Kedua sedang duduk di kursi menunggu giliran untuk penerbangan ke paris akan segera di lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam begitu mereka sampai di bandara untuk menghindari kemacetan saat jam pulang kerja, mereka berangkat lebih awal.
Dan kedua memilih untuk mampir salah satu restoran untuk sekalian makan malam.
Ini pertama kali mereka secara resmi pergi keluar di malam hari, bahkan mereka tidak pernah makan malam di luar seperti pasangan lain, melakukan dinner. Atau mengunjungi tempat di malam hari seperti berkencan, ini rasanya berbeda dan membuat Leira tahu bagaimana bisa merasakan apa itu namanya dinner dengan seseorang dan kehidupan pasangan lainnya.
Cukup menyenangkan untuk Leira.
Padahal hampir semua orang dewasa berkata jika mereka ingin terus menjadi anak kecil saja, tidak ingin merasakan bagaimana beratnya menjadi orang dewasa, tapi Liera tidak salah.
Semua orang dewasa pernah memikirkan hal itu dan ketika dewasa semua pemikiran itu sangatlah berbanding terbalik, tidak ada yang menyenangkan di dunia orang dewasa, ketika segalanya di kaitkan dengan waktu adalah uang.
Dengan wajah lugunya, Leira menatap kagum pada pengunjung yang ada di dalam restoran, dia menatap pelayan dan segalanya yang ada di sana, membuat Julian tidak bisa sekali saja menggelengkan kepalanya terheran-heran dengan tingkahnya, bagaimana bisa Leira hidup mandiri jika segalanya harus di dampingi, Julian tidak bisa sekali membiarkan hal itu terjadi.
Julian seperti mengawasi anak kecil tapi kenyataan Leira adalah istrinya, itulah alasan mengapa juga Julian terus memanggil Leira dengan sebutan "My Little Wife" ya karena itu, dirinya yang begitu lugu seperti anak kecil tapi statusnya adalah istri, Julian jadi mendapatkan pelajaran tentang bagaimana memahami orang lain dan mengkhawatirkan Leira saat tidak bersamanya.
Bagaimana nantinya saat perceraian terjadi, dan hal ini mengundang banyak sekali pemikiran dalam dirinya, Julian.
"Apa yang melakukan mereka begitu menarik perhatianmu? Sampai kamu mengabaikan diriku ini, Leira?" Tanya Julian, tangan besarnya menarik wajah sang istri untuk menatapnya, membuat bibir gadis itu jongga maju ke depan karena pipi di terjepit oleh tangan besar Julian.
"Aku hanya ingin melihatnya, kenapa jadi mengatakan aku mengabaikanmu!" Ucap Leira, berbicara seperti ikan yang sedang kehausan, bibirnya benar-benar menggemaskan, membuat Julian ingin menghisapnya dan membuat bibir itu sampai membengkak.
Leira menjauhkan tangan Julian dari wajahnya.
"Apa karena aku jarang mengajakmu makan di luar?"
"Ya! Bahkan rasanya tidak pernah kamu mengajakku keluar!" Ketus Leira, padahal gadis seusia Liera bisa saja menikmati dunianya, berjalan ke pasar malam dan menikmati bagaimana menyenangkan pergi kesana.
Leira belum pernah mendapatkan semua itu dan malah dirinya yang harus menikah di usia muda, tidak mendapatkan apa yang tidak pernah dirinya ingin coba.
Julian tersenyum, dia tahu. Dirinya sudah merenggut segalanya kehidupan Leira, masa mudanya, kebebasannya menjalin hubungan dengan seseorang, Leira kehilangan segalanya dan tidak akan pernah bisa di dapatkan lagi.
"Maaf, mulai kedepannya aku akan sering mengajakmu berkencan, jadi ayo kita mencoba menjadi pasangan seperti yang lain," ucap Julian.
Leira mengangguk di tambah dengan senyuman manis di wajahnya, hingga suasana itu semakin menambah kesan yang berbeda, para pelayan mulai membawakan satu persatu pesanan milik mereka, lalu meletakkan di atas meja.
"Wine, yang anda butuhkan Tuan, terima kasih sudah mengunjungi restoran kami dan selamat menikmati dinner kalian," Ucap Sang pelayan, lalu meninggalkan meja Julian dan Leira.
Bola mata Leira berbinar melihat berbagai jenis makanan, dia sampai bingung akan memulainya dari mana untuk memakan semua itu.
"Kenapa hanya melihat saja? Cobalah pilih satu, aku tidak tahu makanan kesukaanmu, jadi aku memesan yang pernah aku makan saja," Ucap Julian, pria itu lebih memilih untuk meneguk wine, suka lama sekali Julian tidak menikmati wine dan segelas wine benar-benar melepaskan sejenak kepenatan hidupnya.
