Share

My Love, You Take Away!
My Love, You Take Away!
Penulis: Citra_Zi

Prolog

Minggu, februari!

Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan, aku duduk melantai depan jendala kamar, memandang indah diluar sana.

Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin yang menerobos masuk begitu saja tanpa izin.

Oh sejuknya... menusuk keseluruh kulitku. Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas olehnya.

Hari yang begitu indah dan cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya lebih indah.

Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih, karena bagiku, embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi.

"Selamat pagi untukku" batinku.

Seperti biasa pagiku dimulai dengan lima belas menit menatap keindahan sunrise, tiga menit membasuh muka, satu menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pagi dari lantai bawah.

Dan yah Ayah-Bunda selalu menjadi alarm terdahsyat buat ku diantara semua alarm yang sudah ku setting. Itu mengapa tidak pernah seharipun pagiku lewati tanpa alarm dari mereka. Suara teriakan memanggil namaku. Meski begitu keras namun aku tahu itu adalah panggilan penuh rasa cinta.

Oh ayah-Bunda. Kalian adalah dua anak manusia yang juga sama sepertiku. Sama merasakan kebahagian menjadi seorang anak. Teruslah bersamaku selamanya!

Begitulah bisikku dalam hati. Setiap hari memuji muji nama mereka. Bagaimana tidak mereka adalah satu-dua milikku yang paling berharga.

***

"Sayang makan yang banyak dong!"

"Nih... nih... semua makan. Gak boleh ada yang dilewatin!"

Peringatan barusan datang dari ibundaku tersayang, yang membuat lamunanku terhenti.

"Ya ampun bunda ini banyak banget ntar akunya gendut lagi."eluhku.

Lalu Sebagian makanan yang bunda beri aku keluarkan dari piring, aku hanya menerima satu mangkok sup kesukaanku.

"No gendut. Kamu lagi pertumbuhan jadi harus makan banyak biar tinggi kamu nambah, yahkan ayah?"

"Alaaaaa... minta bantuan ke Ayah, Bunda selalunya begitu."

"Sudahlah sayang dengerin apa kata bunda, kamu sehat dan tinggikan juga buat kamu nantinya." ujar Ayah dan sesuai insting Bunda, Ayah kini ikut memerintah.

"Okok. I know. Uda deh Ayah-bunda, udah gede ini."

Sendok yang kupegang, keduanya ku letakkan ke dalam mangkuk sup. Aku mulai malas dengan perdebatan yang hanya akan membuat moodku berantakan.

Bunda menatapku "No! Kamu masih bocah dan akan selalu seperti itu dimata bunda dan ayah!" tegasnya.

"Im 18 years old bundaa... bentar lagi 19th Comeon."

'Bagaimana mungkin usia 19 masih akan bertambah tingginya hanya dengan sepiring nasi goreng?'

Aku mengomel sepuasnya meski hanya berputar-putar dalam otak, tak berani ku proklamirkan.

"Yaudah kamu sarapan trus siap-siap kita ada acara keluarga, dan kamu harus ikut, kan hari minggu."ajak Ayah memenuhi maksud Bunda.

Aku menggeleng kuat, menolak. "No ayah. Aku ada job. And verry important. ok?"rajukku.

"Gak boleh dong gak ikut kamu sayang. Inikan hari minggu. Lagi kamu bentar lagi kuliah dan ini masih masa libur kamu sampe penerimaan mahasiswa baru. Jadi bagi waktu lah buat keluarga." potong Bunda, yang Kini semakin melancarkan aksinya yang tak akan terbantahkan.

Aku lagi-lagi menggeleng "No, bunda. " hanya dua kata itu yang dapat ku utarakan sebagai protes.

"Canva, please dengerin bunda kamu." Tambah Ayah lagi yang terus saja menjadi penengah yang tak adil sebab lebih berat ke Bunda daripada Aku.

"Ayah. I konw that. But i hv job. And i cant leave it." Bantahku, berusaha protes dengan alasan yang ku buat.

Ayah melirik ke arah ku dengan tatapan permohonan, namun aku mengabaikannya.

