Menikah dengan kakak ipar yang sangat-sangat membenciku? Bahkan hanya dalam mimpi pun, aku tak ingin hal itu terjadi. Namun demi Oila, mau tak mau akhirnya aku sah untuknya. Mas Rasya lelaki yang sangat menyebalkan. Sumpah. Tak ada manis-manisnya sama sekali. Beda jauh dengan Mas Rofi. Tapi lihat saja, akan kubuat suamiku yang selalu sinis dan dingin itu bertekuk lutut. Sejak dulu, aku adalah perempuan yang dimenangkan.
view moreCHAPTER 1
JENNA’S POV “Seriously?” I stormed into the study, holding up a newspaper. “If there's anything I won't take, grandpa is you always devising a means to get me married.” I threw the papers across the desk grandpa was sitted on. “I see this is your new way of saying thank you?” He said. “You are lucky you got to hear about it this time and not run away like a little girl.” His adjusted his glasses as he fixed his gaze at me. Anger? Annoyance? I couldn't read his expression from how he looked. I looked at grandpa confused trying make sense of what I just heard. Did he say thank you? Was it for always making marriage plans behind my back? Or when he arranged a “board meeting” which by coincidence just happened to be my wedding. I rolled my eyes. “Of course I'm supposed to be appreciative of all the times you tried to ruin my life.” “If getting married was a means to ruin peoples lives, the whole world would have been a mess by now,” he snapped. I looked down at my shoes, and gritted my teeth. ”At least I don't get to end up like mum and dad....” The room fell silent as though I just uttered a forbidden word. Grandpa's expression fell flat, his gaze turned to me. “You don't know anything about your mum and dad's relationship worked,” his voice with a hint of anger. “You're only trying to hide the truth from me as usual; dad has always being a freak. Mom died! And whose fault was that? My own fucking father. My heart raced against my chest. I'd never felt this surge of hatred stream through me just at the thought of my father. Grandpa walked up to me, holding my hands in his. “Jenna, my child. Everything your mom did was solely on her terms.” He continued, “Kristen was my favorite, and just like you I made sure to give her all she ever asked for. Your dad was just a manipulative devil who drove her to her death.” “No....if you claim you love her then why didn't you stop them from getting married?” I drew my hand back. “Answer me.” “Honey?” Grandpa called softly. I looked up at him. He gave a sad smile and squeezed my shoulder. “Something's happen which we can't quite control. Your father was a low life, and I curse the day I let your mother get married to him.” “Which is why I decided to get you married myself....to prevent what happened to your mother.” “And the company? Getting married would mean me not paying full attention to the company?” “It's about time you forget about the business and start to think about raising a family, Jenna.” He cried. “I'm to blame for your lack of interest in getting married; I gave you everything you have and now you couldn't care less if a man was in the picture or not.” I glanced around the room refusing to make eye contact. All I could do was stand there like a child getting scolded. He continued, “I gave you everything you asked for, I groomed you into this self independent businesswoman, I could go on and on, but all I ask of you is this little favor,” “What.... I'm only trying to say I'm not ready yet.” I trailed off. “Getting married is such a big deal and I'm not cut out for it. “I get it now.” He nodded. “I've drawn myself to the conclusion you find attraction not in men, but women,” judging eyes stared fiercely at mine. I felt My face reddened in shame. I clenched onto my dress, feeling repulsed at what grandpa had just said. What could this old man possibly be thinking? How could he even think of such a thing? Of course I'm not attracted to women and who knows, I can just imagine what the press would say about it when grandpa goes yapping about it. Business savvy, Jenna