Hingga sekitar tiga puluh menit Julian dan Leira menunggu. Kini waktu giliran mereka untuk berdiri di depan kamera, setelah keduanya memilih pakaian yang disediakan disana, keduanuanyetap memutuskan untuk memilih konsep pernikahan, karena sejak awal Julian sudah mengingatkan konsep itu, walau cukup menguras dompetnya.
Karena selain pakaian yang di sewakan, foto akan langsung jadi dan dibuat seindah mungkin dalam rangkai bingkai yang tidak biasa.Julian memilih layanan dengan kualitas HD, jadi foto dan konsep di buat sebaik mungkin dan seakan real mereka sedang melakukan pernikahan mereka, tidak hanya itu Julian juga memilih sampai di foto lebih dari lima.Leira sudah berdiri di samping pria itu dengan buket bunga di tangannya, untuk pertama kalinya mereka memilih untuk berpose pernikahan pada umumnya, yaitu kedua pasangan yang seakan melemparkan buket bunga ke arah para undangan, Julian juga ikut menggenggam buket bunganya."Oke, satu, dua tiga! Nice!"Julian dan Leira secara serentak langsung melemparkan buket bunga, wajah bahagia menghiasi keduanya, mereka begitu mendalam peran yang tidak nyata, tapi itu sungguh menyenangkan."Oke, ayo tentu gaya selanjutnya," Ucap sang photografer lagi, dirinya mengubah tempat untuk mencari angle yang sempurna.Julian langsung berlutut di hadapan Leira sambil menggenggam kedua tangan gadis itu, lalu ketika instruksi dimulai, Julian langsung mengecup punggung tangan sang istri, membuat sorakkan dari beberapa pengunjung yang melihat hal yang Julian lakukan, itu sangat manis dan mengharukan.Leira cukup terkejut, dia tidak bisa membuka mulutnya saat Julian tiba-tiba menarik lekuk tubuhnya, merangkul pinggangnya dan langsung mencium bibirnya di hadapan banyak orang, bahkan sang photografer tidak perlu lagi memberikan instruksi, dia dengan kameranya langsung memotret apa yang keduanya lakukan."Tunggu—!"Leira langsung berpegangan erat saat Julian menggendong tubuhnya yang tiba-tiba di lakukan, menatap wajah pria itu dengan bingung, tidak bisa membiarkan dirinya untuk bertanya sebentar, semua ini terlalu cepat dan terburu-buru untuknya."Oke, sekarang pose terakhir," Ucap sang Photografer."Kamu ingin seperti apa untuk yang terakhir?" Tanya Julian, sudah tidak ada lagi ide yang dirinya pikirkan, Julian kuhabiskan semua itu."Turunkan aku dahulu,"Julian hanya bisa mengikuti apa yang Leira katakan, dengan perlahan menurunkan sang istri, gadis itu langsung berjalan ke belakang untuk mengambil buket bunga, lalu Leira kembali mendekati Julian, tangan merangkul lengan sang suami."Lihatlah ke arah kamera!"Saat keduanya menghadap ke arah kamera, Leira langsung menyandarkan kepalanya di bahu Julian, lalu Leira menunjukan senyuman bahagianya, inilah konsep sederhana yang ingin Leira lakukan."Nice, it's good!" Teriak sang photografer, bahkan dia sampai memberikan tepuk tangan untuk kedua orang itu, mereka pasangan yang serasi.Julian dan Leira berjalan bersama untuk melihat hasil fotonya, kedua puas dengan hasil jepretan itu, bahkan benar-benar terasa natural, Julian ke arah tersenyum Leira dan sebaliknya Leira juga melakukan hal itu, kebahagian ini terasa indah jika mereka bisa menikah sungguhan."Kalian terlihat sangat serasi, aku seperti seorang photografer yang memotret pasangan penyanyi sungguhan," Ucap Sang photografer dia mulai mencetak hasil jepretannya, dan langsung mem bingkainya.Hanya butuh sekitar sepuluh menit, dan akhirnya Julian dengan Leira bisa melihat hasil foto yang sudah dibingkai, Kedua tersenyum bahagia dan ini sungguh lebih bagus dari foto pernikahan yang mereka miliki di villa."Terima kasih banyak untuk hasil yang bagus ini," Ucap Leira, dia tidak akan tahu jika bisa memilih foto untuk dikenang nantinya dengan Julian, ini sangat indah."Ayo, kita pergi."Leira