Share

Dasar Kejam

Setelah Paul memberitahu bahwa kakek memanggil Xander langsung bersiap. Dan dengan malas Xander pergi ke ruang kerja kakeknya.

“Kakek memanggilku?” tana Xander masuk setelah mengetuk pintu.

“Apa kau sudah mengambil keputusan?” tanya Baker meninggalkan sebentar pekerjaannya. Xander diam mematung sambil menatap tajam kakeknya.

“Kalau kau tidak mau menerima perjodohan ini, maka Kakek akan menyerahkan perusahaan pada Sean.” Baker kembali berkata lalu melanjutkan pekerjaannya.

“Mungkin Sean lebih baik darimu. Jadi pikirkan jawabanmu dengan baik sebelum menjawab.”

Sialan! Xander sangat membenci ini. Dengan susah payah ia membangun perusahaan agar bangun dan menjadi sukses, tapi dengan mudahnya kakek mengatakan akan memberikannya pada Sean jika ia menolak perjodohan.

Gila! Xander bisa gila. Lebih baik ia mati dari pada memberikan perusahaan kepada Sean dengan cuma-cuma begini. Tapi di sisi lain Xander juga tidak ingin menerima perjodohan ini.

“Aku menerima perjodohan dengan Amelia, Kek,” ujar Xander pada akhirnya. Masa bodoh, Xander hanya tidak ingin kehilangan perusahaannya. Untuk sekarang hanya ini keputusan yang menurut Xander paling benar.

“Bagus. Segera putuskan hubunganmu dengan wanita itu!” ujar Baker dengan tegas.

Xander mengepalkan kedua tangannya, dia marah. Mulutnya sulit di buka, namun apa Xander memiliki pilihan lain?

“Baik, Kakek.”

“Temui Amelia jam 2 siang. Aku sudah reservasi restoran untuk kalian,” ujar Baker tepat Xander berada di ambang pintu hendak keluar.

“Iya, Kakek.”

Xander meninju dinding kamarnya hingga tangannya memar dan berdarah, tapi walau begitu Xander tidak merasa sakit begitu saja.

Sialan!

“Paul!”

Dengan cepat pintu kamar Xander terbuka.

“Anda memanggil saya, Tuan?”

“Ya, tolong handle pekerjaanku. Aku ada urusan mendadak.”

“Baik, Tuan.”

Xander sudah menunggu di restoran yang telah di pesan oleh kakeknya, Xander datang lebih cepat dari waktu yang di janjikan. Sekarang Xander sedang menikmati kopinya sambil melihat berita saham di ipadnya.

“Xander?” tanya Amelia membuat Xander sadar lalu menganggukan kepalanya.

“Benar, silahkan duduk!”

“Terima kasih.”

“Maaf, aku sangat terlambat. Tadi ada urusan kuliah yang tidak bisa kutinggalkan.” Amelia menjelaskan keterlambatannya kepada Xander.

“Ya. Tidak apa-apa. Aku akan langsung ke intinya saja,” ujar Xander tidak ingin membuang banyak waktunya untuk Amelia.

“Baiklah.”

“Aku ingin pernikahan kita berakhir dalam setahun. Dengan kata lain, ini hanyalah pernikahan kontrak,” ujar Xander to the point membuat Amelia terkejut sejenak.

“Pernikahan kontrak?” tanya Amelia memastikan.

“Iya, pernikahan di atas kertas,” jawab Xander tegas.

“Aku sudah memiliki kekasih yang sangat aku cintai. Kau juga boleh mempunyai kekasih atau apalah, terserah. Asal jangan mengganggu kehidupan masing-masing.” Mendengar penuturan Xander Amelia hampir memangis namun ia menahannya. Amelia tidak ingin namak lemah di depan pria yang amat kasar ini.

“Lalu apa alasan kau menerima perjodohan ini?” tanya Amelia berdehem sebentar untuk menetralkan suaranya agar tidak serak.

“Untuk menjadi ahli waris perusahaan.”

Dasar tidak berperasaan. Pria kasar! Amelia mengumpat di dalam hatinya.

“Lalu apa keuntungan untukku?”

“Bukannya ini wasiat kedua orang tuamu? Ini adalah keuntungan kedua belah pihak. Kau harus menerimanya. Bacalah!”

Jawaban memohon Xander membuat Amelia mengerti, mereka sama-sama mendapatkan keuntungan dari pernikahan kontrak ini. Tidak akan ada masalah untuk kedepannya, bukan?

Amelia menerima kertas dan pena dari Xander.

“Pernikahan kontrak satu tahun.” Amelia terdiam sejenak ketika membaca baris awal dari kontrak.

