Share

70. Venti Prive

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 18:38:27
Setelah puas berkeliling dan membeli beberapa kebutuhan Elhan, Mariana dan Nate memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah kafe yang terletak di lantai atas mal.

Namun langkah kaki Mariana melambat begitu ia melihat sosok yang familiar berdiri anggun di depan restoran bergaya klasik bernama Venti Prive. Wanita paruh baya itu mengenakan setelan warna pastel lembut dan scarf sutra yang menjuntai elegan di bahunya.

“Mariana? Nate?” suara lembut dan tegas itu terdengar begitu khas. Ekspresi Arsita langsung bersinar saat melihat mereka.

“Mama?” Nate sedikit terkejut. Ia segera menghampiri ibunya dengan Elhan di gendongannya. “Sedang apa mama di sini?”

“Mama ada acara arisan dengan beberapa sahabat lama,” jawab Arsita sambil tersenyum lebar. Matanya lalu tertuju pada Elhan. “Dan lihat siapa yang datang … cucuku yang manis.”

Arsita langsung mendekat dan mencium pipi Elhan dengan gemas. Bayi lucu itu tertawa kecil, membuat Arsita begitu senang.

“Ini kesempatan langka. Ayo ikut sebentar. Aku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   71. Harapan yang Menekan

    Mobil Nate melaju pelan di tengah ramainya jalanan kota. Suara AC mengalun lembut, dan sesekali terdengar denting mainan Elhan dari kursi belakang.Mariana duduk di samping Nate. Ia belum mengucapkan satu kata pun sejak mereka keluar dari mal. Ekspresinya tenang, tapi pikirannya sibuk memutar ulang perkataan Arsita di depan para sahabat lamanya.‘Aku ingin sekali dia jadi menantuku.’Kalimat itu sederhana, tapi entah mengapa terasa berat bagi Mariana. Kalimat itu mengandung harapan yang tidak pernah Mariana pikirkan.Sejauh ini, hubungannya dengan Nate berjalan apa adanya. Hangat, penuh perhatian, tanpa tekanan. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Mariana.Ia tidak sedang mengejar akhir yang pasti, apalagi mengukur langkah sejauh apa Nate akan membawa hubungan mereka. Belum. Mariana belum berpikir ke arah sana.Yang membuatnya risih justru saat orang lain mulai menggiring semuanya ke arah yang belum ia tuju. Seolah ia seharusnya ikut menaruh harapan yang sama besar.Mariana sempat men

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   72. Professional in Public, Personal in Private

    Mobil Nate melaju pelan di antara padatnya lalu lintas pagi. Di kursi penumpang, Mariana duduk dengan tenang sambil mengunyah jeruk terakhir di mulutnya.“Turunin aku di depan minimarket, ya,” ucapnya tanpa menoleh.Nate menoleh sejenak, lalu kembali ke jalan di depan. Ia tidak langsung menjawab, tapi bibirnya mengerucut tipis sebelum akhirnya bersuara dengan tenang.“Padahal tidak masalah kalau turun bersama di basement. Orang-orang juga tidak memperhatikan.”Mariana menghela napas kecil. “Aku cuma lebih nyaman begini,” ujarnya singkat. “Lagi pula, sudah biasa juga, kan?”Nate tidak membantah lagi. Ia hanya menepikan mobilnya ke sisi jalan, tepat di depan minimarket kecil yang tak jauh dari gedung kantor. Saat Mariana hendak membuka pintu, Nate tiba-tiba menarik pelan pergelangan tangannya.Mariana sedikit terkejut dan segera menoleh. “Ada apa?”Nate menatap Mariana sebentar. Tatapannya tenang, tapi ada sesuatu yang membuat Mariana menunggu. Lalu tanpa sepatah kata pun, Nate mengang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   73. Muncul Lagi