after years of marriage pursuit reveals to be attracted to women!! I quivered at the thought of it. “I'm not a lesbian! I have a fiancé for Christ sake,” I shot back angrily. His eyes widened as he jumped up his chair in excitement. “Are... you serious?” His his eyes sparkled with hope as he waited for my response. “Yes, I am serious.” I blurted. “Why am I just hearing about this now? Why did you keep it a secret from–” “Because I was scared you won't accept him.” I interrupted. Dragging my hand from his as I turned away. “I'm afraid he fits into what you think of dad.” I took in his hands again, holding it up against my chest. “And i didn't want you to disapprove of it so I decided we will go low key and figure out what works best for both of us. His once gleaming face now turned into a frown. “ And what does he do?” “Well, he manages a company. And I know you've always wanted someone who's wealthy and affluent, but I really love him, please!” I cried. “I made a vow I'd never let whatever happened to your mom happen to you,” he replied grudgingly. “He's not like that grandpa, I promise you.” He pulled me in for a hug. “Okay my child. If you feel this man makes you happy, then I'm happy.” “You're the best!” I hurriedly placed a peck on his cheek, “ I love you so much.” I turned to walk out of the study. “Just one thing. I'd like to meet with this man,” he announced. “Be sure to bring him for dinner tomorrow.” He waved his hands in dismissal. I walked out of the study, wedging myself against the door as it shut closed behind me. What If he knows? I thought to myself as I began racing to my room. I picked up my phone and dialed Cassy’s number into it. “Pick up the phone!” I murmured as the phone continued to ring. “Hey girl, how you been?” “There’s no time for all that now cass, I’m in deep shit”. I said, as I paced back and forth the room. “What’s wrong hon-“ I cut her mid sentence before she could even finish up whatever she was saying. “How do I get a boyfriend before tomorrow night?”Sejak tadi, aku tak bisa tenang dan begitu gugup. Nanti, kalau saat ML mas Rasya bersikap kasar bagaimana?Aku mondar-mandir di kamar dengan jantung yang terus berdetak kencang. Sesekali menatap Qila yang baru saja tidur di ranjangnya. Di dinding, jam telah menunjukkan pukul 8 malam. Mas Rasya pasti sebentar lagi pulang. Ya ampuun, bagaimana caranya mengatasi gugup? Saat akan malam pertama dengan Mas Rofi dulu, rasanya tak segugup dan setakut ini.Aku terlonjak saat mendengar bunyi pintu dibuka. Aku langsung membaringkan tubuh di ranjang lalu memejamkan mata dengan dada bergemuruh. Bagaimana ini? Mas Rasya bakal kasar tidak nanti?Aku sungguh takut.Tegang.Juga gugup.Jantungku mengentak-entak kuat sekali, dadaku juga bergemuruh hebat. Keringat dingin terasa di leherku saat mendengar pintu kamar dibuka. Aku menahan napas.Hening.Deg. Deg. Deg. Aku begitu gugup."Pus."Sebaiknya, aku pura-pura tidur saja. Aku begitu tegang. Mungkin lebih baik besok saja melakukannya. Aku belum siap
Aku mengangguk mantap. "Aku dan Mas Rasya sangat romantis. Mas Rasya pasti akan sangat marah kalau lihat Mas Dewa menggodaku." Langsung kutepis tangannya yang hendak melingkar di bahuku lagi."Tapi Rasya selalu bilang, katanya kamu seperti anak kecil. Cingeng, membuat kepalanya terasa mau meledak."Mas Rasya benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa ia mengeluhkan semua tentangku pada temannya yang sangat menyebalkan ini?"Brooo!""Gaeees!" Aku langsung menatap ke sumber suara. Tampak lelaki berambut pirang dan berambut cepak berjalan kemari. Di belakang mereka, kulihat Mas Rasya menatap kemari dengan wajah terkejut."Sini, Gaees!" Mas Asep menggeser kursi lalu melambai pada Mas Rasya. Lelaki itu berjalan kemari sambil menatapku seperti harimau kelaparan. Ia duduk persis di hadapanku."Siapa yang sangka jika kreator sekaligus penulis komik itu adalah istrimu, Ras? Istrimu sungguh mengagumkan," kata Mas Dewa sambil menoleh ke arahku, tangannya melingkar di bahuku. Aku melihat reaksi Ma