“Pertama, tidak boleh ada cinta diantara kedua pihak. Kedua, bebas memiliki kekasih. Ketiga, tidak boleh mengganggu hubungan pihak lain. Keempat, tidak boleh memberitahu siapapun masalah kontrak ini. Penalti jika melanggar kontrak di atas adalah semua harta pihak yang melanggar akan jatuh ke pihak yang tidak melanggar.” Amelia tidak bisa berkata-kata lagi, pria di depannya sekarang memang sangat sesuatu sekali.

“Wah, kau pasti sudah memikirkan ini dengan baik,” ujar Amelia sambil tersenyum ketir.

“Demi kebaikan masa depan.”

Amelia tidak ingin memperpanjang waktu lagi berssama pria kejam ini.

“Baiklah, tanda tangan di sini, kan?” Amelia langsung menandatangi surat perjanjian kontrak pernikahan.

“Aku harap kau mengerti.”

“Aku sangat setuju, setidaknya di wasiat kedua orang tuaku tidak menjelaskan pernikahan jenis apa,” ujar Amelia memaksakan senyumnya.

“Kau bebas memiliki kekasih. Dan aku tidak akan mengganggu hubungan kalian. Jatuh cinta padamu? Kau tenang saja itu tidak akan terjadi!” ujar Amelia ia tidak ingin harga dirinya jauh di depan pria ini dengan mengemis cinta yang memuakan.

“Bagus, ternyata kau gadis yang cerdas.”

“Terima kasih, banyak yang mengatakan demikian,” ujar Amelia dengan percaya diri.

“Aku tidak sedang memujimu. Kau juga tenang saja. Aku tidak akan mengganggu kehidupanmu.”

“Masih ada yang perlu kita bahas?” tanya Amelia membuat Xander menggelengkan kepalanya.

“Tidak ada.”

“Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku akan pulang.” Amelia bersiap bangkit dari duduknya, ia juga tidak ingin lama-lama berurusan dengan pria gila ini.

“Kita harus ke butik untuk fitting.”

“Baiklah.” Amelia menghembuskan nafas kasar.

30 menit kemudian, Xander dan Amelia sudah berada di butik terkenal yang hanya melayani kalangan atas saja.

“Tuan muda Baker dan Nona Miller silahkan masuk, kami sudah menunggu Nona dan Tuan.” pegawai butik datang menyambut Amelia dan Xander. Amelia dengan malas melihat-lihat sekitar butik, sangat menyesakan.

“Kami sudah menyediakan gaun dan tuxedo untuk Tuan dan Nona.”

“Terima kasih.”

“Nona, mari ikut bersama saya.” Amelia mengikuti pelayan butik yang amat sangat ramah.

Pelayan butik juga yang membantu Amelia memakai gaun pernikahan, entaha ada berapa pelayan yang Amelia tahu banyak pelayan yang kelaur masuk membantunya.

“Wow, Anda sangat cantik dan elegan memakai ini Nona. Saya yakin Tuan akan menyukai gaun pernikahan ini.” puji pelayan butik berlebihan membuat Amelia hanya tersenyum.

“Terima kasih.”

Amelia keluar menunjukan gaunnya pada Xander. Walaupun ia tahu Xander pasti akan biasa saja melihatnya tapi tetap saja Amelia merasa Xander harus melihatnya.

Tidak bisa di pungkiri Amelia sangay cantik bahkan Xander terpana sebentar.

“Bagaimana?” tanya Amelia membuat Xander tersadar.

“Kau suka?” tanya balik Xander.

“Yes, not bad.”

“Kami akan mengambil gaun ini, tuxedonya cocokkan saja.” Xander berkata pada manager butik

“Baik Tuan. Semoga nanti pernikahan Tuan dan Nona berjalan dengan lancar.”

“Kami selalu menantikan Tuan dan Nona untuk datang kembali.”

“Ya, terima kasih,” jawab Xander.

“Aku akan pulang naik taksi,” ujar Amelia ketika mereka sudah di parkiran.

“Sampai jumpa.”

“Baiklah.”

Dengan tidak berperasaan sama sekali Xander meninggalkan Amelia.

“Huft, lelah sekali.”

‘Mama, Papa, aku harap Mama dan Papa tidak terlalu kecewa dengan pernikahan ini. Ternyata pernikahan ini tidak sesuai harapan kalian. Tapi walau begitu aku akan melakukan yang terbaik dalam setahun kedepan. Aku harap Mama dan Pada bisa bahagia di surga.’

“Taksi!”

Bersambung..

Holla, ini Lily. Terima kasih sudah membaca cerita Lily.

Jangan lupa Subscribe ya!

Love, Lily.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status