Home / Romansa / Menggoda Sang Paman / Cemburu Govan?

Share

Cemburu Govan?

Author: Centong ajaib
last update Last Updated: 2025-05-08 13:00:00

Di ruang tengah, Govan duduk sendiri di atas sofa. TV menyala menampilkan tayangan acak, tapi matanya tak benar-benar memperhatikan. Sesekali ia melirik ke arah jam dinding, lalu kembali menatap layar ponselnya seolah menanti sesuatu yang tak kunjung datang.

Pukul 20.47.

Masih belum ada kabar lagi dari Nabila.

Ia menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya ke sofa. Tangannya menggenggam ponsel erat, lalu jempolnya secara otomatis membuka pesan terakhir dari Nabila, pesan yang dikirim beberapa jam lalu.

"Om, aku ke gym sama Riska ya. Gak lama kok, paling jam tujuh udah balik."

Dan ia hanya membalas singkat. 

"Oke. Hati-hati ya."

Itu tadi dan sekarang sudah lewat dari waktu yang disebutkan. Ia tahu Nabila sudah cukup dewasa untuk menjaga diri, tapi tetap saja... gelisah ini tak bisa ditepis.

Govan berdiri, berjalan ke jendela samping dan menyingkap sedikit tirai. Pandangannya menatap jalanan depan rumah yang masih cukup ter

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menggoda Sang Paman   Senyum itu untuk siapa?

    Di dapur, aroma teh melati perlahan menguar dari cangkir yang baru diseduh. Nabila berdiri memandangi air mendidih yang mengalir ke dalam mug, tapi pikirannya melayang jauh ke belakang… ke momen beberapa menit lalu, tepat di depan pagar rumah.Wajahnya memerah pelan, tak bisa menahan senyum yang perlahan merekah.Flasback.Tangan Berlian mengangkat helm pelan dari kepala Nabila, lalu menepuk-nepuk rambutnya yang berantakan. Gerakannya lembut. Mata mereka sempat bertemu sejenak dalam sorot lampu jalan yang remang.Ada hening singkat. Tapi bukan hening yang kaku melainkan hening yang terasa penuh.“Helmmu gak copot-copot dari tadi. Rambutmu kusut semua,” celetuk Berlian, berusaha mencairkan suasana.“Biarin. Yang penting gak jatuh,” jawab Nabila, menepis tangannya pelan.Tapi kemudian gerakan yang tidak disangka terjadi. Berlian mendekat, jari te

    Last Updated : 2025-05-09
  • Menggoda Sang Paman   Maaf Om

    Hosh...Seorang gadis berlari memasuki halaman rumah dengan napas tersengal. Keringat menetes di pelipisnya, membasahi anak rambut yang terlepas dari ikatan asalnya.Tubuhnya yang berisi bergerak cepat, meski setiap langkah terasa berat. Rambut bergelombang tergerai, sebagian menempel di pipinya yang bulat karena keringat. Kacamata yang bertengger di hidungnya sedikit melorot akibat hentakan langkah tergesa-gesanya.Gadis itu bernama Nabila, ia dalam masalah besar karena pulang larut malam.“Astaga…” gumamnya, menepuk dadanya yang masih berdetak kencang. Dada naik turun, menahan rasa panik yang masih menguasai dirinya.Ia berdiri di depan pintu, mencoba mengatur napas. Lampu teras rumah menyinari wajahnya yang kemerahan karena kelelahan. Nabila menggigit bibir, khawatir membuka pintu rumah.Jam di ponselnya menunjukkan pukul 11.10 malam.“Duh, kenapa sih nggak lihat jam tadi? Paman pasti marah...” gumamnya pelan sambil memutar kunci pintu dengan sangat hati-hati, berusaha membuat suar

    Last Updated : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Hantu?

