Share

2

Aulia POV

"Jadi nanti malem aku harus ketemu sama om Fabian? "Tanyaku sekali lagi. Mama mengangguk.

Aku minum kopi didepanku. Sudah tiga hari aku kembali ke rumah dan mencoba berdamai seperti saran dari papa.

"Iya, dia punya anak seumuran sama kamu. Tua dia dikit kayaknya. "Ujar mama dan memerhatikan perubahan mimik mukaku. Aku menghela nafas.

"Oh. Dia juga dateng nanti? "Tanyaku pasrah. Mama mengangguk.

Aku melanjutkan sarapanku.

"Namanya Abimana kalo gak salah. "Ujar mama membuatku semakin kesal. AKu tidak peduli mas, sma sekali tidak peduli!

Aku menghabiskan rotiku dengan cepat. Mama juga ikut menghabiskan sarapannya.

"Yaudah aku berangkat dulu ma. "Pamitku dan beranjak keluar rumah.

Lama-lama dirumah memuakkan.

...

Fabian siapa tadi nama calon mama? Bodohnya aku tak bertanya lebih lanjut. Aih tapi apa peduliku? Mungkin papa benar, sudah waktunya mama memiliki dunia baru dan pasangan baru. Masalah janji itu... bukankah memang sudah biasa janji diingkari?

Aku tersenyum miris. Bahkan papa juga mengingkari janjinya untuk tidak menikah lagi.

"Bu ada yang mau ketemu. "Aku menoleh. Kepala pelayan, Bianca.

"Siapa Bi? "Tanyaku masih tak mau beranjak. Aku masih menekuni laporan keuangan bulan ini.

Bianca duduk didepanku

"Lo pasti kaget sih. Satya didepan. "Bisikan Bianca sukses membuatku mendongak.

"Suruh dia tunggu. "Ujarku dan masuk kamar mandi.

"Yakin cuma itu? Kayaknya kurang lemon squash sama gurame asam manis deh. "Goda Bianca membuatku tersenyum kecut.

"Gausah rese deh Bi. Suruh dia tunggu doang. Dan di meja berapa dia? "Tanyaku mengalihkan candaan Bianca.

"Meja 10 lantai 2. "Aku mengangguk dan Bianca pergi.

Satya? Mau apalagi dia?

Aku membereskan penampilanku sebelum menemui Satya.

Aku menemukan Satya di tempat biasa ketika kami bertemu disini. Jujur, hatiku masih tak bisa biasa dan dia masih terlihat tampan. Hanya saja kelakuannya membuatku jijik.

"Mau apa kamu? "Tanyaku ketus dan duduk didepan Satya.

Satya tersenyum.

"Marah? "

Pake nanya lagi. Jelaslah! Cewek mana yang bakal diem aja kalau tahu pacarnya selingkuh? Ada-ada saja.

"Kalo gak ada yang penting kamu bisa pergi. Aku sibuk. "Jawabku ketus tak peduli.

"Oke. Aku kesini cuma mau meluruskan. "

"Gak usah. "Potongku langsung.

"Aulia aku... "

"Semakin kamu jelasin ke aku semakin aku sakit Abisatya. "Bisikku penuh penekanan.

Satya mengenggam tanganku.

"Aulia aku masih sayang sama kamu... "

Aku terdiam. AKu juga masih sayang.

"Permisi. "

Aku menoleh. Bianca membawa makanan yang biasa kami makan bersama.

Aku melirik pada Bianca. Bianca tak mengindahkanku.

"Selamat makan. "Ucap Bianca dan berlalu.

Dasar Bianca!!!! Jangan harap aku mau memberikan nomer hp kak Kevin.

"Silahkan kamu makan. "Ujarku dan tak menatapnya.

"Kamu gak makan? "

Plis gausah sok peduli! Aku mau move on!

"Enggak. Tiap liat gurame jadi inget kamu. "Jawabku kesal.

"Jadi kamu masih mikirin aku? "Tanya Satya dengan menaikkan sebelah alisnya.

Aku sangat kesal dengan dia sekarang! Boleh tidak aku melempar gelas padanya?

"Jangan sok penting kamu. Aku inget waktu kamu berdua sama selingkuhanmu. Makan berdua dan kamu juga makan gurame sama dia! "Seru ku kesal.

Satya melongo.

"Kamu tau dari mana? "Tanyanya kemudian.

"Yang namanya foto itu bisa dizoom. Tolong! "Jawabku seenaknya.

Satya mengangguk-angguk.

Menyebalkan!

Satya dengan asyik makan di depanku seolah kami baik-baik saja.

"Aku sibuk. "Ujarku tiba-tiba dan berdiri.

Satya menahan tanganku.

"Sampai bertemu lagi Aulia. "

Aku menarik tanganku.

"Dalam mimpimu Abisatya Dhananjaya. "Bisikku kesal dan berlalu.

Satya benar-benar menyebalkan! Tapi aku sayang!

...

Sudah 20 menit aku didepan restoran ini. Haruskah aku masuk? Biasanya aku tanpa beban masuk tapi sekarang kenapa langkahku sangat berat.

Handphoneku berbunyi.

Mama.

Aku tak menjawab dan keluar mobilku. Malam ini restoran mama terlihat sangat ramai.

"Selamat datang nona Aulia. Anda sudah ditunggu. "Ujar seorang pegawai yang ditugaskan menungguku. Aku mengangguk dan mengikutinya ke bagian VIP.

