Naomi’s POV
Aku melangkah dan meletakkan asal tasku lalu aku duduk di ranjangku. Aku memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini. Entah mengapa aku merasa aku mengacaukan segalanya hari ini. Aku membuka blazerku dan melemparnya dengan asal, lalu aku berbaring di ranjangku.
Aku memeluk gulingku seakan-akan aku sedang memeluk seorang yang kucintai. Semuanya baik-baik saja sebelum mulutku berkata sesuatu yang menyakitkan. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri dan terus menerus aku bergumul karenanya.
Aku kembali bangkit lalu mengambil handukku untukku mandi. Aku rasa aku butuh menyegarkan diri untuk sementara waktu. Aku berjalan ke kamar mandi dan mulai membuka bajuku. Aku menyikat gigiku sebentar. Setelahnya, aku membuka shower untukku membasahi tubuh polosku.
Pikiranku selalu kembali ke masa tadi, saat aku berkata sesuatu yang sangat bodoh. Aku merasa terganggu dengan diriku sendiri. Haruskah aku meminta maaf kepada Alex setel
Naomi’s POVDengan sedikit polesan lipstick, maka dandananku hari ini sudah selesai. Aku menatap diriku di cermin yang tingginya setubuhku dan perfect! Aku menyukai riasan tipisku dan aku tersenyum dengan sumringah. Aku kemudian berdiri dan melihat diriku dengan dress selutut berwarna navy.Kali ini aku memakai flat shoes karena aku tidak ingin lelah berjalan karena menggunakan high heelsku itu. Aku tersenyum puas melihat penampilanku yang menawan ini.Setelah aku puas melihat diriku di cermin, aku melangkah ke ranjangku dan kembali duduk. Sebentar lagi Adrian akan menjemputku. Dan untuk meredakan kegugupanku, aku memutuskan untuk bermain game sejenak sembari menunggu pria itu meneleponku.Aku sangat suka bermain detective text games karena menurutku itu sangat menarik dan benar-benar menantang untuk memecahkan misteri-misteri yang ada. Kali ini aku bermain duskwood, sebuah game yang menceritakan hilangnya
Naomi’s POVAdrian tersenyum simpul sebelum dia menyadari jika lampu sudah berwarna hijau. Dengan cepat, ia melajukan mobilnya kembali. Setelah kami tadi berbincang-bincang, suasana kembali sepi dan hening. Aku tidak tahu harus mengatakan dan bagaimana untuk memulai percakapan kami yang sudah terputus,“Bunga… apa dia adikmu satu-satunya?” tanyaku, membuka keheningan yang sempat terjadi diantara kami berdua,Pria itu mengangguk,”Iya… dia satu-satunya adikku,”“Jadi kamu anak paling besar?”“Iya bener,” pungkasnya dengan cepat, “Bunga… dia selalu ingin memiliki kakak perempuan. Makanya dia juga ikut-ikutan dengan kedua orang tuaku yang selalu mendorongku untuk memiliki pacar,” ujarnya seakan dia sedang mendumel,“Benarkah?”“Iya. Setiap hari, aku selalu ditodong dengan pertanyaan yang sama. ‘Dimana pacar
Naomi’s POV“Ehem…” dehem Bunga, membuatku dan Adrian menatap kepadanya. Dia menggelengkan kepalanya, menggoda kami yang tadinya terlalu sibuk dengan dunia kami berdua saja. Godaan itu juga bukan datang dari Bunga saja, melainkan ayah dan ibunya Adrian yang tampak tersenyum melihat perilaku anak lelaki mereka yang begitu soft dan gentle kepadaku.Aku menatap makanan yang sudah tersaji di depanku dan sebenarnya tinggal diambil saja. Hanya saja, aku terlalu malu untuk mengambilnya terdahulu. Bukan malu juga sih, tapi lebih tepatnya aku hanya ingin menghormati yang tua dahulu untuk menyentuh makanan yang masih rapi tersaji di depanku. Kebiasaan ini biasanya dipakai di Korea, yang mana yang lebih muda harus menunggu yang paling tua untuk menyantap makanan terlebih dahulu,Kalau kalian menanyakan mengapa aku bisa mengetahui ini, aku mengetahui semua ini dari drama korea yang selalu ku tonton.
Naomi’s POV“Uhuk, manisnya,” ujar Bunga yang tidak berhenti tersenyum untuk menggoda keduanya. Adrian melihat itu, lalu dia mulai melepaskan tangannya dari punggung ku dan mulai kembali ke posisi duduknya. Sementara aku, aku masih belum berani menjawab apapun, apalagi terhadap perkataan ibunya Adrian yang membuatku tersedak,Menikah? Punya cucu?Astaga, itu pembahasan yang benar-benar jauh sekali,“Jadi, kamu sedang bekerja sebagai apa, Naomi?” tanya ayah Adrian dengan ramah kepadaku. Aku tersenyum manis sebelum aku menjawab pertanyaan tersebut, itu adalah pertanyaan yang aku sukai karena aku merasa bangga untuk bisa masuk di perusahaan besar seperti Lewis Studio,“Saya 3D artist di Lewis Studio, om…” jawabku yang membuat semua orang kaget,“Loh, satu pekerjaan sama Adrian dong…” ujar ibu Adrian yang kuangguki dengan semangat,“Kami bahkan seka
Naomi’s POVNamun tatapan itu berubah menjadi tatapan yang hangat untukku. Dengan senyuman tipis, dia menggodaku,”Kamu sudah seperti istri yang baik,” ujarnya kepadaku. Aku hanya diam, mengerjapkan mataku dengan cepat, memastikan jika pria itu akan menarik kembali perkataannya,“Masa iya?” ujarku yang sebenarnya tidak tahu mau menjawab apa terhadap perkataannya,Pria itu tersenyum kepadaku,”Masa iya aku bohong?” ujarnya sembari mengacak-acak rambutku. Aku mendecak kesal karena aku sudah susah payah merapikan rambutku supaya tampaknya bagus. Dan sekarang dia mengacaukan usahaku, tidak heran aku marah ya kan?“Berhentilah mengacak rambutku,” ujarku dengan sebal. Aku kembali merapikan rambutku dan tidak kusangka dia malah tertawa melihatku yang menatapnya dengan sebal kepadanya. Pria itu memiringkan kepalanya dan satu tangannya hendak ia layangkan kembali ke rambutku, dan dengan refleks a
Naomi’s POV“Hmm… oke. Jadi siapa saja yang mengetahui hubungan kalian? Dan sudah berapa lama kalian bersama?” tanyaku lagi,“Kami sudah bersama selama satu tahun ini… dan belum ada yang tahu mengenai hubunganku dengan Raka selain kakak,”Aku tersanjung mendengarnya. Dia menitipkan kepercayaan ini kepadaku dan aku merasa aku sedang diandalkan dalam hal ini. Aku pun tersenyum kepadanya sembari mengelus-elus kepalanya,“Kamu masih beruntung karena masih memiliki keluarga yang begitu mencintaimu,” ujarku yang masih merapikan anak rambutnya. Aku kembali menatapnya yang masih menatapku,“Bukankah seharusnya cinta mereka terhadap mu sudah cukup?” ujarku lagi membuatnya kembali menitihkan air matanya,“Kakak benar… seharusnya aku tidak rakus kasih sayang,”“Bukan rakus, tidak masalah kok jika kita mau dicintai dengan orang lain.
Naomi’s POVDalam keadaan menyetir, pria itu melirikku, membuatku mengerjapkan mataku, berpikir apakah ada sesuatu yang salah dari perkataanku,“Ada apa?” tanyaku ketika dia kembali melirikku,“Tidak apa… aku hanya tidak ingin melewatkan kecantikanmu malam ini,” ujarnya yang membuatku bergidik ngeri. Sejak kapan pria itu berubah menjadi seperti ini? Ini bukan seperti Adrian yang kukenal. Dia kembali melirikku yang menatapnya dengan tidak percaya. Melihat kekagetanku yang tidak bisa ku sembunyikan, dia tertawa lepas,“Ada apa dengan wajahmu?” tanyanya sembari tertawa kepadaku,“Aku tidak menyangka jika mulutmu bisa berkata semanis itu,” ujarku terang-terangan. Aku tidak berbohong, aku heran dia bisa berkata semanis itu kepadaku,“Aku tidak berbohong… kamu terlihat cantik hari ini,” ujarnya sebelum dia kembali melirikku. Aku tidak tahu harus
Author’s POV“Aku menyukaimu, Naomi…” ujarnya, yang tidak luput dari kekagetan Naomi. Gadis itu tidak menyangka jika Adrian benar memiliki perasaan kepadanya seperti yang Seira katakan kepadanya. Ia masih menatap pria itu dengan sungguh, apakah dia mengatakan hal yang sesungguhnya kepada dia atau tidak.“Adrian menyukaiku? Dia sedang tidak bercanda kan?” batinnyaBelum sempat Naomi menanggapinya, Adrian sudah terlebih dahulu mencuri start untuk berbicara,“Kamu kaget? Gak percaya?” ujarnya yang hanya Naomi angguki,“Sudah kuduga,” timpanya lagi. Naomi masih diam, menatap Adrian yang masih menatapnya dengan menawan. Ia tidak tahu harus apakah dia bereaksi, apakah dia harus menolak pria itu atau meminta maaf karena dia tidak memiliki perasaan sejenis cinta kepada Adrian. Perasaannya murni adalah perasaan dalam bentuk pertemanan kepada Adrian,“M