Share

4. Senyuman Istimewa Tuan

Gedung jahat yang memperkerjakan manusia. Itulah makian Zara setelah tiba di depan bangunan megah menjulang tinggi, yaitu perusahaan parfum Reon. 

Pengalaman pertamanya duduk satu mobil dengan Reon sangatlah mencekam. Tidak ada pembicaraan yang keluar. 

Setelah itu, dia cemberut memasuki salah satu ruangan di lantai tiga.

"Lihat, aku punya pelayan cantik sekarang." Reon menunjuk Zara datar.

Zara tersentak di pojokan. 

'Haa?! Aku dipamerkan!!!' syok dalam hati. 

Orang yang diajak bicara Reon tersenyum semangat, meneleng menatap Zara. 

"Apa? Lihat, lihat, coba lihat! Wah, sangat cantik! Dari mana kau memungutnya?" 

Mata berbinar orang itu kembali beralih pada Reon. Zara semakin mendelik kaku. 

'Dasar gila! Dikira aku sampah?!' pekik Zara tak terima dalam hati.

Tangannya terkepal sekarang. Zara mengerti, ruangan yang dia masuki adalah ruang rapat. Artinya orang yang menghinanya secara halus itu adalah rekan rapat Reon.

"Hmm, aku menemukannya tersesat." Reon mengangguk tanpa ragu. 

"Seperti kucing liar yang mencari pemiliknya?" tanya orang itu seru. 

Reon mengangguk lagi dua kali, "Aku baik, 'kan?" 

Zara semakin geram melihat mereka berdua bergantian. 

'Baik kepalamu?! Astaga bukan Reon juga bukan orang-orangnya, semua sama saja! Menjengkelkan!' batin Zara memanas. 

Lalu, Reon melirik Alexa. Seketika Alexa mengerti. Zara masih cemberut melihat interaksi mereka. 

"Zara, ayo pergi! Tuan akan mengadakan rapat," kata Alexa datar. 

Zara pun menoleh. Sontak membungkuk memberi hormat dengan senyuman. Reon sampai terperangah dalam diam. 

"Saya permisi, Tuan!" ujar Zara lembut. 

Dia pun berlalu bersama Alexa. Namun, ketika tiba di ambang pintu, Reon memanggilnya. 

"Zara!" 

Seruan itu menghentakkan jantung Zara. Dia kira telah melakukan kesalahan dan akan dimarahi. Terpaksa harus buru-buru menoleh dengan was-was. 

"Iya, Tuan?" jawab Zara penuh tanya. 

Reon pun tersenyum manis. 

"Tunggu aku di luar." 

Semburat merah muda langsung muncul di pipi Zara. Bahkan Alexa dan rekan kerja Reon ikut terkejut. 

'Hiyaaaa! Apa ini?! Serangan apa lagi yang dia buat?!' teriak hati Zara. 

Sekuat tenaga dia menahan gejolak itu sampai alisnya hampir menyatu. Kemudian, Alexa keluar terlebih dahulu dan dia menyusulnya setelah memberi anggukan kecil. 

Zara bingung harus bagaimana. Berapa lama Reon akan rapat dan berapa lama semua karyawan ini menetap di kantor? Seluruh ruangan penuh orang bekerja. 

Zara melirik sekeliling seiring berjalan di belakang Alexa. 

"Hei, Alexa. Boleh kutanya sesuatu?" ujar Zara sembari terus melirik. 

"Silahkan!" Alexa tidak menatapnya sedikitpun. 

"Apa mereka bekerja sampai larut malam? Bukankah terlalu berlebihan? Mereka juga manusia, bukan robot. Semua wajahnya terlihat lelah dan kehilangan fokus. Jika aku jadi Reon akan kugaji mereka setiap hari," ucap Zara tanpa ragu mengeluarkan isi pikirannya. 

"Mereka shift malam," jawab Alexa. 

Zara terbelalak, "Terlalu singkat." 

"Perusahaan kami menerapkan sistem rotasi bumi. Dimana perputaran siang dan malam terus berjalan, maka perusahaan kami juga akan bekerja siang dan malam," terang Alexa membuat Zara ternganga. 

'Rotasi bumi dia bilang? Hanya perusahaan gila dibawah pimpinan Reon yang bisa melakukannya. Astaga, orang-orang ini terlalu luar biasa!' pikir Zara takjub. 

Menghilangkan rasa terkejutnya dan kembali bersikap biasa. 

"Seperti itu? Wow, menakjubkan!" balas Zara dengan memicing kesal. 

Mereka berbelok ke sebuah ruangan dan ternyata ruangan khusus milik Alexa. Zara melihat-lihat dinding yang putih tanpa adanya hiasan sama sekali. Meja pun bersih. 

"Wah, seperti gudang baru. Alexa, kau selalu bekerja di tempat kosong ini?" tanya Zara penasaran.

Alexa yang duduk di kursinya pun menatap Zara lekat. 

'Ada apa? Kenapa dia menatapku begitu?' pikir Zara resah. 

Alexa menumpu dagunya di tangan. "Kurasa ada yang ingin kau tanyakan lebih dari ini, Zara," ujarnya berat. 

Zara pun terkesiap. Kemudian, senyum kebenaran terbit dari bibirnya. 