"Ok, Jam berapa dan dimana ??" Tanya Ayah.

Aku menghembuskan nafas pelan sebelum menjawab "At home." Jawabku.

Aku memang seorang author namun aku tak pandai merangkai kalimat dusta makanya kata yang keluar sebagai alibi hanya itu.

SUNGGUH KONYOL!

"Walah udah kamu ikut. Nanti pulang kerjain job kamu itu. Gak ada bantah lagi." Pintah Ayah sementara Bunda mulai mengomel macam-macam.

"Ih ayah. Bunda tuh kenapa sih ."

"Udah ah debat mulu sama Bunda. Gak baik atuh neng. Nurut aja." Lagi lagi dan lagi Ayah mendukung Bunda.

"I dunno, how much mother like mymom. Aku ke atas Yah." Begitu teriakku pada Ayah lalu beranjak meninggalkan meja makan menuju lantai atas. Kamarku.

"CANVA. .SHE IS YOUR MOMS, U CAN'T SAY THAT!!!!." Ayah membalas teriakanku dengan teriakan yang lebih keras dan intonasi yang bisa ditebak itu berarti Marah.

"Okok. Ayah. Im keep silent. Udah." Meski suara Ayah sudah tak begitu jelas namun Aku tau selanjutnya apa yang akan Ayah katakan sebagai nasehat.

Setelah menjawab, aku menarik gagang pintu kamar agar tertutup lalu ku jatuhkan tubuhku ke Queen size milikku. Setelah mendarat sempurna, ku benamkan wajahku sepenuhnya kebantal. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi.

*****

Harusnya pagi ini menjadi hal menyenangkan, namun ternyata tidak. Memang seperti itulah kenyataan. Walaupun aku disambut indah oleh Mentari dan kawan kawan, namun tidak selalu dengan manusianya.

Hari ini Bunda lagi-lagi ngotot dengan keinginannya. Dan aku tidak suka akan hal itu. Aku sayang Bunda, itu JELAS! .namun soal bunda yang selalu mengatur kegiatanku, itu aku KESAL, sebab itu sangat mendasar. Dan aku tahu persis maksud bunda hari ini. Itu alasan mengapa aku semakin ingin berdebat dengan bunda. Nanti juga kalian akan tahu kenapa. Karena aku sangat tahu setiap kali ada pertemuan keluarga pasti akan ada MOMEN itu. So kita lihat saja bersama nanti. Aku juga penasaran.

*****

Kami sudah berada di rumah uncle jon. Rumah dimana menjadi pusat berkumpul for our bigfams today .

Disini sangat ramai dan aku tidak suka akan hal ini. Tidak apa bagiku, aku berada ditengah jutaan manusia asalkan mereka tidak aku kenal. Namun kalo seperti saat ini, ini adalah posisi paling menyebalkan dalam hidupku. Berada diantara orang Orang yang sangat mengenal baik diriku. Oh lebih tepatnya sok tahu tentangku dan kehidupanku.

****

"Hey Canva."

Sapa seseorang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan dengan tujuanku sekarang yang sebenarnya sudah ingin lenyap dari keramaian ini. "Eh Hi." aku terpaksa harus membalikkan badan dan basabasi menyumbangkan sedikit senyumku pada pria yang baru saja menyapaku itu.

"Mau kemana buru buru amat?" Pria barusan yang menyapaku melangkah kearahku lebih dekat

"Emm mau kedalam sebentar pening nih. Riuh." Aku yang tau ia ingin mendekat buru-buru mengalihkan pandangan dan dengan cepat berbalik arah

"Gak pernah berubah lu yah. Masih kamar jadi favorite place?" Pria itu menyerangku dengan kalimat familiar

"What ???" Saat dia menyebutkan kamar aku sudah tau maksudnya apa. Tapi aku harus bertanya dia siapa . Sampai tahu kebiasaanku. Padahal aku jelas tidak menyebutkan kamar cuman sekedar berkata ingin kedalam.

"Oh. Lu pasti gak inget gua lagi yah ?? Kenalin kembali deh. Gua Regar!"

"Regar siapa. Regar manaa. Gua gak kenal. Dan gak tahu sama sekali." Ucap Canva bingung.

"Siregar alias Onyet, remember ?!"

Saat iya menyebutkan Regar jelas aku kebingungan, namun kata Onyet aku cuman pernah sekali memberi julukan itu pada seseorang dan itu adalah Siregar, salah satu tetanggaku sewaktu masih dibangku SD, apakah ini orang yang sama. Pikirkuh keras.

"Wait. Wait. Lu Regar, siregar yang gendut cengeng bacotan ileran and iyyuuu zuper ngeselin itu. Are you seriously ???"

"Hahaha.. yeah thts me. Why ???" Ia menjawab dengan bahasa tubuh yang menandakan kepercayaan diri tinggi

"No no no. You are lying. I know exactly how he is. Not like you now. Ok." Aku masih sulit mempercayai apa yang ada didepan mataku

"Ok. Banyak orang gak percaya. Tapi harusnya lu masih ingatkan sama ini?" Dia menunjukkan bekas luka jahitan dikepalanya. Dan aku ingat benar itu adalah ulahku. Dan akhirnya aku harus percaya kalau itu adalah dia. Siregar. Anak kecil cupu yang waktu itu bermain denganku setiap hari.

"Ohmygodness. And then you ?? Like this ??? Wow. What happened. and change you to be like this ???" Aku menatapnya sinis, memerhatikan dari ujung kaki sampai kepala

"Yeah. Itu dulu. And now. Gua harus berubah lah." Sekali lagi ia menunjukkan betapa OverConfidentnya dia

"Ok. Whatever you say lah Nyett."

Harus ku akui perubahan pria dihadapanku saat ini, sangat menarik dan sungguh berubah total, kalau saja aku tidak mengingat masa kecil itu atau ini adalah pertemuan pertama kami mungkin aku akan memujanya, bagaimana tidak dia begitu charming dan berwibawa, padahal dia sama denganku baru memulai Study untuk universitas namun dia sudah terlihat seperti seorang CEO mudah. Ahh aku mulai berpikir jauh. Sudahlah dia tetap anak menyebalkan dan tidak akan ada yang berubah aku tahu aku tidak akan pernah menjatuhkan hati padanya.

"Gua udah seminggu disini dan gua baru sempet ketemu lo sekarang."

"Dan gua gak kepikiran buat bisa ketemu lu lagi. Serius."

"Yasih... mana mungkin juga lu bisa kepikiran. Lu kan gak pernah mikir."

"Etttt. Enak aja. Kalo gak mikir gua gak bakal jadi the winner mulu."

"Masih aja sombong. Dasar angkuh."

"Eh lu ke prancis selama ini ??"

"Iya. Gue pindah dan gue baru seminggu ini injak indo lagi. Selama kurang lebih 6 tahun disana sekolah dan fokus menurunkan beratbadan."

"Jadi waktu itu umur gue 11 tahun dong. And you ?"

"Sama gue juga 11 tahunlah."

"Eh nggak dong lu kan adik baya gue."

"Iyaiya gue beda beberapa bulan adik lu lah."

"Nah gitu dongg.. lu lebih adik dari gue."

"Lebih tua ?"

"No. Lebih mudah!" protesku.

"Gak usah sebut sebut tua lagi yah! Gak enak didengar." tambahku.

"Eh kok lu bisa ikutan acara hari ini, emang siapa lu disini bdw?" tanyaku.

"Oh ini kan acara reunian tetangga dulu, lu gak tau ?"

"Huh? Omg jadi ini cuman gue yang gak ngehh... payah!"

"Lu emang gak pernah ngeh."

"Eh gak usah sotoy lu. 6 tahun lalu sama sekarang bedayah."

"Lu masih sama. Gak ada yang berubah."

"Apa iya ???"

"Iya. Dari fisik sikap semuanya dehh.."

"Yah.. its ok. Im always beautiful for sure."

"GR. "

"Why not. "

Begitulah seterusnya sepanjang hari mereka selalu saling mengungkit kekurangan..

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status