“Hal yang paling penting yang perlu kamu ketahui adalah kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan mengubahmu. Bersamaku, kamu bisa menjadi dirimu sendiri. Aku tidak akan menentukan pekerjaan atau kegiatan yang ingin kamu lakukan. Selama kamu menjaga nama baikmu. Jadi, kamu tidak perlu takut aku akan memintamu tinggal di rumah saja dan menghalangimu bekerja,” katanya yang cukup menenangkanku.
“Kamu serius dengan itu? Aku boleh bekerja dan meniti karir?” tanyaku penuh harap.
“Tentu saja. Aku juga akan tetap bekerja setelah kita menikah. Lalu untuk apa kamu hanya diam saja di rumah? Ada kepala pelayan yang mengurus segalanya. Bunda juga masih menjadi nyonya rumah di rumah kita,” ucapnya menjelaskan. Rumah kita, bukan rumah kami. Dia sedang membiasakan aku untuk menyebut miliknya sebagai milikku juga. Dia benar-benar serius dengan hubungan kami.
“Tetapi saat kita punya anak nanti, kamu harus bisa mengatur wa
Tidak suka menonton film, tetapi dia tertawa dari awal film dimulai karena kekonyolan para pemainnya. Aku tidak tertarik menonton film romantis karena ceritanya membosankan dan aku tidak mau berpikir yang tidak-tidak saat berada di sisi wanita ini. Film romantis umumnya menampilkan adegan ranjang yang berlebihan.Film komedi adalah pilihan yang terbaik. Membuat wanita muda ini bahagia ternyata tidak sulit. Membuatnya kesal justru lebih mudah lagi. Aku suka melihatnya tidak ragu sedikit pun untuk menyampaikan pendapatnya. Bunda benar. Wanita muda ini pandai membawa dirinya. Dia tahu kapan saat yang tepat untuk marah dan kapan saat yang tepat untuk menahan dirinya.“Apakah ada yang ingin kamu beli di mal ini?” tanyaku saat kami berjalan keluar dari ruang bioskop. Dia menggelengkan kepalanya. “Kamu sudah lapar?”“Sedikit. Tetapi aku tidak mau makan di sini.” Dia melihat keramaian di sekeliling kami. Hari ini hari Minggu, wajar sa
Tidak jauh berbeda dengan keadaan rumah Celeste, rumahku juga sudah sepi saat aku tiba. Pak Raihan membukakan pintu samping untukku setelah aku memarkirkan mobil di garasi. Aku bertanya di mana keluargaku, jawabannya sesuai dugaanku. Mereka semua sudah berada di kamar mereka masing-masing. Aku mempersilakannya untuk beristirahat karena aku sudah tidak membutuhkan apa pun lagi malam ini.Aku harus melakukan sesuatu mengenai rasa tidak aman yang sering dialami Celeste. Aku tidak mau tunanganku diganggu terus oleh orang yang tidak dia kenal. Tetapi jika aku menawarkan kepadanya seorang teman yang akan selalu mendampinginya ke mana pun dia pergi, dia pasti akan menolak. Meskipun dia dimanjakan di rumah, sepertinya dia tidak suka diperlakukan istimewa. Dia ingin membuktikan kepada semua orang bahwa dia bisa hidup mandiri.Baik. Aku bisa melindunginya dengan cara lain.Setelah membersihkan diri dan mengenakan kaus putih serta celana pendek, aku duduk di tempat tidur.
Sudah dua malam ini tidurku tidak tenang karena laki-laki sombong itu. Penghancur masa depanku, perusak mimpi, dan pengekang kebebasanku. Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau tetapi aku harus mempertimbangkan reputasinya. Itu sama saja dengan aku tidak bisa melakukan apa pun sesukaku. Kalimatnya semalam hanya membuatku tambah pusing. Belum lagi ciumannya membuatku kesal. Aku terbayang-bayang pada rasa yang ditinggalkannya pada bibirku. Apakah karena ini pertama kalinya aku dicium oleh laki-laki atau ada alasan lain? Ukh! Aku benar-benar ingin menarik-narik kedua pipinya, menarik-narik kedua telinganya sampai rasa kesalku hilang. Dan senyumnya. Senyum licik penuh kemenangannya setiap kali berhasil menciumku, aku tidak suka melihat senyum itu muncul berulang kali di kepalaku. Ah, sudahlah. Untuk apa aku membuang-buang waktu berhargaku untuk memikirkan laki-laki yang tidak tahu diri itu. Di satu sisi dia begitu sopan, perhatian, tetapi di sisi lain dia berlaku seena
Kembali ke mobil, Jonah menggandeng tanganku lagi. Aku bersyukur bahwa kami datang pada saat jam kuliah sedang berlangsung. Jadi hanya ada beberapa mahasiswa saja yang terlihat duduk di bangku yang disediakan di koridor atau berjalan dari satu gedung ke gedung lain yang ada di fakultas kami. Tidak banyak yang mengarahkan pandangan matanya kepada kami.“Ini untukmu,” ucap Jonah saat dia menghentikan mobilnya tepat di depan rumah kami. Dia memberikan sebuah kotak beludru kepadaku. Aku menatapnya dengan heran. “Bukalah.”Aku membukanya dan menemukan sebuah batu permata berwarna biru langit berbentuk tetesan air mata. Ini adalah nilam, batu permata kelahiranku. Aku mengeluarkannya dan ternyata itu adalah liontin yang dihubungkan dengan rantai kalung yang berwarna putih. Aku tidak yakin Jonah akan memberiku kalung emas putih. Rantai ini pasti terbuat dari bahan metal yang mahal.“Hari ini bukan hari ulang tahunku,” ucapku bingung.
Gadis ini benar-benar menguji kesabaranku. Pertama, dia memasuki ruang makan di mana para pelayan bisa masuk kapan saja untuk melayani tuan rumah dengan memakai pakaian yang minim. Piyama bagian atasnya bukan masalah sekalipun berlengan pendek. Tetapi celana yang dipakainya terlalu pendek sehingga dia terkesan tidak mengenakan apa pun pada bagian bawah tubuhnya karena ujung piyamanya lebih panjang dari celananya.Apakah dia tidak pernah melihat dirinya di cermin? Dia gadis yang sangat cantik. Ditambah lagi dengan pakaian seperti itu, laki-laki yang ada di rumah itu bisa memikirkan yang tidak pantas di kepala mereka. Aku tidak mengkhawatirkan Papa dan Nevan. Aku hanya tidak percaya kepada para pekerja pria yang ada di rumah mereka.Jika Papa dan Nevan sedang berada di luar rumah seperti pada hari ini, lalu dia berada di ruangan yang bisa dimasuki oleh pelayan pria dengan pakaian yang terbuka, hal yang buruk bisa saja terjadi kepadanya. Tidak ada keluarganya yang bisa se
Aku hanya bisa menatap layar ponselku. Hal terbodoh yang pernah aku lakukan dalam hidupku. Aku tidak menyimpan apalagi menghapal nomor ponsel tunanganku sendiri. Bagaimana aku bisa meminta apa pun darinya kalau nomornya saja aku tidak tahu? Aku juga tidak tahu nomor ponsel Om Jarvis atau Tante Inggrid.Papa sedang bekerja, aku tidak bisa memeriksa ponselnya untuk mencari nomor Om Jarvis. Kak Nevan tidak mungkin menyimpan nomor Jonah, kalau pun ada, aku tidak mau mendengar ledekannya karena tidak tahu nomor tunanganku sendiri.Sebenarnya, aku bisa saja meminta nomor Om Jarvis kepada Papa. Tetapi ayah tunanganku itu pasti sedang bekerja. Aku tidak mau mengganggunya sekarang hanya untuk meminta nomor anaknya. Lalu aku harus bagaimana? Mengapa aku bisa sebodoh ini?Ah, sudahlah. Aku sebaiknya mulai belajar saja. Walaupun aku sudah menguasai bahan penelitianku, tidak ada salahnya aku kembali membuka semua data yang sudah aku kumpulkan. Para dosen penguji pasti akan m
Aku memerhatikan foto pada berita tersebut dengan baik. Fotografer yang ditunjuk Ayah sangat berbakat. Dia tahu momen yang tepat untuk menekan tombol pelepas rana. Aku yakin bahwa aku dan Celeste sama-sama dalam keadaan canggung setelah pemasangan cincin tunangan. Tetapi hasil fotonya justru menunjukkan yang sebaliknya. Kami berdua tersenyum bahagia.Berita mengenai pertunangan Jason dan Jovita akhirnya disebar di berbagai media. Ayah hanya perlu memberikan beritanya kepada salah satu wartawan yang adalah sahabat baiknya, maka media lain akan mengejar berita tersebut ke Divisi Humas perusahaan kami.Ayah mengumumkan berita tersebut pada hari ini karena undangan pernikahan Jason sudah siap untuk disebarkan. Jadi, setiap keluarga, sahabat, dan rekan bisnis kami tidak akan terkejut saat menerima undangan tersebut.Berbeda dengan sikap orang lain kepadaku, Ayah bersikap adil kepada kami berdua. Ukuran yang digunakan untuk foto Jason dan Jovita juga digunakan pada fo
Hampir empat jam aku berada di ruangan yang semula aku anggap mengerikan itu, ternyata para dosen penguji membuat suasana terasa santai dan penuh kekeluargaan. Aku tetap merasa gugup saat mempresentasikan penelitianku dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Tetapi aku bisa menjawab semuanya dengan baik. Sebagai hasilnya, aku mendapatkan nilai yang memuaskan.Jonah menungguku dengan sabar di luar ruangan. Dia segera berdiri ketika aku dan Nola berjalan mendekatinya. Dia pasti sudah melihat selempang yang aku kenakan. Aku sangat bahagia hari ini! Dan dia menambah kebahagiaanku dengan memberiku sebuah buket bunga mawar dan lili. Cantik sekali! Aku tidak melihat buket itu ada di mobil. Apakah dia meminta kepada pemilik toko untuk mengantarnya ke sini?“Selamat untukmu,” katanya setelah memberikan buket bunga yang disembunyikan di balik tubuhnya tadi.“Terima kasih, Jonah!” ucapku senang. Orang-orang yang masih ada di sekitar kami menggo