'Ini pasti menyakitkan.' Batin Yira, wajahnya mengernyit sambil mengobati luka Xieyun Yira seakan merasakan perihnya luka yang diderita Xieyun, dia hampir tidak bisa menahan tangis saat Xieyun membuka bajunya untuk diobati. Badannya yang sempurna dipenuhi luka terbuka, darahnyapun tidak berhenti mengalir hingga membasahi tempat tidur. Begitu parah luka yang dia derita, siapa yang tahan melihatnya. Yira merlahan membersihkan darah Xieyun kemudian, dia mengoleskan obat pada luka Xieyun. Selain itu Yira juga harus menahan ngeri saat menjahit luka terbuka Xieyun, tidak bisa dibilang luka biasa karena setiap luka terbuka memiliki panjang sekitar 15 cm dengan lebar 3 cm. "A-yi jika kamu tidak sanggup biar aku sendiri saja." Xieyun melihat ekspresi Yira yang menahan air mata "Tidak, aku bisa melakukannya." Yira menjawab sambil fokus menjahit luka Xieyun. "Jika sakit bicaralah, aku akan berhenti." Ucap Yira dengan suara bergetar Xieyun tahu Yira tidak bisa menahan tangis dan rasa mualnya
Pagi hari yang cerah, Yira mencuci baju Xieyun yang dipenuhi bekas darah. Tiba-tiba salah seorang murid perempuan memanggil Yira untuk sarapan, Yira tahu bahwa ayahnya yang menyuruh murid tersebut. "Baiklah, aku selesaikan ini dulu." Balas Yira yang kemudian segera menyelesaikan cuciannya Setelah selesai Yira masuk keruang makan ternyata, semua orang sudah selesai makan. Dimeja makan sudah tersedia dua mangkuk nasi dan beberapa macam lauk baru, yang ditunjukkan untuk Yira dan Xieyun. Yira menatap makanan itu dengan tatapan sedih, dia tidak ingin hal seperti ini saat kembali tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Yira berjalan ke kamar, dia melihat Xieyun sedang meditasi untuk memulihkan luka secepat mungkin. Dia duduk di kursi menatap Xieyun yang sedang fokus dalam pemulihan. Dia masih tidak mengerti kenapa dia bisa mengorbankan apapun untuknya. "A-yi!" Panggil Xieyun yang telah selesai bermeditasi "Ha! Ayo makanan sudah siap, kita sarapan dulu." Yira mendatangi Xieyun dan membantu
Yira mundur menghindari serangan yang diluncurkan Yuexi kemudian, dia mengangkat alisnya menatap Yuexi seolah berkata serangannya tidak bisa melukainya. Yuexi mentap Yira dengan kesal yang kemudian, dia memerintahkan keempat anak buahnya untuk menyerang Yira. "Bunuh dia!" Perintah Yuexi sambil menunjuk Yira "Baik!" Keempat anak buah Yuexi serentak menyerang Yira, untungnya dengan sigap Xieyun segera memblokir semua serangan tersebut. Membuat keempat orang itu terpukuklmundur akibat aura Xieyun yang dominan. "Pria tampan, sepertinya kamu bukan manusia biasa." Ucap Yuexi dengan nada menggoda 'Aku bahkan tidak bisa melihat tingkat kultivasinya. Dia bukan orang bisa diajak main-main.' Yuexi membatin sambil menatap punggung Xieyun. "Cukup! jangan membuang waktu, bunuh mereka berdua!" Yuexi kembali menurunkan perintahnya Keempat anak buah itu menyerang Yira dan Xieyun, masing-masing dua orang melawan satu orang. Karena lukanya Xieyun melawan mereka dengan waktu sedikit lama, selain i
"Ini aku." Ucap sebuah suara perempuan yang terdengar lembut Dewi Eiria berbalik dan menengadah menatap langit, sebuah cahaya keemasan perlahan turun dari langit. Seorang wanita dengan pakaian berwarna keemasan lengkap dengan enam sayap kuning keemasan yang membentang dengan indah. Dia turun tepat di hadapan Dewi Eiria. Wanita itu adalah Dewi cahaya yang turun setelah mendengar penwarisnya tewas oleh beberapa anak buah Dewi Eiria. Dewi cahaya dengan nama lengkap Guang Yi Xian itu berjalan dengan anggun menuju Yira berada. "Hormat kepada Dewi Cahaya Yi Xian." Ucap Eiria memberi hormat. Secara status Dewi Cahaya lebih mulia dan statusnya lebih tinggi dari Dewi Eiria alasannya karena, selain menjadi Dewi Cahaya dia juga adik kandung dari Dewa Agung Guang Shan Yao. Banyak dewa segan dengan Dewi Yi Xian, selain cantik dia juga baik dan sangat adil dalam mengambil kepeutusan. "Kamu masih ingat untuk menghormatiku?" Ucap Dewi Yi Xian tersenyum sinis melirik Dewi Eiria. "Saya tidak men