"Mau ke mana kamu?!" Mas Rasya yang tengah duduk di sofa menyaksikan televisi langsung menelisik penampilanku saat aku lewat di sampingnya dengan Qila yang terlelap dalam gendongan. "Mau menemui lelaki bernama Adam?" Mas Rasya menatapku dengan pandangan menyelidik. "Aku kan sudah bilang pada Mas Rasya akan dapatkan satu lelaki yang lebih baik dari Mas Rasya di luar sana.""Jadi kamu mau selingkuh?" Ia menatapku kesal."Gak kok, Mas. Tenang aja. Selingkuh itu dosa. Nanti setelah kita cerai baru aku akan melakukannya."Ia menyentak napas. Lalu tangannya menekan tombol renote. Televisi langsung mati.Mas Rasya menatapku tajam. "Jangan main api!"Segera kubuka WA lalu menunjukkan pesan dari sederet nomer belum tersimpan."Ada yang mau adaptasi komikku jadi novel. Juga mau filemin cerita yang kubuat.""Awas saja kalau sampai bermain api lalu membuat bapak masuk rumah sakit."Tanpa mempedulikan ucapannya, aku melangkah cepat keluar rumah. Benar-benar menyebalkan si manusia harimau itu. He
Terdengar tangisan Qila. Bocah di sampingku langsung beranjak bangun dan menggendong Qila. Ia duduk di tepi ranjang lalu tertawa pada bocah yang tengah menangis itu."Cup, Sayang. Dedek kaget, yaa?"Qila tersenyum, lalu mulai menyusu. Sesekali anak kecil itu berhenti menyusu, bibirnya melekuk senyum lebar.Aku menghela napas. Sabar Rasya. Sabaaar. Kuurut-urut dada."Pok amee-amee, belalang terbang tinggi, kalau gede nanti, Dek Qila jadi pegawai negerii."Qila dalam pangkuannya yang menghadap Bocah itu, tertawa-tawa. Sementara Puspita mengusap sudut matanya."Pok amee-amee, belalang terbang rendaaah, kalau gede nanti, dek Qila jadi pegawai pemerintah."Ia kembali mengusap sudut matanya. Aku menyentak napas berkali-kali. Sabar, Rasyaa.Puspita menoleh padaku, menatapku lekat dengan mata berkaca-kaca. Qila dalam gendongannya di dekapnya erat. Tangan Qila memberontak mencoba melepaskan diri. Akhirnya ia dudukkan Qila di sampingnya, Qila langsung merangkak ke arahku. Aku mengulurkan tangan
POV RasyaDering HP membuatku perlahan membuka mata, memicingkan mata mencari sumber suara. Kuhela napas panjang saat melihat si Bocah tengah bersandar di dinding dengan rambut terurai berantakan, ia masih mengenakan pakaian tadi, matanya terkatup rapat. Satu tangan menggenggam HP yang menyala terang di pangkuan sementara satunya lagi terkulai di lantai.Aku kembali menyentak napas, berusaha tak menatap ke arah tubuhnya yang terlihat begitu menggoda. Aku memang membencinya tapi aku juga lelaki dewasa. Dasar bocah. Ish. Sepertinya, dia memang sengaja melakukannya. Tingkahnya terlalu nyata. Siapa yang tak tahu kalau sikapnya saja tampak begitu nyata? Mulai dari tiba-tiba mencium sampai mengenakan pakaian seperti itu.Aku yakin, dia bertingkah seperti tadi karena merindukan suaminya itu. Aku juga yakin dia juga pura-pura menelepon, tadi.Aku membuang napas. Membayangkan dia menciumku tapi yang dipikirkannya Rofi, membuatku kesal sendiri. Enak sekali mau jadikan orang pelarian."Pus, pin
Bibir Mas Rasya terasa lembut di bibirku, tubuhnya menegang. Dengan jantung mengentak-entak dan dada berdebar hebat, kubuka mata.Mas Rasya menatapku tajam seolah menembus jantungku. Kulepas pelukan lalu melangkah mundur."Maaf," ucapku lirih tanpa berani memandangnya. Ia pasti sedang sangat kesal saat ini. Tak seharusnya kutanggapi ucapan Susi dan Fitri. Mas Rasya pasti berpikir yang tidak-tidak.Cukup lama aku berdiri di hadapan Mas Rasya dan tak juga ada sahutan darinya. Hanya keheningan yang panjang. Jujur, aku merasa sangat malu. Akhirnya, kubalikkan badan lalu melangkah pelan keluar kamar."Mau ke mana kamu?" tanyanya datar."Dapur. Aku mau masak aku sejak tadi belum makan," sahutku gugup sambil menahan luapan rasa malu yang terus menerjang benak."Delivery saja. Aku juga belum makan.""Ada ayam di kulkas. Aku mau masak. Kalau Mas Rasya mau pesan ya pesan saja! Kok, repot!" Aku sendiri pun heran kenapa tiba-tiba begini marah. Mungkin, aku marah karena begitu malu. Ia sama sekal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments