Share

4.mengorek informasi 1

" nah ,ini nih cewek yang kemarin saya ajak ngobrol ?" Albi berjongkok degan Ridwan.

" Kirain..." kini wajah muram Ridwan terlihat.

" Gak usah di tekuk tuh muka ! Masih sama tetep jelek ! " Ledek Albi dengan polos.

" Nah,bener gini bi,pagi- pagi biasakan datang kesini !" Albi seolah terus menagih rasa gorengan yang di buat Bi Ijah.

" Iya den..." Jawab Bi Ijah dengan senang.

Mereka pun memakan gorengan sebagai menu sarapan mereka di pagi hari..

Kini Albi sudah terbiasa dengan hidup nya sekarang dan sudah meninggalkan kebiasaan lamanya mewah tapi menipu dirinya sendiri.

Setelah menyelesaikan sarapan paginya mereka pun kembali bekerja mengambil peralatan pertukangan . 

Albi kembali lagi pada Bi Ijah dan bertanya menanyakan alamat rumah Bi Ijah .

" Bi...sekarang bibi tinggal dimana ?" Tanya Albi yang masih penasaran.

" Bibi tinggal di perkampungan belakang komplek ini den ..." Jawab Bibi ramah.

" Jangan panggil Aden...panggil nama saja ..Albi " Albi enggan memakai panggilan Aden untuk dirinya karena mengingatkan sosok Pak Kimin dan Bi Rokayah.

Sebutan Aden ia tanggalkan karena baginya sebutan itu sebuah kepalsuan.

Albi masih sibuk dengan kegiatannya sebagai kuli bangunan dan di kediaman Hari sedang sibuk menghubungi teman-teman Albi yang tertera di kontak ponselnya.

Hari sibuk menghubungi sana sini namun hasilnya nihil tak ada satu pun teman Albi yang mengetahui keberadaan anaknya itu.

" Mau jadi pembangkang dia rupanya !" Emosi Hari meledak .

" Kita lihat saja siapa yang menang !" 

_-_-_-_-

Paman Edo tak di perbolehkan menginap di hotel oleh  Rama ayah kandung Zahra.

Karena bagi mereka jika keluarga Edo menginap di hotel maka suasana akrab layaknya adik dan kakak tak akan sehangat seperti sekarang ini.

"Mas...kamu gak kerja ?" Tanya Edo.

" Sama kaya kamu ikut cuti juga !" Jawab Rama .

" Ayah udah gak ngantor lagi " tiba-tiba Zahra masuk dan ikut duduk bersama mereka.

" Ayah punya bisnis sendiri bangun usaha sendiri "tambah Zahra.

" Ayah buka bengkel  motor " tambahnya lagi.

"Bosan saya duduk di kursi terus ! Mending gini deh ! Cuti dan kerja sesuka hati saja !" Rama berbicara karena merasakan kejenuhan bekerja di perusahaan milik orang lain.

" Kamu kapan mau pensiun dini atau mau tunggu sampai dapat gelar jenderal" tanya Rama pada adiknya.

" Wah...belum mikir lepas jabatan yang yang sekarang nih " jawab Edo yang belum terlalu berpikir ke arah bisnis.

" Kalau ada duit nganggur mah do...bangun usaha kos-kosan biar kamu udah cape nanti gak pusing bikin dapur ngebul !" Saran Rama.

" Bener juga ! Duit ada sih kalau di gabung sama penghasilan isteri " jawab Edo .

" Nyari lahan di mana ? Belum kepikir tuh tempatnya di mana ?" Edo masih bingung.

" Kalau bisa sih di tanah Jawa do ...kamu kan dari tanah Jawa" saran Rama kembali.

" Iya benar sekalian nanti kalian yang urus deh semuanya !" Edo mempercayakan semuanya pada Rama kakaknya.

" Mumpung masih di sini nanti sore keliling saja siapa tahu ada lahan yang cocok !" Rama mengajak Edo untuk bisa menentukan lahannya sendiri.

" Benar jalan sore aja ! Sudah lima tahun juga gak pernah jalan keliling lagi " ucap Edo.

" Ya,sudah sekarang makan siang dulu deh !" Ajak Rama.

"Zahra  Kamu gak pergi kuliah ?" Tanya sang paman .

