Setelah berpose dengan beberapa produk brand ternama, berganti pakaian dengan jumlah yang tak terhitung, pada akhirnya sesi pemotretan dan pengambilan gambar tersebut selesai ketika hari menjelang malam."Kau baik-baik saja?" Nicholas berjalan di samping Megan sembari mengulurkan botol mineral dingin yang sudah dibuka tutupnya.Megan menghela napas pendek, menatap botol tersebut dan menerimanya. Sekarang, ia tak akan sungkan-sungkan untuk menerima segala jenis perhatian Nicholas. Menyenangkan pria itu dengan cara yang sama seperti Nicholas berusaha memenangkan hatinya.Megan mengangguk sambil memaksa satu senyuman untuk pria itu.Nicholas ikut tersenyum. "Baguslah. Hasil fotonya tidak pernah mengecewakan seperti biasanya."Megan mengangguk lagi. "Kau sangat menikmatinya, kan?"Nicholas terkekeh pelan. Tentu saja, pekerjaannya tak pernah terasa lebih baik dan menyenangkan dari yang pernah ia lakukan. Dan semua itu karena Megan Ailee, yang disempurnakan dengan hubungan mereka yang semak
Setelah memastikan penampilannya sempurna di depan cermin, Megan mengambil ponselnya di nakas dan mengetikkan pesan singkat pada Nicholas. 'Aku sudah siap.'"Kau akan keluar?" tanya Jelita yang sudah membawa nampan berisi makan malam untuk Megan. Menatap dengan kesal pada Megan. Megan memutar tubuhnya, menatap namanya tersebut dan meringis penuh penyesalan. "Maaf, aku tak sempat memberitahumu."Jelita mendesah lirih, memberengut kesal. "Kau selalu lupa memberitahuku jika memiliki jadwal dadakan, Megan," gerutunya sambil meletakkan nampan di meja. Kemudian berjalan menghampiri Megan, dengan kedua mata yang memicing tajam. Mengamati penampilan Megan dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau akan makan malam dengan seseorang?"Megan menghindari tatapan menelisik Jelita dengan mengambil tasnya di meja. Membuka dan terlihat berpura-pura memastikan semua barangnya ada di dalam sana. "Aku harus pergi sekarang. Jangan tunggu aku pulang. Kembalilah ke apartemenmu," ucapnya kemudian berjalan
"Tante cantik?" Kedua mata Kiano membulat sempurna melihat Megan yang baru saja melewati pintu putar. Langkahnya yang seharusnya kembali dari arah lorong tempat toilet berada, berputar ke arah kedatangan Megan. Dengan senyum semringah yang memenuhi wajahnya. Akan tetapi, seseorang dari arah seberang menabraknya, dan saat pandangannya kembali mencari keberadaan Megan. Megan sudah menghilang. Dengan wajah kecewanya, kepala Kiano berputar. Mencari keberadaan Megan dengan dia. Hingga salah satu pengawal Megan menemukannya dan membawanya kembali ke salah satu ruang pribadi tempat ayahnya berada. Kali ini, di keesokan malamnya. Begitu Kiano masuk ke dalam restoran yang sama. Pandangannya berputar mencari. Saking fokusnya mencari, membuat anak kecil itu terselip oleh langkahnya. Mikail yang tepat berada di samping depan sang putra, menangkap tubuh mungil itu dengan sigap. "Perhatikan langkahmu, Kiano!" peringatan Mikail pada sang putra. Yang masih sempat melirik ke kanan dan ke kiri sebe
Megan duduk di kursi yang ditarik kan oleh Nicholas dan membalas pria itu dengan sebuah senyuman lembut. Kemudian Nicholas berjalan ke seberang meja dan menarik kursi untuk dirinya sendiri. "Kau ingin memesan menu makananmu sendiri atau biarkan aku melakukannya untukmu?" tanya Nicholas mulai membuka buku menu yang sudah disiapkan di hadapannya juga Megan. "Aku akan melakukannya sendiri. Terima kasih." Megan membuka buku menu miliknya. Sedangkan Nicholas mengangkat tangan ke arah pelayan yang menunggu dengan sikap siaga di samping pintu. Dan keduanya sibuk menentukan menu makanan masing-masing. Setelah pelayan menulis menu masing-masing, pelayan tersebut berpamit dan meninggalkan keduanya dalam sekejap. "Kau memesan udang mentega?" Salah satu alis Megan terangkat, penuh kecurigaan yang menyelimuti tatapan wanita itu. Di acara makan malam mereka yang terakhir, Nicholas memerankan menu makanan sehat yang setiap hari di sajikan oleh Jelita untuknya dan selalu ia pesan di mana pun ia h
Kaki Mikail terselip di antara celah pintu sebelum Megan berhasil menutup pintu apartemen. Dengan kekuatan prianya, Megan jelas kalah untuk mendorong mundur pria itu.Hanya butuh sedikit kekuatan yang dikerahkan oleh Mikail untuk membuka pintu dan menerobos masuk ke dalam apartemen. "Kuyakinkan padamu, Megan. Berteriak hanya akan membuat situasi kita berdua semakin sulit," peringat Mikail saat bibir Megan sudah bergerak akan berteriak meminta pertolongan.Mulut Megan kembali terbungkam, tetapi ia tak kehilangan akal. Tangannya yang memegang ujung tas, bergerak menyelinap. Tetapi sebelum berhasil menyentuh ponselnya, dalam satu gerakan gesitnya. Tas tersebut sudah berada dalam kuasa Mikail."Apa yang kau lakukan, Mikail?" Megan menggunakan kedua tangannya menggapai tasnya yang dirampas oleh Mikail. "Berikan padaku!"Mikail mendengus keras. "Agar kau bisa meminta pertolongan pada Nicholas?"Megan berjinjit. Dengan tubuhnya yang tinggi tetap saja tinggi tubuh Mikail masih jauh lebih ting
Pesta ulang tahun Kiano berjalan dengan sangat lancar. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah bocah kecil itu menular memenuhi seluruh tamu undangan yang datang. Mulai dari kerabat dekat dan teman sekolah Kiano. Potongan kue pertama diberikan Kiano pada Mikail, dan potongan kedua … anak mungil sempat meragu saat memberikannya pada Alicia. Karena Nicholas satu-satunya tamu yang tidak datang.Mikail sendiri meyakinkan pada putranya bahwa Nicholas sedang memiliki urusan yang mendadak. Sehingga tidak sempat mengabari akan ketidak hadirannya. Tetapu akan tetap mengirim hadiah untuk anak itu.Setelah acara utama selesai, Mikail mendapat satu isyarat singkat bahwa pengawalnya teah berhasil mengamankan Nicholas. Mikail pun memastikan putranya sibuk dengan teman-temannya sebelum ia pergi meninggalkan keramaian pesta menuju ruang kerjanya. Tempat Nicholas dan anak buahnya menunggu.“Jadi semua ini rencanamu?!” sembur sepupunya begitu Mikail muncul dari pintu yang dibuka. Hendak menghambur ke
“Apa itu benar, Om Nicky?”Raut wajah Mikail membeku, menekan dalam-dalam ketegangan yang meremas dadanya.“Ya, jagoan. Kau harus mendengar apa yang dikatakan oleh papamu.”Bibir Mikail menipis tajam akan jawaban Nicholas yang berada di tengah-tengah. Tak memberinya keamanan sekaligus tak memperburuk keadaan. Tersirat dengan jelas rencana yang licik di kedua mata pria itu. Mikail bisa melihat dengan jelas.Akan tetapi, setidaknya jawaban Nicholas mampu menghentikan rasa penasaran yang menghiasi wajah sang putra. Mikail berhasil membujuk Kiano kembali ke pesta setelah Nicholas memberikan hadiah dari pria itu untuk Kiaono yang diletakkan di meja.Dan setikdaknya Kiano tak mempertanyakan fakta itu lebih banyak lagi. Ataupun menyinggung tentang ibu kandung. Seperti biasanya. Acara malam itu berlangsung dengan lancar, senyum dan kebahagiaan di wajah Kiano kembali seperti semula. Sepanjang acara.Mikail berharap Kiano tak pernah lagi mempertanyakan hal ini sampai kapan pun. Dan harap
Mikail membeku. Jelas itu adalah sebuah pertanyaan yang besar.“Apa mama tidak menyayangi Kiano?” Keantusiasan memenuhi kedua mata bulat Kiano. “Apa mama tahu siapa Kiano?”Lagi, bibir Mikail dibuat membeku. Tak mengatakan apa pun adalah cara teraman untuk menghadapi situasinya saat ini.Jika ia menjawab yang sesungguhnya, pun semua kesalahan berada di pihak Megan. Tetap saja jawaban itu akan membuat Kiano tersakiti.“Apakah itu sebabnya mama meninggalkan Kiano saat itu? Karena tidak tahu siapa Kiano yang sebenarnya?”Rasa panas menjalar di kedua ujung matanya, belum pernah Mikail merasa seterpojok ini. Nicholas benar, Kepercayaan dirinya belum pernah diruntuhkan sehancur ini oleh siapa pun. Tak ada yang berani melakukan hal segila itu padanya, bahkan memikirkannya pun tidak.Melihat kerinduan yang begitu besar menyelimuti kedua mata biru itu, Mikail tahu segala hal yang telah ia berikan dan limpahkan pada putranya tidak melengkapi kekosongan hati Kiano. Bahkan mungkin tak perna