    KYAAAAA!!!Jeritan melengking memecah keheningan malam.Govan yang baru saja memejamkan mata langsung melek, tanpa pikir panjang, dia berlari ke arah kamar Nabila.Belum sempat membuka pintu, Nabila sudah lebih dulu keluar dengan wajah panik, langsung menerjang tubuh govan hingga tersungkur ke lantai."Om! Hantu!!" serunya dengan suara gemetar, memeluk govan yang ada di bawahnya, jari telunjuknya menunjuk ke arah jendela kamarnya."Aduh berat, Bil!" Seru Govan sesak nafas ditindih Nabila.Nabila menyingkir membantu Govan berdiri lalu memeluknya takut."Hantunya seram om," cicit Nabila. "Hantu?" tanyanya seolah-olah tidak percaya, menatap keponakannya dengan ekspresi datar."Iya! Aku lihat putih-putih melayang di jendela! Aku takut Om!" Nabila mengangguk cepat."Udah besar kok masih takut hantu."Govan mendesah panjang, dari tadi kesabarannya di uji. Dia menatap langit-langit seolah meminta kesabaran lebih dari Tuhan."Udah dibilang jangan kebanyakan nonton film horor. Liat kamu jadi

    Last Updated : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Hinaan

    "Ayo makan siang bersama hari ini? Aku tahu tempat dengan steak terenak di sekitar kantor, aku traktir. Jangan menolak. by: L"Dahi govan mengerut, sesaat rasa gugup menyerangnya tanpa alasan yang jelas. Ia mengangkat kepalanya, menoleh ke arah pintu kantornya yang tertutup rapat."Apa laras yang menaruh kertas ini di sini?" gumamnya, sedetik kemudian ia mendesah pelan, menaruh kembali kertas itu di atas meja tanpa niat membalas.Govan mengabaikannya begitu saja, menganggap ajakan itu hanya basa-basi belaka. Ia bukan tipe pria yang tertarik dengan makan siang gratis.***Kruuuuk...Nabila terbangun dengan perut keroncongan. Ia mengusap matanya yang masih setengah mengantuk, beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur dengan langkah malas.Di meja makan, sudah tersaji hidangan yang disiapkan sepiring nasi goreng dengan lauk yang terlihat menggoda, aromanya menggelitik hidung. Tanpa berpikir dua kali, ia segera duduk dan mulai melahap makanan itu."Seperti biasa, masakan Paman

    Last Updated : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Sakit tak berdarah

    "Mereka," gumam hati Nabila, tubuhnya menegang melihat bayangan dua wanita yang tadi mengejeknya masuk dengan senyuman licik.Salah satunya adalah wanita berambut panjang dengan gaun ketat yang membuatnya tampak bak model.Satunya lagi lebih pendek, dengan wajah yang tak kalah cantik, matanya dipenuhi rasa puas setelah mengucapkan hinaan barusan."Astaga, aku masih gak percaya dia bisa makan sebanyak itu. Serius, kasihan banget cowok ganteng itu, pasti terpaksa nemenin dia," ujar suara perempuan itu dengan nada mengejek.Jantung Nabila berdegup kencang pelan-pelan, ia menoleh ke belakang.Mereka berdua kaget saat menyadari keberadaan Nabila, keduanya terdiam sesaat. Lalu, seolah tak merasa bersalah, perempuan bergaun ketat itu menyeringai sinis."Oh? Lihat siapa yang ada di sini," katanya sambil menyilangkan tangan di dada.Nabila menelan ludah. Tangannya gemetar, tapi ia tetap berdiri tegak, mencoba terlihat tidak terpengaruh."Apa ada yang mau kalian bicarakan denganku?" suaranya te

    Last Updated : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Diet

    "Nabila?!" suara Govan meninggi, langkahnya cepat menghampiri Nabila yang terduduk di kasur dengan mata bengkak, jantungnya langsung berdegup lebih cepat.Ia berlutut di depan gadis itu, tangannya langsung menangkup wajah Nabila, menelusuri pipinya yang lembab bekas air mata."Kamu habis nangis?" tanyanya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, tapi penuh kekhawatiran. "Kenapa? Ada apa, Bil? Ayo cerita dengan om."Nabila menggeleng pelan, wajahnya keliatan lelah. Govan menatapnya lama, lalu tanpa ragu, ia menarik Nabila ke dalam pelukannya."Kalau ada masalah, cerita sama Om," bisiknya di atas kepala gadis itu. "Jangan dipendam sendiri, nanti sakit."Nabila menggigit bibir, tubuhnya menegang dalam dekapan pamannya. Ia ingin bercerita. Ingin mengeluarkan semua beban di hatinya.Tapi ia takut.Takut terlihat lemah.Takut kalau Govan akan menganggapnya berlebihan. Jadi, ia hanya diam.Govan merasakan gadis itu masih kaku dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Nabila dengan lembut, mencob