    Ruang rapat terasa hening saat Mariana melangkah masuk. Tangan kirinya menggenggam tablet berisi dokumen digital, sementara berkas-berkas cetak sudah ia siapkan rapi di atas meja. Sebelum Nate menyelesaikan rapat sebelumnya, Mariana telah lebih dulu mengecek ulang proyektor dan memastikan presentasi siap diputar.Tak lama, suara langkah yang dikenalnya muncul di balik pintu. Mariana tidak langsung menoleh, tapi senyumnya muncul perlahan begitu Nate masuk ruangan.Tatapan mereka sempat bertemu sebentar. Nate tampak sedikit lelah, tapi tidak kehilangan pesonanya. Ia meletakkan map di depan kursinya, lalu mendekat ke arah Mariana.“Sudah siap?” tanyanya pelan.Mariana mengangguk. “Slide-nya udah aku cek. Semua file masuk. Sekarang tinggal kamu tampil ganteng dan ngomong seperti biasa.”Nate tertawa kecil. “Gantengnya kebetulan memang bawaan lahir.”Mariana melirik pria itu sambil menahan senyum. “Percaya diri itu penting.”Nate tidak langsung duduk. Ia berdiri di samping Mariana, suaranya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   74. Lumiere Garden

    Mobil Nate melaju stabil membelah jalanan kota yang mulai dipenuhi cahaya lampu senja. Mariana duduk di kursi penumpang dengan pandangan kosong menatap jendela. Pikirannya sibuk membayangkan kemungkinan terburuk soal Bara.Apa yang akan dilakukan pria itu kalau benar-benar kembali mengusiknya?Mariana belum menyadari arah mobil yang tidak seperti biasanya.Baru setelah melewati bundaran yang seharusnya menjadi jalan pulang, Mariana mengerutkan dahi. Matanya menoleh cepat ke Nate. “Kita mau ke mana?” tanyanya bingung.Nate melirik sebentar ke arahnya, lalu tersenyum kecil. “Makan malam.”Mariana mengangguk dan berohria pelan.Tak lama kemudian, mobil berbelok ke sebuah bangunan berdinding batu alam dengan tumbuhan merambat yang menjuntai lembut dari balkon lantai dua.Lampu-lampu kecil menyala hangat, membingkai jendela dan pintu kayu dengan sentuhan klasik.Mariana memperhatikan bangunan itu sambil turun dari mobil, lalu berhenti di depan sambil mendongak.“Lumiere Garden,” gumam Maria

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   75. Paranoia?

    Sudah lima hari berlalu sejak kejadian di dekat minimarket. Dan sampai sekarang, semuanya berjalan biasa saja.Tidak ada yang aneh, tidak ada yang mencurigakan.Mariana mulai berpikir mungkin dia memang terlalu cemas saat itu.“Mungkin yang waktu itu memang bukan Bara,” gumamnya pelan sambil menyeruput jus dingin yang ia buat sendiri—campuran apel, jeruk, dan sedikit buah naga.Pagi itu, matahari bersinar hangat. Mariana duduk di bangku taman belakang, menikmati suasana sambil mengawasi Elhan yang duduk manis di stroller. Bayi lucu itu tampak sibuk memainkan mainan kecil di tangannya, kadang tertawa kecil sendiri.Mariana meletakkan gelas kosongnya di atas meja. Senyum tipis muncul di wajahnya saat melihat Elhan yang menggemaskan.Tapi beberapa menit kemudian, Elhan mulai merengek pelan.“Lho, kenapa sayang? Haus ya?”Mariana langsung bangkit dan mendekat. Ia tahu betul tangisan pelan itu. Elhan pasti sedang haus.Dengan sigap, Mariana menggendong Elhan dari stroller dan membawanya ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   76. Ancaman Kedua