Aku masih merutuki kenapa aku harus disini? sepertinya lebih baik jika dulu hak asuh jatuh ke tangan papa sehingga aku bisa hidup bersama papa, Sofia dan Selena yang menggemaskan.

Pegawai itu membuka pintu. Aku masuk dan menatap sekitar. Ada mama dan seorang pria setengah baya.

"Ini putriku Aulia Monalisa Aileen. "Ucap mama memperkenalkanku. Aku hanya mengangguk dan duduk disebelah mama.

Aku menatap pria didepan mama. Mungkin seumuran papa atau lebih tua lagi? Aku sedikit lega, setidaknya tidak lebih muda dari mama.

Pintu terbuka. Seorang pria muda masuk.

"Maaf saya terlambat. "Ujarnya dan duduk di depanku.

Aku menatapnya sekilas. Siapa laki-laki ini? Abimana?

"Ini putra pertamaku, Abimana Wildan Dhananjaya. "

Wait Dhananjaya? Itukan....

Pintu terbuka lagi.

"Maaf terlambat. "Ucap seseorang. Aku menoleh kaku.

"Putra bungsuku, Abisatya Javas Dhananjaya. "

Sh*t! Tenggelamkan aku sekarang.

Abisatya duduk disebelah kakaknya. Dia menatapku sekilas sebelum memberi salam pada mamaku.

Aku tau Satya memiliki kakak laki-laki. Aku juga tau mamanya meninggal 5 tahun yang lalu. Dan terakhir dia cerita papanya akan menikah lagi.

Tapi bodohnya aku tak tau jika yang dimaksud adalah mamaku. Dan selama dua tahun kami berpacaran aku tak pernah sekalipun bertemu dengan keluarga Satya. Begitu juga sebaliknya.

Bodoh bodoh bodoh!!!!

Tak lama makanan datang. Mereka berempat mengobrol dengan seru. Aku hanya diam.

"Aulia sudah kerja? "Tanya Om Fabian. Aku mengangguk.

"Aulia membuka restoran sama sepertiku. "Jawab mama dan menatap Om Fabian.

"Jadi kapan tante dan ayah akan menikah? "Tanya laki-laki didepanku. Abimana.

"Ya, kita seneng banget waktu ayah bilang akan menikah lagi setelah lama sendiri. "Sambung Satya.

Situ seneng sini ogah!

"Bagaimana pendapatmu sayang? Kapan mama akan menikah? "Tanya mama padaku.

Aku mendongak.

"Terserah mama. Lebih cepat lebih baik. "Jawabku pelan tanpa senyum.

Sepertinya semua mengetahui suasana hatiku. Namun Satya dan mama dapat mencairkan suasana.

...

Aku langsung masuk kamar begitu sampai rumah. Pesta pernikahan mama akan diadakan satu bulan dari sekarang. Dan setelah mereka menikah Om Fabian akan memboyong kedua putranya tinggal disini bersama dan mengosongkan rumah besar mereka. Mama yang meminta itu. Dan aku tidak keberatan. Setidaknya dalam urusan mengganti bohlam, memperbaiki kran air kita perlu laki-laki di rumah ini. Ide bagus memang. Namun aku amat sangat tidak akan betah dirumah karena putra bungsu Om Fabian.

Ting!

Aku mengambil handphoneku.

What?

Grup w******p keluarga. Disana ada mama, Om Fabian, Abimana dan Satya. Oh my!!!!!

Dhananjaya ♥

Abisatya : hello 🖐️

Mama : hello Abisatya

Aish mama sok akrab! Dia tuh mantan calon menantu mama.

Aku segera menelepon Mami Sofia.

"Mi, apa rencanamu bulan depan? Tanggal 10. "Tembakku langsung.

Mami Sofia terdiam sebentar.

"Hmmm aku mulai tanggal 8 sudah harus ke Bali. Perayaan ulang tahun mamaku. "Jawab Mami Sofia.

Apa ide bagus jika aku ikut acara mereka?

"Apa itu acara privat? "Tanyaku lagi.

"Tidak, itu pesta yang dihadiri oleh semua keluarga. Ah ya aku hampir lupa. Apa kamu sibuk tanggal itu? Bisa kamu ikut kami? Mama merindukanmu. Sangat. "Tawaran Mami Sofia membuatku hampir bersorak.

"Yash itu ide bagus. Tapi bukankah kamu bilang itu untuk keluarga? "Tanyaku memastikan.

"Oh dear kau juga kan keluarga. Kau lupa aku ibu tirimu? Dan sudah kubilang jika mamaku, nenek tirimu sangat merindukanmu. Kau melewatkan liburan kemarin untuk mengunjunginya. "Pertanyaan Sofia membuatku tergelak. Nenekku satu itu memang selalu memintaku untuk sekedar berkunjung atau ikut dalam setiap acara keluarganya.

"Ya. Aku akan bergabung. See you tanggal 8 Mami. "Pungkasku.

"Enak saja! Besok aku akan menemuimu di restoran. Kau harus bercerita tentang makan malam. "Jerit Mami Sofia. Aish dasar ibu tiri!

"Ya, see you. "Pungkasku dan menutup telepon.

Jangan harap aku datang dipernikahan mama karena disana pasti Satya datang bersama seling.... ah tidak, pacar barunya. Penggantiku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status