    Last Updated : 2025-02-03
  • Menggoda Sang Paman   Larangan paman

    "Nabila, transferin 500k dong. Gue butuh banget nih! Kamu kan baik masa gak mau nolongin aku."Mata Govan menyipit membaca pesan tersebut, kata-katanya lembut, namun punya niat terselubung. Rahangnya mengeras seiring dengan jemarinya yang mulai menggulir chat ke atas, membaca pesan demi pesan. Semakin ia membaca puluhan pesan bernada sama, bahkan ada ancaman, tekanan, bahkan hinaan yang terselubung. "Nabila," suara govan rendah, tangannya mengepal kuat, ponsel itu hampir remuk di genggamannya."Apa maksud semua ini?" tanya Govan butuh penjelasan. Nabila menunduk, menggigit bibirnya. Ia tahu tak ada gunanya berbohong, tapi mulutnya terkunci."Om tanya, ini apa?" Govan mengangkat layar ponsel ke hadapan gadis itu, menunjuk deretan pesan yang memenuhi layar.Nabila tetap diam, ia gak ingin bilang yang sebenarnya dengan Govan, takut kalau govan akan marah. Govan semakin kesal melihat sikap diam keponakannya. Ia melemparkan ponsel itu ke sofa dan berdiri, tubuhnya yang lebih tinggi memb

    Last Updated : 2025-02-28
  • Menggoda Sang Paman   Dibully

    'Om, maaf... Aku pergi jogging dulu...'Govan terdiam sejenak, tangannya gemetar menahan tawa senang. Ternyata keponakannya seniat itu mau diet.Govan menaruh kembali kertas itu di atas meja, tak lupa meninggalkan balasaan.'Semangat ya :)'Govan mulai menyiapkan sarapan pagi. Telur dadar, roti panggang, dan segelas kopi hitam untuk dirinya.Ia baru saja meletakkan sarapan di meja ketika pintu rumah terbuka."Hosh… Hosh…"Govan menoleh dan matanya membulat ketika melihat Nabila memasuki rumah. Gadis itu mengenakan setelan olahraga, kaosnya basah oleh keringat, dan napasnya tersengal-sengal seolah baru berlari berkilometer-kilometer tanpa henti."Kamu dari mana saja?" tanya Govan dengan nada terkejut, meletakkan cangkir kopinya di meja.Nabila melepas jaket olahraganya dan

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Menggoda Sang Paman   Senyum itu untuk siapa?

    Di dapur, aroma teh melati perlahan menguar dari cangkir yang baru diseduh. Nabila berdiri memandangi air mendidih yang mengalir ke dalam mug, tapi pikirannya melayang jauh ke belakang… ke momen beberapa menit lalu, tepat di depan pagar rumah.Wajahnya memerah pelan, tak bisa menahan senyum yang perlahan merekah.Flasback.Tangan Berlian mengangkat helm pelan dari kepala Nabila, lalu menepuk-nepuk rambutnya yang berantakan. Gerakannya lembut. Mata mereka sempat bertemu sejenak dalam sorot lampu jalan yang remang.Ada hening singkat. Tapi bukan hening yang kaku melainkan hening yang terasa penuh.“Helmmu gak copot-copot dari tadi. Rambutmu kusut semua,” celetuk Berlian, berusaha mencairkan suasana.“Biarin. Yang penting gak jatuh,” jawab Nabila, menepis tangannya pelan.Tapi kemudian gerakan yang tidak disangka terjadi. Berlian mendekat, jari te

  • Menggoda Sang Paman   Cemburu Govan?

    Di ruang tengah, Govan duduk sendiri di atas sofa. TV menyala menampilkan tayangan acak, tapi matanya tak benar-benar memperhatikan. Sesekali ia melirik ke arah jam dinding, lalu kembali menatap layar ponselnya seolah menanti sesuatu yang tak kunjung datang.Pukul 20.47.Masih belum ada kabar lagi dari Nabila.Ia menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya ke sofa. Tangannya menggenggam ponsel erat, lalu jempolnya secara otomatis membuka pesan terakhir dari Nabila, pesan yang dikirim beberapa jam lalu."Om, aku ke gym sama Riska ya. Gak lama kok, paling jam tujuh udah balik."Dan ia hanya membalas singkat."Oke. Hati-hati ya."Itu tadi dan sekarang sudah lewat dari waktu yang disebutkan. Ia tahu Nabila sudah cukup dewasa untuk menjaga diri, tapi tetap saja... gelisah ini tak bisa ditepis.Govan berdiri, berjalan ke jendela samping dan menyingkap sedikit tirai. Pandangannya menatap jalanan depan rumah yang masih cukup ter

  • Menggoda Sang Paman   Ayam bakar

    “Laper gak?” tanya Berlian akhirnya.“Laper banget. Tapi aku belum kepikiran mau makan apa.” Nabila nyengir kuda, perutnya udah kerongkongan dari tadi.“Aku tahu satu tempat enak. Gak jauh dari sini. Ada ayam bakar, bumbunya enak. Kamu mau?”“Ayam bakar? Boleh tuh. Apalagi kalau bumbunya nendang.” Nabila mengangguk kecil.“Oke, kalau gitu, Princess. Mari ikut aku ke tempat paling sakral untuk pecinta ayam bakar.” Berlian tersenyum senang. Ia langsung berdiri dan meraih handuk kecil dari lehernya.Nabila tersenyum girang mendengar ajakan berlian. Mereka pergi bersihkan badan terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat ayam bakar.Tak sampai lima belas menit, mereka sudah duduk berdua di sebuah warung sederhana yang cukup nyaman. Tempatnya tidak besar, tapi cukup bersih dan punya ar

  • Menggoda Sang Paman   Kamu kenapa berlian?

    Sore itu langit tampak mendung, tapi di dalam ruang gym yang terang benderang dan dipenuhi semangat, suasananya hangat. Musik upbeat mengiringi deru mesin dan napas terengah para pengunjung. Di sudut dekat rak dumbbell, Nabila sedang melakukan gerakan stretching dengan serius. Sementara Riska sibuk menyesuaikan tali sepatunya.“Eh, kamu yakin kita mulai dari treadmill dulu?” tanya Riska.“Yakin. Biar pemanasan dulu,” jawab Nabila, masih fokus membungkuk dan merentangkan tubuhnya.Baru saja mereka bersiap menuju treadmill, pintu gym terbuka, dan masuklah seorang cowok dengan rambut agak awut-awutan dan tas ransel selempang.“Hei!” Pemuda itu melambai kecil, senyumnya tak bisa ditahan.Nabila menoleh. Seketika matanya membesar. “Berlian?”“Astaga, kamu kok kamu bisa disini? Mau olahraga j

  • Menggoda Sang Paman   Galau

    Langkah Govan terdengar mantap menyusuri lobi kantor. Setelan jasnya rapi, rambut disisir ke belakang dengan gaya yang sederhana tapi elegan.Tatapannya fokus, meski ada sedikit bayang kelelahan yang tersisa dari semalam. Tapi ada pula sesuatu yang berbeda, seberkas cahaya tenang di balik ekspresinya. Mungkin karena pagi ini dimulai dengan seseorang yang membuatnya tersenyum, meski hanya lewat kecupan singkat.“Selamat pagi, Pak Govan.”Laras sudah berdiri di depan ruangannya, menyambutnya dengan senyum yang lembut tapi penuh harap. Rambutnya digelung rapi, dan ia mengenakan blouse biru muda yang membuatnya tampak profesional dan segar.“Pagi, Laras,” jawab Govan singkat, mengangguk.“Saya sudah print laporan meeting kemarin. Juga jadwal hari ini, ada rapat internal pukul sepuluh, lalu makan siang dengan Pak Haris dari klien T Group.” Lar

  • Menggoda Sang Paman   Kecupan pagi hari

    Cahaya pagi menyelinap malu-malu di balik tirai jendela. Burung-burung berkicau pelan, seolah ikut membangunkan dunia yang masih terlelap. Di dapur, aroma roti panggang dan telur mulai menyebar, tanda bahwa Nabila sudah bangun lebih dulu.Gadis itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.15. Ia menoleh ke arah tangga dengan dahi mengernyit.“Lho, biasanya jam segini Om Govan udah rapi,” gumamnya.Ia melepas apron, mencuci tangan cepat, lalu naik ke lantai atas. Langkah kakinya ringan, tapi wajahnya menunjukkan sedikit cemas. Ia berdiri di depan kamar Govan, mengetuk pelan.Tok... Tok... Tok...“Om? Udah pagi… harusnya udah siap-siap ke kantor, lho,” panggilnya.Tidak ada jawaban.Tok... Tok... Tok...“Om, bangun! Udah Jam tujuh lewat!” Nabila mengetuk lagi, kali ini agak keras.Masih hening.Nabila akhirnya mendorong pintu perlahan. Suara derit hal

  • Menggoda Sang Paman   Lembur

    Setelah makan siang singkat itu, Govan kembali tenggelam dalam tumpukan pekerjaannya. Sekilas ia tampak seperti pria yang tak pernah kenal lelah, tegap, fokus, dengan jemari yang lincah menari di atas keyboard, sunyi mulai berbisik.Sementara itu, Laras terus memperhatikannya dari kejauhan. Ia tak mengganggu, hanya membantu mengirimkan dokumen, memeriksa surel, dan menyiapkan teh hangat saat kopi di meja Govan habis. Perhatian kecil yang tak pernah diminta, tapi tak pernah luput.Menjelang jam pulang, langit luar jendela mulai berubah warna. Cahaya sore menjingga pelan, membasuh gedung-gedung kota dengan rona lembut. Kantor mulai sepi. Beberapa staf sudah pulang lebih dulu, menyisakan hanya segelintir lampu yang masih menyala.Laras berdiri di depan ruangan Govan, mengetuk pintu pelan sebelum masuk.“Pak…”Govan mengangkat wajah dari layar.“Sudah jam enam lewat. Tugas utama hari ini selesai semua. Saya pikir... mungkin Bapak bisa pulang.”Govan mengangguk kecil, kemudian menatap jam

  • Menggoda Sang Paman   “Makan dulu pak”

    Siang mulai turun dengan cahaya yang menyelinap malu-malu di antara tirai jendela kaca. Di luar, langit sedikit mendung, menambah nuansa sendu yang lembut menghiasi hari.Di dalam ruang kerjanya yang sunyi, Govan duduk dengan tubuh condong ke depan, lengan kemeja birunya digulung setengah, menunjukkan urat-urat tegang di lengannya yang sibuk membolak-balik berkas proyek. Suara ketikan keyboard dan derit kursi menjadi satu-satunya irama yang mengisi ruangan sejak pagi.Jam sudah menunjukkan pukul dua siang.Govan belum makan apapun.Bahkan secangkir kopi pagi yang disajikan Laras tadi pagi pun belum disentuh. Wajahnya serius, fokus, dan tanpa senyum. Tapi di balik ketegasan itu, matanya terlihat lelah. Ia benar-benar sedang menyelam terlalu dalam ke dalam pekerjaan. Tok... Tok... Tok... Laras mengetuk pintu pelan, lalu masuk tanpa suara saat Govan mengangguk tanpa berpaling.“Pak…” suaranya lirih, membawa nada khawatir. “Bapak belum makan, ya?”“Belum, nanti saja. Masih banyak yang h

  • Menggoda Sang Paman   Oleh-oleh buat laras

    Udara pagi menyusup lembut ke sela-sela kain tenda, membawa aroma embun dan tanah basah. Nabila membuka matanya perlahan, menggeliat kecil dalam sleeping bag sebelum mengintip ke luar dari celah pintu tenda.Langit perlahan memancar warna jingga. Cahaya matahari belum benar-benar muncul, tapi langit timur sudah bersemu kemerahan. Di luar, kabut tipis menyelimuti pepohonan pinus dan rerumputan, menciptakan suasana magis yang hanya bisa didapat di alam terbuka.“Riska…” bisik Nabila sambil menyenggol temannya.“Masih pagi banget…” Riska mengerang pelan. “Ayo liat sunrise. Sekali-kali bangun pagi beneran.”Butuh beberapa detik, tapi akhirnya Riska bangkit juga. Dengan jaket tebal dan sarung tangan, mereka berdua keluar dari tenda. Di luar, Berlian sudah duduk memeluk lutut, matanya menatap ke arah cakrawala. Di sebelahnya Govan berdiri, memegang dua gelas berisi coklat panas.“Pagi-pagi udah romantis aja nih,” goda Riska, duduk di samping Berlian.Govan menoleh. “Coklat panas dulu sebel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status