memberikan anggukan, dirinya menerima uluran tangan dari Julian dan mengikuti kemana pria itu akan membawanya, tadi Leira sempat minta foto yang terakhir untuk dikirimkan ke ponselnya, sekarang foto itu sudah menjadi home screen di layar ponselnya.Senyum di wajahnya tidak hilang selama Leira terus menatap layar ponselnya, dia sangat suka konsep foto yang terakhir yang sangat indah, saat dirinya tersenyum bahagia ada Julian yang melihat ke arah dirinya, foto itu tercetak begitu saja.Kedua berhenti di sebuah restoran yang tidak jauh dari menara, karena waktu yang tidak terasa sudah menunjukan pukul tujuh malam, kedua memutuskan untuk makan malam di luar, seperti hal yang dilakukan sebelum mereka bicarakan, keduanya ingin menjadi seperti pasangan lainnya, menghabiskan banyak waktu untuk bersama apalagi memahami kehidupan masing-masing.Leira duduk disana sambil melihat ke arah luar jendela, padahal waktu sudah menunjukan malam hari tapi pipis masih terasa seperti sore hari, belum lagi ada tanda bulan akan datang, senyum di wajahnya tidak pernah hilang dan terus menunjukan jika hari ini dia begitu bahagia."Kali ini, aku tidak akan memilih menunya, aku ingin tahu apa yang kamu sukai, Leira beritahu aku apa hal yang sangat kamu sukai dan apa yang kamu inginkan, aku ingin mengabulkan semua itu," Ucap Julian, pria itu menarik kursi yang berseberangan dengan Leira, dia baru saja menelpon sang adik dan asistenya, walau dirinya sedang berlibur, pekerjaan di kantor masih menjadi tanggung jawabnya."Aku suka apapun, menu yang kamu pilih, aku selalu menyukainya," Ucapnya, Leira memanggil salah satu pelayan dan menerima buku menu dari pelayan itu.Melihat apa yang ingin dirinya pesan."Aku ingin hidangan seafood, tapi spaghetti terlihat lezat, apa yang harus aku pilih?" Tanya Leira, dia melihat-lihat menu hidangan seafood, sudah lama dirinya tidak mencoba hidangan menu laut.Julian yang sedang meneguk air di dalam gelas sampai tersedak, Seafood? Julian tidak bisa memakan makanan itu, perutnya menolak jika makanan itu sampai masuk ke dalam tubuhnya, sejak kecil memang hanya Julian yang tidak cocok dengan makanan seafood."Bagaimana jika kamu memesan spaghetti saja? Untuk seafood, itu tidak baik untuk menu makan malam," Ucap Julian, dia tidak bisa jika harus memesan itu, dirinya tidak bisa masalah dengan aromanya, tapi melihatnya yang membuatnya mual."Apa kamu tidak suka hidangan seafood?" Tanya Leira, sikap Julian menunjukan jika pria itu tidak suka, ternyata secara tidak langsung Julian begitu selektif dalam memilih makanan.Julian menghela nafas, dia ingin menyembunyikan kekurangannya, tapi rasanya tidak baik juga menutupinya, "Bukan tidak suka, tubuhku menolak seafood, aku tidak bisa memakannya,""Lain kali katakan saja, apa yang tidak kamu sukai atau tidak bisa kamu makan," Ucap Leira, dia mencatat apa yang akan dirinya pesan, lalu menyerahkan kepada pelayan yang sudah menunggu pesanan mereka."Leira mungkin banyak hal yang harus kita ketahui satu sama lain, aku harap selama aku belajar menyesuaikan dirimu, tolong jangan pernah salah paham, aku ingin mencoba menjadi yang terbaik," Ucap Julian, itulah kenapa harapan dirinya untuk saat ini sambil memikirkan bagaimana cara agar dirinya tetap bisa bersamanya dan melawan perjanjian itu.Leira memberikan anggukan, "Aku juga akan melakukan hal yang sama, aku ingin menjadi sosok yang mengisi kekuranganmu,"Dan satu hari berlalu begitu saja, ada sedikit hal mengerti yang bisa keduanya ambil untuk memulai kehidupan pernikahan mereka, satu hal yang penting dimana harus saling jujur, dan menceritakan apa kekurangan masing-masing, lalu berusaha saling mengisi kekurangan itu dengan kelebihan yang mereka punya.Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel