" jawab Shigeo sambil mempersilahkan Kenichi untuk masuk ke dalam rumahnya. Kenichi menatap tajam kepada Shigeo lalu berjalan masuk ke dalam rumah kelompok Sumiyoshi-kai, percuma ia bersikeras karena Shigeo akan s