Perjalanan yang cukup melelahkan, memakan waktu yang hampir memotong setengah hari.
Perjalanan yang panjang karena bukan hanya sekali pernerbangan, beberapa kali mereka harus transit dan karena pernerbangan malam hari, cuaca tidak bisa di prediksi, di berita mengatakan jika cuaca akan baik hingga pagi.Tapi siang yang akan menyangka jika di ketinggian sana, awan hitam menghantam pesawat yang Leira dan Julian naiki, hingga membuat seluruh penumpang panik hingga akhirnya memilih lepas landas di tempat bukan tujuannya.Bagaimana dengan Leira?Gadis itu tidak bisa tidur dengan tenang, dia bahkan terus memeluk erat tubuh Julian, padahal pria itu sudah mengatakan banyak hal jika mereka akan baik-bak saja, apalagi ketika pesawat landas dengan tidak mulus, saat itu Leira langsung memeluk kencang dan membuat seluruh penumpang maupun pramugari mencoba membantu menenangkan Leira.Tapi dari semua hal yang terjadi tidak sedikitpun membuat Julian kesal, sebaliknya dia tahu jika rasa khawatir yang Leira jeluarkan itu benar, sama seperti mereka jatuh di tebing batu dan terjun ke lautan, Julian saat itu tahu bagaimana rasa takutnya dan pasrahnya gadis itu saat dirinya harus tenggelam, jadi Julian tahu sedikit membuat Leira tenang jika sedang panik.Sekarang keduanya sudah berada di paris, pagi menyambut kedatangan mereka, Julian dan Leira tidak langsung meninggalkan bandara, Julian membawa Leira untuk menikmati sarapan pagi di bandara sekalian mengurangi rasa panik Leira, mungkin untuk penerbangan pulang lebih baik pagi atau siang hari.Julian duduk di samping Leira yang kini lebih sedikit tenang, menarik tubuh Leira untuk bersandar di dada bidangnya, lalu memberikan usapan di kepalanya walau tidak mengatakan apapun Julian tahu jika Leira masih memikirkan kejadian tadi malam, mungkin dirinya berpikir telah bertindak seperti anak kecil."Sudah, setidaknya kita masih bisa bersama bukan? Tidak perlu di pikirkan lagi, aku janji tidak akan mengajakmu pergi hari ini, kita berada di hogel saja hari ini," Ucap Julian, Dia mengatakan untuk mencairkan perasaan Leira, membuatnya tidak usah memikirkan hal tidak penting."Aku tidak memikirkan tentang hal yang terjadi, aku merasa diriku terlalu kekanakan saat itu, aku tidak pernah bisa tenang jika terjadi sesuatu, aku pasti telah membuatmu malu," Ucap Leira, dirinya tidak berhenti menangis hingga matanya sedikit bengkak, bahkan merah karena tidak tidur dengan baik."Kenapa harus malu, semua juga panik saat itu, aku juga termasuk," Ucap Julian, jadi itu yang membuatnya sedikit diam, Leira ingin belajar dewasa tapi Julian tidak ingin Leira cepat dewasa."Ta—tapi panikku berlebihan saat itu! Aku bahkan menangis seperti anak kecil!" Ucap Leira dia mengangkat kepala untuk melihat ke arah Julian."Sekarang kamu sadar seperti anak kecil tapi kemsrn kenapa kamu mengatakan ingin menyerahkan dirimu? Dan menerima resikonya, jadi kamu ini sudah dewasa atau masih anak kecil?" Tanya Julian, menatap ke arah Leira.Leira langsung terdiam, dia menjauhkan tubuhnya dan terlihat gugup, padahal dirinya sudah melupakan hal itu, kenapa Julian terus membahasnya."Leira, be mine, okay?" Tanya Julian, dia mengabaikan saat pelayan membawakan pesanan mereka, tatapan sungguh serius ke arah Leira, dia ingin tahu bagaimana keputusan Leira.Leira bergerak dengan ragu, dia mengalihkan pandangan ke arah lain dan menatap meja mereka yang sudah dipenuhi oleh banyak sekali makanan, pikirannya langsung teralihkan, dan Leira memilih untuk menikmati makanan di hadapan, mengabaikan bagaimana Julian begitu terkejut