"Karena terlalu banyak, aku jadi bingung memulainya dari mana!" Ucap Leira, tapi dirinya tidak bisa membohongi jika steak di meja cukup menggoda Leira, sudah lama juga dirinya tidak menikmati steak dan memilih untuk mengambilnya.
Julian hanya fokus menatap bagaimana Leira menikmati makannya, dia tidak lapar sama sekali, makan siang masih kenyang di dalam perutnya, apalagi melihat bagaimana Leira bisa begitu nikmati menyantap steak, rasanya sudah cukup untuk Julian.
Tangan Julian mengambil tisu dan sedikit memajukan tubuhnya, tangannya terulur untuk membersihkan area bibir Leira yang sedikit berantakan, bertindak sesuai keinginannya dan tidak tahu jika itu cukup mengundang perhatian.
Leira sampai berhenti makan, dia terkejut dengan apa yang Julian lakukan, tatapannya langsung bertemu dengan Julian, entah kenapa itu membuat seluruh tubuhnya tidak bergumam dan degup jantungnya yang begitu berdetak kencang.
"Ak—aku bisa melakukannya," Ucap Leira, dia melepaskan pisau di tangannya, dan mengambil tisu di tangan Julian, dirinya malu. Tindakan seperti anak kecil, seharusnya dir8nya belajar menjadi wanita dewasa, Julian pasti tidak suka gadis polos sepertinya.
"Kenapa?" Tanya Leira, dia baru menyadari jika Julian belum menyentuh makanan apapun, pria itu hanya minum wine saja.
"Kenapa? Apa kamu tidak suka dengan makannya? Atau ingin aku pesanan yang lain?" Tanya Julian, ekspresi Leira membuatnya tegang dan merasa bersalah, seharusnya tadi Julian membiarkan Leira memilih pesannya.
"Bukan! Kenapa kamu belum makan? Siapa yang akan menghabiskan semua ini! Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk tidak membuang uang?" Ucap Leira, dirinya bisa muntah nanti jika menghabiskan semuanya dan dirinya tidak pernah lupa nasehat sang ibu untuk tidak membuang makanan dan uang.
Julian hanya bisa kembali menggelengkan kepalanya, semakin dekat ternyata gadis itu memang sepolos itu, Julian jadi mengerti kenapa ibunya bisa begitu posesif pada dirinya, karena gadis itu seperti Leira mudah sekal bodohi apalagi di bohongi.
"Aku akan makan Leira, kenapa kamu begitu menggemaskan? Aku jadi takut menyentuhmu,"
Leira yang sedang minum sampai tersedak mendengarkan ucapan Julian, dia tahu tujuan kalimat itu kemana, tapi haruskah membahasnya di tempat umum? Semudah itu dikeluarkan, Leira saja malu mendengarnya.
"Kau! Sudahlah kita bisa membahasnya nanti, kita harus cepat kembali, mungkin saja—"
"Ya, aku tahu, penerbangan kita akan segera di lakukan, aku akan segera makan,"
Dan akhirnya hanya ada suara ketukan antara sendok dengan piring, diiringi dengan alunan musik yang menambah suasana yang begitu romantis di restoran.
Julian menggandeng tangan Leira keluar dari restoran, karena sudah ada pengumuman tentang keberangkatan mereka, kedua langsung menuju tempat check-in dan Julian kembali menggandeng tangan Leirw saat mereka akan kembali ke dalam pesawat.
Leira duduk di dekat jendela, menatap kota rusia di malam hari saat pesawat sudah berada di atas awan, pemandangan malam memang begitu indah, dirinya memang pernah naik pesawat beberapa kali, tapi ini pertama kalinya dirinya pergi tanpa ibunya, perjalanan untuk dirinya sendiri, hal baru yang hanya dirinya dapatkan ketika bersama Julian.
"Terima kasih," Ucap Leira, dia menoleh ke arah Julian, dengan manja bersandar di bahunya, entahlah Leira hanya ingin melakukan hal itu, menganggap jika Julian memang suaminya, walau status mereka hanya pernikahan kontrak yang hanya di tulis di atas kertas dan tinta hitam.
"Untuk apa?" Tanya Julian, dirinya pura-pura tidak mengerti kenapa ucapan itu mengarah kemana.
"Terima kasih karena sudah telah membawaku ke paris, aku akan menyerahkan diriku sepenuhnya, aku akan menerima segala resiko, aku juga ingin melakukan sesuatu untukmu sebagai seorang istri," Ucap Liera.
Julian hanya bisa tersenyum kearah Leira, entah kenapa keyakinan Leira justru membuat Julian menjadi ragu.
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba