Share

Bab 7

Author: mevisa
last update Last Updated: 2025-06-17 11:15:02

Terbang Kembali ke Indonesia

Di sebuah kafe bandara, Annisa menatap Jay. "Kamu cuma punya waktu tiga puluh menit," katanya, sambil melirik Dax dan Bibi Nuri yang duduk tak jauh dari mereka.

"Langsung ke intinya," kata Jay sambil menyodorkan iPad. "Info soal mantanmu dan data perusahaan. Baca di pesawat."

Annisa mendengus, namun rasa penasarannya mengalahkan kekesalannya. Ia mengambil iPad itu. "Masih seperti dulu ya, nggak pernah berubah," sindirnya.

"Tentu saja," balas Jay. "Saingan terberat kita masih Aditama. Cepat atau lambat, kamu pasti akan berurusan lagi dengannya. Kamu harus siap."

Annisa hanya mengangguk, fokusnya kini pada layar iPad yang menampilkan berita utama: 'Baskara Aditama dan Laura Kiels Menikah?'

"Itu cuma gosip, nggak pernah ada konfirmasi," ucap Jay, seolah bisa membaca pikirannya.

Annisa mengangkat bahu, tidak peduli. Ia hanya merasa kasihan pada wanita mana pun yang terjebak dengan Baskara. Ia menutup file itu dan beralih ke data perusahaan. "Perusahaan tumbuh pesat."

"Karena itu kami butuh kamu kembali," kata Jay serius.

Annisa tersenyum tipis. "Tenang saja, aku butuh banyak uang buat besarin anakku, hobinya mahal." Ia lalu berdiri. "Waktuku habis. Sampai jumpa, Jay."

"Kalau ada waktu, aku samperin kamu," balas Jay sambil terkekeh.

"Oke!" Annisa melambai, lalu berjalan menghampiri Dax dan Bibi Nuri.

Jakarta, Indonesia.

Setelah penerbangan panjang, Annisa akhirnya tiba di Jakarta. Dax tertidur pulas karena kelelahan, memaksa Annisa menggendongnya keluar dari bandara. Setibanya di area parkir, mobil sewaan yang seharusnya menunggu mereka tidak ada di sana.

Saat itulah, sebuah Audi Q7 putih meluncur mulus dan berhenti tepat di hadapan mereka. Pintu mobil terbuka, dan sesosok pria yang selama tujuh tahun ini menjadi sandarannya melangkah keluar.

"Sean?" Annisa terbelalak, napasnya tercekat.

Sean tidak banyak bicara. Ia hanya tersenyum hangat, lalu mengambil alih Dax dari gendongan Annisa dengan gerakan luwes dan protektif. "Biar aku saja," bisiknya.

Di dalam mobil, setelah Sean menidurkan Dax dengan nyaman di kursi belakang bersama Bibi Nuri, ia membukakan pintu depan untuk Annisa.

Annisa masih terpaku di tempatnya. "Sean, gimana caranya..."

Sean mendekat, mencondongkan tubuhnya hingga napas hangatnya terasa di telinga Annisa. "Mau aku gendong juga sekalian?" godanya dengan suara rendah.

Wajah Annisa langsung memerah. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia segera masuk ke dalam mobil, jantungnya berdebar tak karuan.

Perjalanan menuju hotel terasa hening namun penuh arti. Sean menyetir dengan tenang, sementara Annisa diam-diam memperhatikannya. Cahaya lampu kota yang menerpa wajah tegas Sean membuatnya tampak berkali-kali lipat lebih menawan. Pria ini, yang selalu ada untuknya tanpa pernah bertanya, kini terasa berbeda. Lebih dekat, lebih intim.

"Jangan bilang kamu yang batalin mobil sewaanku?" tuduh Annisa pelan, memecah keheningan.

Sean terkekeh. "Ketahuan, ya?"

"Hotelku jangan kamu batalin juga," lanjut Annisa, lebih terdengar seperti harapan daripada ancaman.

Sean meliriknya dari sudut mata, senyumnya semakin dalam. "Nggak akan. Lupa hotel itu punya siapa?"

Tentu saja. Hotel Bintang, milik keluarga Sean. Annisa hanya bisa tersenyum pasrah, merasakan kehangatan menjalar di hatinya.

Setibanya di kamar Presidential Suite yang telah disiapkan Sean, suasana terasa semakin privat. Setelah menidurkan Dax di kamarnya, Sean kembali ke ruang tamu tempat Annisa menunggunya.

"Makasih ya, Sean. Untuk semuanya," ucap Annisa tulus, matanya menatap lekat pada pria di hadapannya. Rasa terima kasihnya pada pria itu meluap, bercampur dengan kehangatan yang sudah lama ia rasakan.

Sean tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Ia mengangkat tangannya, bukan untuk memeluk, melainkan untuk menangkup lembut wajah Annisa. Ibu jarinya mengusap pipi Annisa dengan gerakan yang membuat seluruh tubuh wanita itu meremang.

"Kapan kamu akan berhenti berterima kasih, Nisa?" bisik Sean, tatapan matanya begitu dalam dan intens, seolah mengunci jiwa Annisa. "Dan mulai melihatku?"

Sebelum Annisa sempat menjawab, bibir Sean sudah menyentuh bibirnya. Ciuman itu lembut pada awalnya, seolah meminta izin. Namun saat Annisa tidak menolak, bahkan sedikit membalas, ciuman itu berubah menjadi lebih dalam dan penuh gairah. Bukan ciuman menuntut, melainkan sebuah pernyataan. Sebuah jawaban atas pertanyaan yang tak pernah berani mereka utarakan selama tujuh tahun.

Annisa memejamkan matanya, tangannya tanpa sadar melingkar di leher Sean, menarik pria itu lebih dekat. Ia melupakan segalanya; Baskara, masa lalu, dan semua rasa sakitnya. Yang ada hanya Sean.

Di tengah ciuman yang memabukkan, Sean melepaskannya sejenak hanya untuk menatapnya dengan napas terengah. Tanpa sepatah kata pun, ia mengangkat tubuh Annisa ke dalam gendongannya. Annisa memekik pelan, refleks mengeratkan pegangannya.

Sean membawanya melintasi ruangan, menuju kamar tidur utama yang remang-remang, matanya tak pernah lepas dari mata Annisa.

Malam ini, di Jakarta, tidak ada lagi pertanyaan. Hanya ada jawaban.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejarku Setelah Perceraian   Bab 35

    Alan mengikuti Baskara dari belakang dengan senyum lega. Setidaknya tuannya tidak membatalkan makan malam kali ini.Saat Baskara memasuki ruang tamu, Jessica adalah yang pertama kali menyadarinya. Ia langsung berdiri dan menghampirinya dengan senyum lebar."Anakku, akhirnya kamu datang juga. Ya ampun, kamu makin tampan saja... sini, sini... peluk Mama. Mama kangen sekali, Baskara.""Ma," sapa Baskara, menerima pelukan ibunya dengan kaku.Jessica melepaskan pelukannya. "Kenapa nggak langsung temui kami? Kamu kan sudah tahu kami pulang liburan?""Aku sibuk di kantor, Ma. Nggak ada waktu luang.""Sayang, tolonglah... luangkan sedikit waktu buat dirimu sendiri. Nanti kamu stres dan kecapekanó""Cukup, Jessica!" suara berat dan berwibawa dari belakang membuat Jessica berhenti bicara. William Aditama, suaminya, menatap mereka. Ia tersenyum pada putranya. "Baskara, sini duduk.""Ayahó"Sebelum Baskara sempat bergabung dengan ayah dan kakeknya, ibunya menahan lengannya. "Nak, Mama perlu bicar

  • Mengejarku Setelah Perceraian   Bab 34

    Baskara, dengan ekspresi datar, menjawab, "Baiklah. Tapi tolong janji kamu akan menghubungiku saat tiba di rumah...""Hmm... Kalau kamu memaksa, aku akan—" Annisa melambaikan tangannya saat ia menekan pedal gas, meninggalkan restoran .Di kaca spion, Annisa melihat Baskara masih berdiri di sana, tatapan khawatirnya terpaku pada mobilnya yang menjauh.Hemff..!"Andai saja kamu memperlakukanku sebaik ini saat kita menikah, Baskara Aditama... Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Tapi, kamu sudah terlambat sekarang..."Ia hanya bisa tersenyum kecut pada kata-katanya sendiri.–Hidden Paradise PalaceSaat Annisa memarkir mobilnya, ia terkejut melihat Dax dan Bibi Nuri sudah menunggunya di depan pintu. Terpesona oleh kelucuan putranya, ia langsung lupa untuk mengirim pesan pada pria yang kini hanya bisa menatap ponselnya dengan cemas.Merasa kecewa karena Annisa tidak menelepon atau mengirim pesan, Baskara naik ke lantai dua dengan ekspresi muram, berniat istirahat sebelum makan malam.Baru