"Kau pandai membaca pikiran ternyata. Jujur saja aku masih penasaran dari mana kau mengenalku. Waktu itu Reon memilihku secara acak, 'kan? Dia memperhatikanku dulu sebelum memilih, tandanya dia tidak tau siapa aku sebelumnya." Zara menggeleng sambil menjelaskan. 

Alexa mengerutkan dahinya tipis, "Informasi kecil seperti itu bukan sulit bagiku. Aku punya banyak relasi yang mencari tahu seluk beluk kehidupan semua peserta ketika kalian mendaftar. Tentu saja aku tau tentangmu."

Zara mengerjap bodoh, "Eh? Seperti itu? Hebat sekali! Dalam waktu singkat kau tau siapa kami bahkan asal keluarga hingga masalah terbaru." 

"Tidak lebih hebat darimu yang menjadi pelayan baik dalam bebera menit," goda Alexa tanpa ekspresi. 

Tetap saja membuat Zara kesal sekaligus malu. Dia tahu Alexa sedang membicarakan sikapnya di ruang rapat tadi. 

"Aku hanya tidak mau mempermalukan diriku sendiri tau!" kilah Zara mengepalkan tangan. 

"Kau di sini sebentar. Aku ada urusan dengan sekretaris Tuan Reon."

Alexa menukar tablet hitamnya dengan buku kecil yang juga berwarna hitam. Lalu, pergi meninggalkan ruangan. 

"Tunggu, Alexa! Kenapa kau mau memanggilnya Tuan? Bukankah menurutmu terlalu berlebihan?" tanya Zara menghentikan Alexa hingga Alexa menoleh.

"Karena aku ... pelayan setianya." Alexa menyeringai.

Sudut bibir Zara berkedut. 

'Kau terlihat mengerikan,' batinnya. 

Hilang sudah gadis kaku itu di balik pintu. Tinggallah Zara sendirian. Dia menghela napas panjang. Mengambil handphone dalam saku dan memeriksa kebenaran perusahaan Reon. 

"Kukira para karyawan bekerja sampai malam. Aku sudah berburuk sangka," gumamnya. 

Sedikit melebarkan mata ketika menjumpai profil perusahaan yang dia masuki. 

"Ketemu! Ternyata perusahaan parfum ini benar-benar besar sampai memiliki cabang di luar negeri. Reon berkuasa sekali! Ck, menyebalkan! Aku juga sudah ingat dimana aku mendengar namanya. Forum diskusi sosialita yang kebetulan aku ada di sana bersama Ryo. Waktunya sudah lama sekali. Tidak kusangka akan bertemu orangnya sekarang," gumam Zara lagi. 

Mendadak dia ingin buang air kecil, sehingga Zara pergi mencari kamar mandi. Sepanjang koridor hanya dipandang para karyawan dari jauh. Mereka menggosipkan pakaian Zara yang aneh.

Zara hanya berdecak dan mengabaikannya. Tatapannya justru menajam penuh percaya diri. 

Setelah urusannya di kamar mandi selesai, tiba-tiba seorang lelaki dengan jas biru gelap menahannya di depan pintu Zara terjingkat kaget. 

"Aaa! Astaga! Siapa kau?!" 

Mata melotot dan pikiran macam-macam. Apa yang dilakukan seorang pria di toilet wanita?

Laki-laki itu tersenyum manis. 

"Hai, gadis cantik! Kostum yang bagus malam ini. Mau cosplay?" tanya laki-laki itu dengan nada menggoda. 

Zara menautkan alisnya, "Siapa kau?" 

Pertanyaan yang sama membuat laki-laki itu tergelak. 

"Senyum Bos sangat menawan bukan? Pipimu sampai memerah." orang itu mengedipkan sebelah matanya. 

Sontak Zara terbelalak dan memegang pipinya. 

'Sial! Dia mengintip di ruang rapat tadi? Argh, aku sudah menduga akan jadi bahan bualan di sini. Mana kepergok terpesona senyum istimewa si Raja Iblis. Malunya!' pekik Zara dalam hati. 

Namun, Zara tidak lengah. Dia kembali bersikap tegas. Orang di depannya seolah tidak bisa dihadapi dengan santai. 

"Kau punya mata yang menakutkan jika curiga. Perkenalkan, aku Zack Grison Efandi, sekretaris tampan kesayangan Bos Reon." 

Laki-laki itu menunduk memberi hormat. Zara meneleng heran. 

"Sekretaris? Kau sekretaris Tuan Reon? Bukankah Alexa sedang mencarimu?" tanya Zara ingat perkataan Alexa. 

"Ck, biarkan saja dia. Aku ada tugas lebih penting setelah ini. Karena melihatmu tadi, jadi kupikir akan menyapa sebentar." Zack mengibaskan tangannya. 

"Lalu ... Alexa?" tanya Zara bingung dan menunjuk jalan koridor.

"Hmm? Siapa juga yang mau bertemu dengan gadis robot seperti dia? Sudah begitu jelek pula. Lebih baik aku menemui pelayan baru yang ditemukan Bos, Nona Zara Azuri Frazanista?" Zack menaik-turunkan alisnya. 

Zara bergidik ngeri. Bulu kuduknya berdiri mendengar godaan Zack. Selain itu dia punya pertanyaan yang tidak bisa diutarakan dan terus mengganggu pikirannya. 

Kapan Reon akan selesai rapat? Lima menit lagi sudah tengah malam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status