    Sudah dua hari berlalu sejak kejadian di kolam renang.Mariana tetap menjalani hari-harinya seperti biasa, tapi kini ia lebih berhati-hati. Ia mulai memperhatikan gerak-gerik orang-orang di rumah. Tidak ada yang mencolok, namun justru itu yang membuatnya lebih gelisah.Pagi itu, dari dapur terbuka dengan dinding kaca besar yang memberinya pandangan leluasa ke taman samping, Mariana melihat Mbok Darmi berbicara sambil menunduk di dekat sun lounger.Sekilas, wanita paruh baya itu tampak menempelkan ponsel ke telinganya, berbicara dengan raut wajah serius dan sesekali menempelkan telapak tangan dekat mulut.Ketika Mbok Darmi sadar sedang diperhatikan, ia buru-buru menurunkan telepon dan pura-pura mengelap sun lounger di dekatnya.Meski terhalang dinding kaca dan tak bisa mendengar apa yang diucapkan wanita paruh baya itu, Mariana yakin ada yang tidak beres dengannya. Terlebih, Mbok Darmi tampak terkejut ketika mata mereka bertemu, sebelum akhirnya terlihat salah tingkah.‘Kenapa tingkah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   77. Pelaku Sebenarnya

    Keesokan harinya,Mariana baru saja pulang bekerja. Sekujur tubuhnya terasa penat dan ia sudah tidak sabar ingin membersihkan diri. Namun, langkahnya melambat saat mendapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat.Rasa curiga mulai menghinggapinya. Dengan hati-hati, ia mengintip sedikit dan mendapati pemandangan yang sangat mengejutkan.Di dalam sana, Nadia sedang berdiri di depan meja rias, memegang gunting besar di tangan kanan. Pakaian Mariana yang seharusnya tergantung rapi di lemari, kini tergeletak berantakan di atas tempat tidur. Beberapa bagian pakaian tampak robek akibat guntingan Nadia.“Nadia! Apa yang kamu lakukan!” Mariana mendorong pintu kamar dengan cepat.Nadia segera menoleh, wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Justru, ia tersenyum miring ketika Mariana memergokinya.“Oh, Mariana, baru pulang?” Nadia bertanya santai seolah-olah seperti tak ada yang salah dengan tindakannya. Sopan santunnya pun mendadak hilang.Mariana melangkah ke tengah kamar. “Kenapa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   78. One Last Chance

    Nate berlari menuju mobil dengan Mariana di pelukannya, sementara Rani mengikuti di belakang seraya menggendong Elhan. Nate menempatkan Mariana dengan hati-hati di kursi penumpang depan, lalu bergegas ke sisi pengemudi.Di sepanjang perjalanan, Mariana berusaha menahan rasa sakit yang makin menjadi. Darah masih mengalir dari lukanya, membuat Nate semakin gelisah.“Sayang, tahan sebentar. Kita hampir sampai,” ujar Nate tanpa sadar. Ia baru saja memanggil Mariana dengan sebutan itu di depan Rani.Rani yang duduk di belakang bersama Elhan sontak tercengang. Ia sudah mendengar desas-desus soal hubungan Nate dengan Mariana, tapi itu hanya berupa bisik-bisik yang tidak pernah punya bukti jelas. Namun, kali ini, ia mendengarnya langsung dari mulut Nate saat memanggil Mariana dengan sebutan yang sangat pribadi.Rani mengulum senyum. ‘Jadi, ini benar?’ pikirnya.Begitu sampai di klinik, Nate turun lebih dulu sambil menggendong Mariana. Sebelum berlari masuk, ia menoleh cepat ke arah Rani yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28

Bab terbaru

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   87. Konfrontasi

    Restoran semi outdoor itu cukup ramai siang itu. Aroma rempah lembut dan suara musik akustik mengalun dari sudut ruang, berpadu dengan udara segar dari pepohonan rindang di sekelilingnya.Mereka duduk di meja panjang di sisi teras, menghadap taman kecil yang ditata cantik. Elhan berada di kursi bayi di samping Mariana.Mariana sedang menyuapi Elhan makan siang yang dibawanya dari rumah saat suara riang terdengar mendekat dari arah samping.“Eh, ternyata ada kalian di sini!”Semua menoleh.Mariana mematung sejenak ketika melihat siapa yang datang. Jeslyn, dengan blouse putih elegan dan flare jeans, berdiri di pinggir meja sambil tersenyum manis. Beberapa wanita lain berdiri di belakangnya, teman-teman sebayanya yang sama sekali tak Mariana kenal.“Oh, Jeslyn.” Arsita tersenyum ramah. “Kebetulan sekali ….”Jeslyn terkekeh. “Tempat ini sangat viral di media sosial, Tan. Tadi aku dan teman-teman memang ingin makan siang di sini.” Lalu ia menoleh ke Nate. “Tapi ternyata kalian juga di sini

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   86. Sampai kapan ia ingin disembunyikan?

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut lewat celah tirai di ruang keluarga. Mariana duduk santai di atas karpet, bersandar ke sofa dengan pakaian rumah yang nyaman. Di sebelahnya, Elhan asyik menggigit mainan warna-warni sambil sesekali mengoceh sendiri.Tapi perhatian Mariana tertuju pada layar ponsel di tangannya. Wawancara dua hari lalu itu ia tonton lagi. Dan … entah sudah berapa kali.Di layar, Nate tampak rapi dan tampan. Setelan abu-abu gelap, rambut disisir rapi, sorot matanya tenang. Di sampingnya, pembawa acara muda duduk dengan senyum manis dan cara bicara yang luwes.Topik awal masih seputar bisnis, energi terbarukan, dan kiprah Nate sebagai CEO muda. Semuanya terdengar profesional, sampai satu pertanyaan membuat suasana sedikit berubah.“Ada satu pertanyaan terakhir, Pak Nathaniel,” ucap sang host. “Kami tahu, Anda kehilangan istri Anda beberapa waktu lalu. Banyak yang penasaran, apakah sekarang Anda sudah membuka hati lagi?”Mariana meneguk ludah dengan pelan. Napasny

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   83. Kerja atau Pacaran?

    Mariana kembali duduk di mejanya setelah keluar dari ruang CEO. Wajahnya masih menyimpan sisa rona merah muda, tapi ekspresinya sudah kembali serius. Tangannya dengan cekatan membuka e-mail lalu mengecek agenda rapat pagi ini.Matanya fokus pada layar, tapi ponsel di sisi laptopnya tiba-tiba menyala dan mengalihkan perhatiannya. Notifikasi What$App. Dari Nathaniel Adikara.[Rapat jam 2 siang nanti fix ya. Tapi kamu yang presentasi. Aku ingin melihat kamu membuat Nusantara Power kagum.]Mariana mengetik cepat.[Kamu CEO-nya. Yang harusnya bikin mereka kagum itu kamu. Tapi oke. Biar aku urus.]Balasan Nate muncul hanya dua detik kemudian.[Kamu urus, aku kagumi. Fair kan?]Mariana terkekeh pelan di balik layar. Ia mengetik balasan terakhir sebelum kembali fokus ke pekerjaannya.[Kamu beneran kerja nggak sih?]Tak sampai semenit, notifikasi balasan kembali muncul.[Lagi tunggu kamu balas ini. Baru bisa lanjut kerja. PS: Jangan pakai lipstik merah kalau kamu tidak mau aku kehilangan fokus

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   82. Satu Sentuhan, Seribu Efek

    Hari pertama Mbak Yanti bekerja, suasana rumah berjalan seperti biasa. Elhan baru saja bangun dan sedang bermain di lantai ruang tengah bersama Mariana saat suara bel rumah terdengar.Mariana menoleh, lalu mendengar langkah kaki Rani menuju pintu depan. Tak lama kemudian, suara Rani terdengar samar. “Masuk aja, Mbak. Mari, saya antar ke dalam.”Setelah itu, Mbak Yanti muncul di ambang ruang tengah, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Rambutnya disanggul rapi dengan senyum hangat menghiasi wajahnya. Begitu melihat Elhan, mata wanita itu langsung berbinar.“Selamat pagi, Mbak Mariana,” sapa Mbak Yanti sopan.“Pagi. Silakan duduk, Mbak,” jawab Mariana ramah. Ia menoleh ke Elhan yang sedang menggerak-gerakkan mainan. “Elhan sayang. Ada yang mau kenalan.”Elhan menatap Mbak Yanti dengan rasa ingin tahu. Ketika Mariana menggendong dan mendekatkannya, Mbak Yanti mengulurkan tangan, membiarkan Elhan menyentuh jarinya.“Halo, Nak. Ganteng banget kamu,” ujarnya lembut.E