dengan pilihannya."Apa makanan lebih menggoda daripada menjawab pertanyaanku?" Tanya Julian, dia menarik tangan Leira dan memaksanya untuk menatap ke arah Julian, sudah beberapa kali Leira mengabaikan jika Julian ingin berbicara serius dengannya."Ya! Aku akan kecil yang tubuhnya bersarang di orang dewasa! Menyebalkan bukan!?" Ucap Leira, menepis tangan Julian dari genggamannya, lalu Leira memutuskan untuk meja makan dan membawa pergi koper keluar dari restoran.Julian benar-benar tidak tahu jika Leira akan marah seperti ini, pria itu tidak mungkin hanya di saja sambil menatap kepergian Leira, Julian langsung menyusul Leira dan menahannya sebelum semakin menjauh."Hei, kenapa kamu begitu marah? AKu hanya bertanya bukan?" Tanya Julian, dia berhenti di hadapan Leira."Aku tahu, aku ini masih tidak mengerti apapun, aku juga tahu aku begitu lugu untuk usiaku, dan terkadang begitu lambat dalam berpikir, tapi aku masih ingn mencoba yang terbaik, walau mungkin akan berjalan lama, aku juga ingin dewasa, menjadi istri yang baik," Ucap Leira, menundukkan pandangannya dan menahan untuk tidak menangis, Leira tahu. Tapi sangat sulit beradaptasi untuk suatu perubahan dalam dirinya."Maafkan aku, mungkin terlalu sulit untukmu, tapi Leira aku sungguh mencintaimu hingga rasanya begitu takut untuk melakukan banyak hal," Ucap Julia, dia memberikan pelukan pada Leira, berbicara dengan lembut padanya."Terutama ketika kamu ingin melakukan hubungan suami istri, aku takut akan menyakitiku, aku seorang pria dewasa dan ketika aku di penuhi gairah, aku sungguh sulit di kendalikan, aku juga ingin kamu tahu jika sulit untukku menahannya selama ini, Leira." Lanjut Julian, walau terdengar begitu erotis untuk di katakan, tapi sebisa mungkin Julian memperhalus segala kalimatnyaDegup jantung Leira berdetak kencang, kalimat itu membuat seluruh tubuhnya terasa panas, bagaimana bisa Jualan menahan segalanya, dan hal itu membuat Leira merasa bersalah.Leira menjauhkan tubuhnya dari dekapan Julian, lalu memilih untuk menggenggam tangan Julian, dan tersenyum ke arahnya, ini sudah menjadi keputusan Leira, dirinya akan menerima apapun nantinya."Ayo kita kembali sarapan, lalu setelahnya kembali ke hotel," Ucap Leira, dirinya membawa Julian kembali ke restoran, Leira juga menyiapkan pakaian yang di hadiahkan temannya, mungkin Julian akan senang saat Leira memakainya.Para pelayan dan pemilik restoran yang tadi terlihat panik kini bisa menghela nafas lega, pasalnya Julian pergi begitu saja setelah memesan dan bahkan belum membayarnya, mereka tahu jika kedua dari kalangan yang tidak mungkin melarikan diri, tapi tetap saja waspada itu perlu.Julian yang menyadari tatapan itu langsung membiarkan Leira duduk lebih dahulu, "Maafkan aku, yang begity saja meninggalkan restoran, aku akan langsung membayarnya,"Julian mengeluarkan kartu miliknya black card, membuat semua orang langsung tertunduk malu, pemilik restoran mengambil kartunya dan menyerahkan pada pelayan."Selamat menikmati makanan anda, Tuan dan adik anda," Ucap Sang pemilik restoran.Julian terlihat langsung kesal, masih saja orang menganggap Leira sebagai adiknya, bahkan saat di bandara juga seperti itu, apakah leira harus berdandan seperti wanita dewasa agar dilihat sebagai istri Julian, padahal jelas mereka melihat cincin di tangan Julian dan juga Leira."Leira itu istriku! Leira bukan adikku!" Ucap Julian, lalu setelah itu langsung meninggalkan mereka dengan wajah kesalnya.Tapi haruskah Julian mengatakan hal itu juga?Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba