Share

Bab 4

Shelia beringsut mundur ketika ia melihat Sherkan naik keatas ranjang. Tubuhnya sudah gemetar ketakutan, keringat dingin sudah membanjiri wajahnya padahal kamar itu terasa dingin.

Sherkan menarik kaki Shelia hingga gadis cantik itu merosot kebawah Kungkungan-nya. Dia menatap wajah cantik yang terlihat pucat itu, "Apa kau tak sudi ku sentuh Shelia?"

"S-saya hanya belum si-siap tuan." Ucap Shelia terbata.

Ya, dia hanya belum siap menerima keadaannya saat ini.

Siapa yang akan siap jika tiba-tiba harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal? Dalam satu hari tiba-tiba dia menjadi pengantin pria yang wajahnya terlihat seram juga pria yang begitu kejam.

Meskipun pria ini kaya tapi tetap saja pria ini begitu kejam, jika saja sifatnya tak kejam mungkin Shelia akan menerima pria ini, meskipun wajahnya terlihat buruk rupa.

"Kau pandai sekali berbohong, Shelia?" Sherkan menindih tubuh Shelia yang berada dibawahnya.

Shelia menggeleng, dia tidak berbohong dia memang belum siap.

Sherkan mengelus pipi Shelia yang terlihat memerah, "Apa kau jijik pada ku?"

Shelia kembali menggeleng, dia bukan jijik hanya sedikit takut karena belum terbiasa saja. Mungkin jika ia sudah terbiasa dia akan biasa saja melihat wajah suaminya ini.

"Kau sungguh pandai berbohong, Shelia." Sherkan mendengus leher jenjang Shelia, membuat gadis itu gemetar juga meremang secara bersamaan.

saat wajah kasar Sherkan menyentuh pipinya, bibirnya mengatup rapat, matanya terpejam merasakan sensasi geli juga takut secara bersamaan.

'Aku belum siap! Apa malam ini aku akan kehilangan apa yang selama ini aku jaga?'

Ini pertama kalinya ia begitu intim dengan seorang pria, kedua tangannya meremat seprai saat ia merasakan sesapan pada lehernya.

Sherkan menarik wajahnya dari leher jenjang Shelia, ia menatap Shelia yang memejamkan mata.

"Buka mata mu Shelia!" Geram Sherkan menatap mata Shelia yang terpejam.

Mendengar suara Sherkan yang terdengar marah Shelia menggeleng, membuat emosi Sherkan kembali naik.

Sherkan langsung mencengkram rahang Shelia dengan kuat hingga gadis itu terpekik kaget, matanya melotot menatap wajah Sherkan yang berada diatasnya.

"Tu-an sa-kit, le-pas!" Shelia meronta saat Sherkan kembali menguatkan cengkraman-nya.

"Apa kau sangat jijik pada ku, ha!" Bentak Sherkan tepat didepan wajah Shelia, suara bentakan Sherkan begitu nyaring hingga telinga Shelia berdengung.

Shelia menggeleng dengan air mata yang sudah meleleh membasahi kedua pipinya.

"Kenapa kau menolak ku! Katakan!"

"A-aku ha-hanya belum si-ap tuan." Ucap Shelia.

"Cih," Sherkan berdecih, lalu melepaskan tangannya dari rahang Shelia dengan kasar, hingga membuat wajah gadis cantik itu menoleh kesamping.

Sherkan mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Shelia, dia turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Shelia yang masih tampak terkejut dengan apa yang baru saja dia lakukan.

Tubuh Shelia masih bergeming diatas ranjang, dia menangis dalam diam, hanya tubuhnya saja yang terlihat bergetar.

Dosa apa yang ia perbuat? Hingga ia harus terjebak dalam pernikahan bersama pria kejam seperti suaminya itu.

Harusnya dia tidak ada di rumah ini. Jika boleh meminta dia ingin memutar waktu, mengulang saat ia baru sampai di Bandara. Karena disana lah awal dari semua ini.

Shelia menangis meratapi nasibnya yang buruk. Dia menatap langit-langit kamar dengan mata basah karena airmata.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, Sherkan keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan handuk kecil yang melilit pada pinggangnya.

