Home / Romansa / Menikahi CEO Dingin / Bab 7 -Mansion Alvaro

Share

Bab 7 -Mansion Alvaro

Author: Bunda kembar
last update Huling Na-update: 2024-04-04 11:00:38

Sore hari tiba, Bunga masih tidur dengan lelapnya, Alvaro tengah bersiap ia baru saja selesai mandi, di lihatnya gadis itu masih tidur.

Alvaro mulai mendekati istrinya memperhatikan wajahnya entah kenapa dia lebih senang jika melihat wajah istrinya sedang tertidur seperti ini.

Sedikit ada pergerakan dari Bunga sepertinya ia akan segera bangun, Alvaro lantas berdiri dan mulai menjauh dari ranjang, lelaki itu berpura-pura membenarkan kancing kemejanya.

Bunga membuka matanya, kemudian melihat suaminya telah rapi di depan meja rias, gadis itu melihat jam di atas nakas sudah jam 05.00 sore.

‘Kenapa aku bisa tidur sepulas ini,’ ucapnya dalam hati.

“Cepatlah bangun dan bersiap kita akan turun, apa kau hanya ingin di dalam kamar saja tidak berniat untuk pergi keluar?” Alvaro memasang kancing di lengan bajunya sambil melihat ke arah Bunga yang sedang melamun.

Lagi-lagi gadis itu mengabaikan Alvaro ia tak menjawab dan langsung sa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi CEO Dingin    bab 112 Tidur saja di luar

    Setelah diperiksa secara intensif di rumah sakit, Bunga dan Alvaro diperbolehkan kembali ke hotel tempat mereka menginap tadi. Petugas medis dan rumah sakit itu menawarkan untuk mengantarkan mereka kembali ke hotel, tapi Bunga menolak. Dia ingin kembali dengan taksi saja bersama Alvaro saja, Bunga merasa enggan bila harus naik ambulans lagi. Alvaro sendiri juga merasa enggan diantarkan menggunakan fasilitas dari rumah sakit itu. Mereka sudah merasa kuat kembali.Keluar dari rumah sakit, Bunga dan Alvaro segera memesan taksi. Keesokan harinya mereka harus kembali ke Indonesia, dan mereka belum beristirahat sama sekali. Padahal, malam sudah cukup larut akibat kelamaan terlibat insiden di lift sebelumnya.Setelah sampai di hotel, pihak hotel itu sendiri langsung menyambut mereka. Dari pihak hotel tadi menginformasikan kalau mereka sudah mengamankan barang-barang Alvaro dan Bunga yang tertinggal di dalam lift, dan mereka akan mengantarkannya dengan troli. Seo

  • Menikahi CEO Dingin    Penyelamatan

    Alvaro berdiri dan segera menekan kembali tombol darurat di lift tersebut. Dia memohon agar secepatnya diberi bantuan. Alvaro menyampaikan kalau istrinya yang bersamanya di dalam lift saat ini tak lagi sadarkan diri.“Can you perform CPR on her?” tanya wanita yang menerima permintaan bantuan secepatnya oleh Alvaro. Alvaro meringis, dia tak pernah melakukan CPR sebelumnya. Tidak banyak orang biasa yang mampu melakukan CPR dengan cara yang benar. Selama ini, Alvaro tak pernah belajar, bahkan tak pernah mengetahui cara melakukannya. Dia melirik ke arah Bunga, Alvaro merasa tak mampu melihatnya seperti itu. Alvaro sedih dan khawatir kalau terjadi sesuatu yang buruk pada istrinya itu.“Helo, helo, Sir. Can you hear me?” Wanita yang menerima panggilan darurat Alvaro kembali memancing kesadaran Alvaro. Alvaro pun tersentak. Sekarang bukan saatnya dia untuk berpikir mengenai bagaimana cara melaksanakannya, melainkan Alvaro harus berpikir mengenai nyawa dan kesela