Sekitar satu minggu Yira terus mengurung diri di dalam kamar akhirnya, dia bersedia untuk keluar meski itu karena bujukan dari Xieyun. Dia berjalan dengan tatapan kosong dan perasaan hampa sehingga, tanpa sengaja dia menabrak Xuan di depannya. "Maaf." Ucap Yira dingin sambil menunduk "Kamu kenapa?" Tanya Xuan dengan sedikit khawatir "Aku baik-baik saja, aku pergi dulu." Jawab Yira sambil berjalan melewati Xuan begitu saja tanpa menatapnya 'Tidak biasanya dia seperti itu.' Batin Xuan melihat perubahan Yira setelah satu minggu tidak bertemu. Yira berjalan melewati para murid yang sedang berlatih, tanpa ekspresi apapun dia menatap seorang murid perempuan yang sekilas mirip dengan adiknya. Dia terdiam sesaat menatap serius murid tersebut, tanpa sadar air matanya jatuh membasahi pipinya. 'Tunggu aku.' Batin Yira menyeka air matanya dan menatap langit ibu yang cerah Yira terus menelusuri sepanjang tempat latihan mencari ibu dan ayahnya, ada yang ingin dia bicarakan dengan mereka. Se
'Iblis?!' Batin Xieyun sambil bersikap waspada. 'Kenapa iblis-iblis ini disini? Apa mereka menjemput A-yun pergi?' Batin Yira waspada dengan para iblis itu. "Untuk apa kalian disini?!" Tanya Xieyun penuh pekenan. "Kami hanya mematuhi perintah Kaisar untuk menangkap wanita itu." Balas salah satu dari mereka. "Aku?!" Saut Yira terkejut. "Maafkan kami tuan muda, kami hanya mematuhi perintah." Ucap salah satu dari iblis itu yang sepertinya pemimpin mereka. 'Tuan muda?' Batin Yira penarasan."Serang!" Perintah sang pemimpin pasukan. Mereka bertarung di dalam kepungan para iblis, Yira cukup kesulitan menghadapi para iblis ini begitu juga dengan Xieyun. Ternyata ayah Xieyun tidak mengirim pasukan biasa melainkan, dia mengirim pasukan khusus untuk menangkap dan memawa Yira ke Alam Iblis. Xieyun tidak habis pikir dengan kelicikan ayahnya demi menjadikannya orang paling kejam, dia rela membuat putranya mengalami penyiksaan dan rasa sakit batin. Xieyun membunuh mereka satu persatu dengan
"Ayah! aku pulang," Teriak Xiao Xuan yang kembali ke rumahnya yaitu Kerajaan Ignis Ventus. Di sepanjang jalan para prajurit memberi hormat kepadanya, dia terus berlarian mencari ayahnya. Dia mendatangi setiap ruangan yang sering ayahnya datangi namun, yang dicari tidak juga ketemu. "Dimana ayahku?" Xuan bertanya kepada pelayan wanita yang berpapasan namun, pelayan tersebut menggeleng tidak tahu. Dia terus menyusuri rumahnya hingga, dia ingat satu-satunya tempat yang belum dia datangi. 'Makam Ibu." Gumam Xuan dan langsung berlari menuju kesana. Sesampainya disana dia melihat punggung ayahnya yang sedang mendoakan mendiang ibunya. Dia melepas alas kakinya, dia masuk dan berlutut ikut mendoakannya didepan papan roh ibunya. Dia menunduk sedikit sedih mengingat sosok ibunya yang sudah tiada. "Nak, kamu kembali?" Xiao Xing terkejut kala dia berbalik telah mendapati putranya berada dibelakangnya. Dia memeluk Xuan dan sesekali memuji putranya itu, Xuan hanya tersenyum dan membalas pelukan
Dua hari sebelumnya.... Yira dan Xieyun sudah sampai di Sekte Lan, sebelum menemui Yanwei dan Ruyan mereka memilih untuk berkeliling pasar. Keadaan yang sekarang berbeda jauh dengan lima tahun lalu saat masih dibawah kepemimpinan Yinwei. 'Kelihatannya dia memang lebih cocok,' Yira memuji Yanwei sambil berjalan-jalan bersama Xieyun. Yira tersenyum menatap Xieyun yang tampaknya sudah tidak marah lagi. "Benar pasar ini menjadi kondusif," Xieyun menyahuti pujian Yira terhadap Yanwei. Xieyun berjalan ke sebuah toko aksesoris, dia melihat anting panjang berbentuk kristal salju berwarna biru. Xieyun membelinya dan segera menghampiri Yira. Yira sedikit kebingungan saat Xieyun mengajaknya untuk menepi kemudian, Xieyun menunjukan anting yang dia beli kepada Yira. Yira tersenyum antusias menatap anting itu dan berkata "Wah... cantik sekali." "Apa kamu suka?" Pertanyaan Xieyun dibalas dengan senyuman dan anggukan oleh Yira. Xieyun merasa senang kala Yira menyukai hadiah yang dia belikan kemud