"Shelia!" Teriak Sherkan pada Shelia yang baru saja akan memejamkan matanya.

Shelia terperanjat saat mendengar suara teriakan Sherkan. Gadis itu segera bangun dari tidurnya, dia menatap Sherkan yang berdiri diambang pintu kamar mandi.

Melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya membuat pipi Shelia memanas, kedua pipi putih itu berubah menjadi merah.

Gadis itu turun dari ranjang dengan kepala menunduk, "Saya ,tuan." Ucap Shelia.

"Sini kamu!"

Shelia berjalan mendekati Sherkan dengan kepala menunduk. Dia tidak mau melihat pemandangan yang tersaji didepannya, dia sangat malu.

"Angkat kepala mu!" Titah Sherkan pada Shelia, dia masih saja menganggap Shelia jijik melihat wajahnya.

Dengan pelan Shelia mengangkat wajahnya, dia tidak mau membantah pria ini. Dia takut pria ini akan berbuat kasar padanya lagi.

Glek

Shelia menelan ludah saat melihat pemandangan yang begitu indah didepan matanya. Karena saat ini matanya tertuju pada dada bidang dengan bulu-bulu halus serta perut kotak-kotak suaminya.

"Ambilkan saya baju!" Dengan cepat Shelia berlari menuju walk in closet untuk mengambil baju tidur suaminya.

Sherkan hanya menatap datar gadis yang berlari dan hanya memakai gaun tipis itu.

Secepat kilat Shelia sudah berdiri didepan suaminya, dia menyerahkan baju tidur itu pada Sherkan.

"Pakaikan!" Perintah Sherkan membuat mata Shelia membola dengan mulut terbuka lebar.

Apa dia tidak salah dengar? Pria ini menyuruhnya memakaikan baju untuknya?

"A-apa tuan?" Tanya Shelia dengan suara yang masih saja terdengar gugup.

"Apa kau tuli? Pakaian baju itu!" Sentak Sherkan membuat nyali Shelia tambah menciut.

Dengan tangan gemetar Shelia memakaikan baju atasan pada tubuh kekar Sherkan. Jari lentiknya mulai mengancingkan satu persatu kancing baju itu.

"Sudah tuan." Kata Shelia setelah ia selesai mengancingkan semua kancing tanpa terlewat.

"Celana!"

"Ce-lana juga tuan?" Tanya Shelia dengan gugup.

Tatapan tajam itu mengisyaratkan jika Shelia harus memasangkan celananya juga.

Tanpa tau malu Sherkan menarik handuk yang ia pakai dan melemparkannya asal. Membuat Shelia yang tengah berjongkok didepannya begitu syok dengan pemandangan yang ada didepan wajahnya.

Dengan cepat Shelia memejamkan matanya, jantung Shelia berdegup dengan kencang, 'Mata ku!! Mataku ternoda!' Teriak Shelia dalam hati, ' Ini namanya pe-le-cehan pada gadis perawan!' Kesalnya.

Dengan menahan kesal Shelia menyelesaikan tugasnya memakaikan baju pada pria aneh yang sialnya adalah suaminya.

Shelia menghela nafas saat Sherkan berjalan melewatinya begitu saja. Pria itu naik keatas ranjang miliknya.

Shelia memutar tubuhnya, dia menatap Sherkan yang sudah berbaring. Shelia berjalan menuju ranjang.

Baru saja dia akan duduk Sherkan sudah bersuara, "Kau, tidur disofa!" Shelia kembali berdiri lalu mengangguk dan berjalan menuju sofa yang ada didalam kamar itu.

Shelia bersorak senang saat ia harus tidur disofa. Dengan langkah cepat Shelia berjalan menuju sofa yang ada didalam kamar itu, bibirnya tersenyum saat ia menatap sofa yang akan menjadi tempat melepas lelah.

Shelia menghempaskan tubuh rampingnya keatas sofa, 'Ah, akhirnya aku tidak usah tidur satu ranjang dengan monster itu!' Gumam Shelia dalam hati.

'Aku harus memikirkan cara untuk keluar dari tempat ini, aku tidak mau selamanya terjebak di rumah ini'.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status