" Percuma pergi ke kampus juga  ! Lihat di grup WA dosennya sakit ! "Jawab Zahra.

" Kan,ada ASDOS jangan bikin alasan untuk bolos deh " jawab sang paman.

" Hehe...lebih asyik belajar sama DOSEN langsung !" Zahra sedang gak mood untuk pergi ke kampusnya.

" Ok ! Kali ini di maafin ! Lain kali ,jangan bikin alasan apapun.

" Sekali-kali nongkrong di rumah gitu " jawab Zahra dengan senyum yang di paksakan takut kalau sang paman ikut menceramahinya.

" Ingat...kalau pun harus bolos tapi tetap belajarnya harus jalan terus ! Waktu belajar yang harusnya di kampus sekarang ganti di rumah !" Sang paman menasehati keponakannya demi kebaikannya.

"Sekarang harus belajar ! Maaf gak bisa dong om ! Perut minta di isi dulu ! Mana bisa mikir kalau di serang cacing yang ada buntu semua !" Jawab Zahra.

" Terus mau kapan belajarnya !" Tanya Rama sang ayah.

" Malam aja yah ! Boleh ya ! Sore kan mau ikut nyari lahan ! Itung - itung cuci mata !" Zahra mengiba pada kedua orang dewasa di hadapannya.

" Terserahlah ! Makin di atur,makin  ngawur ! "Ayah Rama enggan berbelit lagi dengan anaknya.

" Yey ... Makasih ayah " kemudian Zahra memeluk dan menciumi pipi ayahnya.

_-_-_-

"Mau kemana bro...sore begini tumben kinclong tuh wajah !"  Ridwan merasa heran dengan tingkah Albi.

" Yey...mau ngapel dong ! Gue kan masih laku ! Gak bulukan kayak lu nyantai di kosan melulu !" Jawab Albi asal.

" Boleh ikut ?" Tanya Ridwan.

" Nggak ! No...!" Jawab Albi tegas.

" Ini acara pribadi gak ada bonus bawa satpam kaya lu ya !" Albi yang enngan di ketahui Ridwan tentang niatannya.

" Gimana gak bulukan coba ! Yang di tempelin temannya model lu ! Nyesel ya lu punya teman kaya gue !" Ridwan mulai merasa kesal.

" Ah...terserah deh mau ngomong apa ? Ini bukan soal cinta atau soal cewek seperti yang ada di dalam pikiranmu itu ! Tapi ini soal harga diri seorang "lelaki" paham !" Albi menjelaskan dengan detail takut kalau Ridwan menjadi salah paham.

" Itu bibir gak usah dimanyunin gitu! tetap aja jeleknya gak berubah !" Albi berkata tanda ia hanya sedang bergurau.

" Udah ya ! Gue pergi dulu ! Bye "Albi pun berlalu membuka pintu.

Albi berjalan seorang diri menyusuri rumah- rumah perkampungan yang berjejer.

Saat ini hanya kaki yang bisa ia langkahkan demi mengembalikan harga diri di mata hukum.

Tekadnya sudah kuat ! Walaupun ia sendiri masih bingung tentang cara yang harus di tempuh agar identitasnya kembali menjadi anak Ibu Ningsih dan Pak Wawan kedua  orang tua kandungnya.

Dalam hati Albi masing menimang dan berpikir panjang jika proses hukum harus di laluinya.

Ia pun,tak serta merta masih menggali tentang dampak dari proses hukum tersebut mengingat sosok Hari dan Tia yang sudah membesarkannya.

Albi masih bisa berpikir jernih konsekuensi nanti yang akan di dapatnya bila masih memakai identitas yang palsu.

" Data boleh palsu ! Tapi,hati gak bisa di palsukan "batin Albi bermonolog agar ia kuat menghadapinya.

"Cari siapa ? " Tanya salah satu warga yang kebetulan sedang menyapu di gang dan membuyarkan lamunan Albi.

" Maaf,boleh tanya ?'' tanya Albi pada salah satu warga dengan sopan.

"Boleh ! Tanya apa ya ?" jawab warga tersebut dengan ramah.

"Tahu rumah Bi Ijah yang suka keliling dagang gorengan ?" Tanya Albi lagi.

" Oh masih terus lurus dari sini ! Nanti, ada dua belokkan ! Belok kiri aja ! Rumahnya di ujung !

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status