  • Menikahi CEO Dingin    bab 110 Buah tangan

    Bunga mengerucutkan bibirnya. Dia tetap menginginkan masuk ke museum itu. “Sudah, tidak apa. Biar aku yang mengantri. Kau duduk di kursi taman itu saja,” ujar Alvaro. Bunga tersenyum senang. Dia sudah siap untuk berjalan ke tempat yang dikatakan Alvaro.“Benar, Sayang? Apa kau tidak capek nanti?” tanya Bunga. Dia kembali memandang ke panjangnya antrian yang ada di hadapan mereka. Bunga bahkan mencoba menghitung berapa orang yang ada di depan mereka pada antrian itu.“Tidak capek. Sana, Sayang. Tapi ingat, jangan kemana-mana dan tetap disana, okay?” perintah Alvaro. Bunga mengangguk, dia kemudian berjalan ke arah kursi taman. Dia kemudian duduk dan menunggu Alvaro di kursi taman itu.Alvaro pun mengantri, menunggu hingga orang lain di depan mereka masuk satu per satu. Sampai tiba giliran mereka, kemudian Alvaro memanggil Bunga dengan isyarat tangannya. Bunga pun mendekat, dan mereka berdua masuk ke dalam.Beberapa waktu mereka habiskan meli

  • Menikahi CEO Dingin    bab 109 Berkelahi

    Alvaro memegang kerah bagian belakang baju pemuda itu. Dia terpaksa berbalik dan melayangkan tinjunya pada Alvaro. Alvaro berkelit kemudian balas meninju wajahnya. “Terus, Sayang! Pukul dia! Hajar!” pekik Bunga dari belakang Alvaro. Alvaro baru menyadari kalau Bunga sejak tadi tidak pergi ke tempat petugas kepolisian seperti yang diperintahkan Alvaro. Ketika Alvaro lengah, pemuda itu hampir saja berhasil memberikan bogem mentahnya pada Alvaro. Namun Alvaro menangkisnya, kemudian memuntir dan menarik kencang tangan pemuda itu. Sang pemuda langsung terseok-seok. Alvaro memutar lengannya ke belakang kemudian membantingnya. Dia terkapar di tanah seperti kedua temannya yang lain. Mereka kemudian saling membangunkan satu sama lain dan lari tunggang-langgang. Alvaro mendekat pada Bunga. “Ya ampun, kau masih disini. Cepat ambil sepedamu, kita pergi dari sini,” ujar Alvaro. Bunga secepatnya melakukan apa yang dip

  • Menikahi CEO Dingin    bab 108 Rawan

    Bunga hanya bisa menatap kebingungan ketika lelaki itu berlalu sambil meneriakkan agar dirinya tidak berhenti. Bunga melihat ke kiri kemudian ke kanan. Berusaha mengingat lokasi tempatnya berada sekarang, mungkin saja dia perlu menggambarkan itu kepada Alvaro. Bunga ingin segera menghubungi suaminya saja.Kalau saja ada papan penunjuk arah atau toko tentu saja Bunga bisa mengatakan lokasi dengan lebih mudah. Tapi, di area tersebut sama sekali tidak ada pertokoan. Semuanya hanya bangunan-bangunan dengan bentuk yang sama. “Aduh, dimana ini ya?” gumam Bunga.Bunga ragu, dia harus terus mengayuh sepedanya lagi seperti kata orang asing tadi, atau dia harus melihat map untuk menuju ke arah restoran Indonesia yang didatanginya kemarin. Atau, Bunga harus menghubungi Alvaro dengan segera. Bunga benar-benar linglung, tak tahu dimana dirinya berada.“Helo, looks like you’re not from here.” Sapa seorang pemuda. Wajah Kaukasia pemuda itu tampak memikat. Nam

  • Menikahi CEO Dingin    jangan bermimpi

    “Sudah siap?” tanya Alvaro pada Bunga yang masih merias wajahnya. Bunga langsung menatap sang suami melalui kaca meja rias. Alvaro sudah berdiri di belakangnya. Alvaro mengenakan baju santai dengan jaket tebal dan sarung tangan. “Oh, Sayang? Tetap pakai jaket winter?” tanya Bunga. Alvaro terkejut, mengamati pakaian yang dikenakan sang istri. Bunga mengenakan t-shirt dan celana kasual. “Sayang, tetap saja kau akan kedinginan meskipun bersepeda disini. Bukan seperti kita berolahraga di Jakarta. Kenakan jaket winter-mu dengan sarung tangan. Kau tak mau hipotermia kan? Kalau hipotermia, aku terpaksa menghangatkanmu di jalanan nanti.” Alvaro berkata sembari mendekati sang istri dan memeluk pinggangnya. Itu tentu saja bagian dari ancaman Alvaro. “Kau tadi tidak bilang, Sayang,” jawab Bunga. Alvaro menahan senyumnya ketika Bunga kembali berjalan ke walk in closet dan membuka lemari untuk mengambil jaket winter dan sarung tangan ya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status