  • Mengejarku Setelah Perceraian   Bab 33

    Ucapan Annisa terpotong oleh tawa Baskara yang tiba-tiba menggema di ruangan."Hahaha, aku tahu..."'Kenapa dia tertawa!?' Annisa bingung. 'Apa aku baru saja mengatakan sesuatu yang bisa dia pelintir... lagi!?'"Aku tahu... kamu cemburu sama dia! Oh, Nisa... kan sudah kubilang aku nggak punya hubungan apa-apa sama perempuan itu. Harusnya kamu percaya sama aku."Annisa terdiam, tak bisa berkata-kata."Baskara, selamat tinggal untuk imajinasi liarmu!" katanya kesal. Melihat Baskara hendak bicara, ia langsung menyela, "—Aku nggak ngomongin soal itu. Aku cuma mau kasih tahu, aku berencana menuntut dia!"Annisa akan memberi pelajaran pada Laura Kiels sebelum ia menjadi selebriti papan atas. Beraninya dia main-main dengan Quantum Capital!?"Kamu mau menuntut Laura Kiels?" Meskipun Baskara tidak punya hubungan dengan Laura, sebagai seorang pebisnis, ia terkejut mendengar ucapan Annisa.Bagi agensi hiburan yang bahkan tidak masuk lima besar di negara ini, kehilangan Laura Kiels bisa menjamin

  • Mengejarku Setelah Perceraian   Bab 32

    Baskara, dengan ekspresi datar, menjawab, "Baiklah. Tapi tolong janji kamu akan menghubungiku saat tiba di rumah...""Hmm... Kalau kamu memaksa, aku akan—" Annisa melambaikan tangannya saat ia menekan pedal gas, meninggalkan rumah Baskara.Di kaca spion, Annisa melihat Baskara masih berdiri di sana, tatapan khawatirnya terpaku pada mobilnya yang menjauh.Hemff..!"Andai saja kamu memperlakukanku sebaik ini saat kita menikah, Baskara Aditama... Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Tapi, kamu sudah terlambat sekarang..."Ia hanya bisa tersenyum kecut pada kata-katanya sendiri.Hidden Paradise PalaceSaat Annisa memarkir mobilnya, ia terkejut melihat Dax dan Bibi Nuri sudah menunggunya di depan pintu. Terpesona oleh kelucuan putranya, ia langsung lupa untuk mengirim pesan pada pria yang kini hanya bisa menatap ponselnya dengan cemas.Merasa kecewa karena Annisa tidak menelepon atau mengirim pesan, Baskara naik ke lantai dua dengan ekspresi muram, berniat istirahat sebelum makan malam.Bar

  • Mengejarku Setelah Perceraian   Bab 31

    Wajah Baskara menegang mendengar pertanyaan Annisa.'Kenapa dia berasumsi aku menikah dengan Laura? Apa Ibu yang memberitahunya? Sengaja biar dia marah!?' batinnya.Setelah berpikir beberapa detik, semuanya menjadi jelas. Pantas saja sikap Annisa begitu sinis saat pertama kali bertemu di restoran sushi itu.'Dia pasti cemburu, kan?'Baskara menatap lekat mata Annisa, mencoba mencari jejak kecemburuan di sana. Annisa balas menatapnya, dahinya berkerut seolah sedang memikirkan sesuatu. Tak lama, senyum hangat yang menawan perlahan terukir di bibir Baskara."Nisa, aku tahu kamu cemburu. Tapi kamu nggak perlu khawatir soal perempuan itu. Aku nggak punya hubungan apa-apa sama dia, bahkan menyentuhnya pun nggak pernah."Annisa terdiam. Mulutnya sedikit terbuka, tak bisa berkata-kata.'Dia pikir apa? Siapa juga yang cemburu sama dia?' Ia menatap Baskara dengan tajam, tapi pria itu hanya tersenyum, senyum terbaik yang pernah Annisa lihat darinya.Annisa menggelengkan kepalanya pelan, mencoba

  • Mengejarku Setelah Perceraian   Bab 30

    Senyum di wajah Baskara perlahan memudar. "Maaf soal ibuku, Nisa," katanya tulus. "Aku janji hal seperti itu nggak akan terjadi lagi. Ibuku nggak akan pernah muncul di hadapanmu lagi.""Ok, Baskara. Tapi yang kukhawatirkan sekarang bukan ibumu. Aku nggak mau dia sampai ketemu anakku—""Anak kita, Nisa," potong Baskara.Annisa menelan ludah, tapi tidak mengoreksinya. "Baskara, aku khawatir," tangannya terkepal. "Kalau ibumu sampai tahu soal Dax, aku nggak mau dia bertingkah memalukan seperti tadi. Kamu bisa janji?""Tentu saja, Nisa. Kamu istriku, dan Dax anakku. Aku akan melindungi kalian. Nggak akan ada yang bisa menyakiti kalian... bahkan ibuku sendiri."Annisa menghela napas. "Aku bukan istrimu. Bisa serius sedikit nggak, Baskara?""Aku serius. Kamu wanitaku, tentu saja akan kulindungi.""Astaga..." Annisa kehabisan kata-kata. Kenapa pria ini terus-menerus memanggilnya 'istri'? "Tuan Aditama, apa kepala Anda habis terbentur sampai lupa kalau kita sudah cerai?"Baskara terdiam."Ser

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status