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   81. Seleksi Nanny Baru

    Mariana tak bisa menahan senyum saat menatap layar ponselnya. Tiga kata itu—Aku cinta kamu—terpampang jelas dari Nate.Kalimat itu sederhana, tapi terasa seperti mantra ajaib yang menghantam hatinya dengan lembut. Membuat pipinya memanas dan perutnya seperti dihuni ribuan kupu-kupu.Dengan wajah yang masih berbinar, Mariana memutar tubuh Elhan agar menghadap ke arahnya. Bayi lucu itu menatap polos dengan aroma bubur yang menguar dari mulutnya.Senyum Mariana makin melebar. “Elhan sayang… kamu lucu banget, tahu nggak?” ucapnya gemas sambil mencium pipi Elhan.Ia terkikik kecil, lalu menambahkan lirih dengan pipi memerah, “Persis kayak papamu.”Belum sempat Mariana melanjutkan ocehan manjanya pada Elhan, kemunculan Arsita yang begitu tiba-tiba membuat Mariana terkejut bukan main.“Selamat pagi,” sapa Arsita begitu riang. Matanya berbinar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.Mariana beranjak berdiri, lalu membalas sapaan Arsita dengan sopan. “Pagi, Tante.”Wanita paruh baya dengan pen

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   80. Antisipasi Sebelum Salah Paham

    Nate mendorong tubuh wanita itu dengan pelan namun tegas hingga menciptakan jarak di antara mereka. Gerakannya bukan kasar, tapi cukup jelas untuk menunjukkan bahwa ia tidak nyaman.Tanpa berkata apa pun, Nate segera melangkah mendekati Mariana yang berdiri beberapa langkah dari mereka. Ia mendekat hingga sangat dekat.Salah satu tangannya dengan mantap melingkari pinggang Mariana untuk memperjelas kedekatan mereka. Sikapnya membuat posisi Mariana tidak bisa disalahartikan oleh siapa pun.“Jeslyn,” kata Nate dengan tegas. “Ini Mariana, ibu susu Elhan.”Ia berhenti sejenak. Lalu dengan bangga menambahkan, “Dan selain itu, Mariana juga kekasihku.”Wanita bernama Jeslyn itu tampak terkejut. Matanya membelalak, lalu ia cepat-cepat mengatur ekspresinya agar terlihat santai. Namun kerutan samar di antara alisnya tak bisa berbohong.“Tunggu,” seru Jeslyn sambil mengangkat satu tangan, kemudian menunjuk ke arah Mariana. “Dia ... ibu susu Elhan? Dan juga ... kekasihmu?”Nate mengangguk mantap,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   79. Wanita Asing

    Malam hampir larut saat Nate kembali ke kediamannya. Begitu melangkah masuk, ia mendapati Mariana duduk di ruang tamu. Wajahnya tampak cemas meskipun ia berusaha tersenyum saat melihat Nate.Mariana langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Nate yang juga melangkah mendekat, langkah mereka seolah sinkron.“Kenapa duduk di sini?” tanya Nate dengan lembut.“Aku nungguin kamu pulang,” jawab Mariana dengan suara yang agak lemah. “Gimana soal Nadia? Kamu nggak laporin dia ke polisi, kan?”Nate diam sesaat.Mariana yang melihat sang kekasih hanya diam lantas memanggilnya dengan nada yang lebih lembut. “Nathaniel ...?”Nate mendesah pelan. Tanpa berkata banyak, ia meraih beberapa helai rambut panjang Mariana yang terjatuh di wajahnya, dan dengan lembut menyelipkan rambut itu ke belakang telinga Mariana.“Terkadang aku bertanya-tanya, Moonie,” kata Nate pelan seraya menatap Mariana dalam-dalam. “Apakah kamu masih manusia atau malaikat? Hatimu sangat baik dan tulus.”Mariana mengerucutkan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status