NINE

NINE

last updateLast Updated : 2021-11-03
By:  Mathima ZoisCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
14 ratings. 14 reviews
25Chapters
3.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Cinta adalah mahakarya kehidupan. Namun terkadang, takdir dengan teganya mempertemukan hati dari dua sisi yang bertentangan. Adalah Rey, putra seorang detektif handal yang terpaksa pindah sekolah karena pekerjaan ayahnya. Ia mendadak jatuh hati pada seorang siswi di kelas baru. Nina. Sayang, takdir tidak memberinya kemudahan dalam urusan cinta. Justru Nina-lah alasan ayah pemuda itu dipanggil ke kota tersebut, salah satu pelaku pembunuhan berantai yang meneror negara hampir seabad terakhir. Di kemudian hari, perjalanan cinta Rey akan dipenuhi lula dan darah. Takdir dengan paksa menghadapkannya pada fakta bahwa gadis yang ia cintai adalah dalang di balik puluhan kasus pembunuhan. Apakah cinta Rey akan tetap putih meski takdir merendamnya dalam kubangan darah?

View More

Chapter 1

Prolog

Seorang lelaki terduduk di sudut pasar, darah segar mengalir dari luka pada lengan dan kaki. Tubuhnya kaku, hanya organ wajah yang masih berfungsi. Kedua tangan dan kaki mati total, akibat putusnya syaraf vital yang terhubung ke otak. Ditilik dari luka yang minim namun fatal, jelas semua ini perbuatan seorang profesional.

Malam itu, sewajarnya suasana gang kota saat matahari tenggelam, sepi membungkam. Ini bukan kota besar dengan bangunan gagah menjulang, tak ada keramaian lebih di kala puncak malam datang. Kalau bukan derik serangga dan desau angin dingin, mungkin keadaannya seperti ruang hampa.

Lelaki itu sudah berusaha minta tolong, bahkan sampai teriakan terakhir. Tapi tak ada seorang pun yang datang. Dunia benar-benar membuang muka. Rasa sakit terlupakan sudah, menyisakan rassa takut dan putus asa.

Seorang gadis kecil berdiri di hadapan pemuda itu, dengan santai memutar sebuah pisau ditangan, serupa bocah memainkan pena. Lihai, jelas jika ia tidak seperti anak kebanyakan. Ketenangan yang menggaris pada  matanya sungguh di luar batas.

"Denis, 21 tahun, mahasiswa dan kau ... seorang pelaku pedofilia." Gadis itu membaca identitas dari kartu pengenal orang di hadapannya. Ia menghela napas berat sebelum melanjutkan, "sayang sekali kau salah memilih korban"

Lelaki bernama Denis menelan ludah, ketakutan tampak jelas terpancar pada matanya. Ia tak menyangka bocah yang seminggu terakhir menjadi target, punya kepribadian mengerikan. Siapa sebenarnya anak ini?

Permainan pisau berhenti, ia memasukkannya ke dalam tas. "Oh maaf, aku belum memperkenalkan diri. Walaupun, yah ... aku yakin paman pasti sudah tahu. Namaku Nina, 10 tahun, kelas 3." Nina tersenyum semanis mungkin, senyum yang malah membuat pria itu semakin diselubungi rasa takut. Tidak wajar gadis kecil bisa tersenyum saat tubuhnya berceceran darah.

Gadis berambut panjang itu memperhatikan pakaian sekolahnya, noda darah merembes dimana-mana, jelas tidak mungkin ia pulang dalam keadaan seperti ini. Bias-bisa ada orang yang melihat. 

"Gara-gara paman pakaianku jadi kotor, kalau sudah begini mau tidak mau aku harus menggantinya. Paman sih …." Ia mengomel panjang sembari membuka seragam sekolah.

Situasi seperti ini selalu diingatkan oleh pamannya, tak ada yang dapat mengetahui kapan ancaman tiba dan memaksanya bertindak tegas. Atau mungkin kejam. Maka untuk mencegah terjadinya hal yang tak diinginkan, ia selalu membawa dua setel pakaian ke mana pun.

"Sip, selesai!!!" soraknya menatap setelan seragam bersih yang ia kenakan, "Saatnya pulang"

Baru beberapa meter meninggalkan lelaki itu, langkah Nina terhenti, nasehat pamannya terngiang kembali, 'Jika terpaksa melakukan tindak kriminal, jangan pernah meninggalkan barang bukti, sidik jari, apalagi saksi.'

"Ups, hampir lupa," gumamnya beranjak kembali. "Halo paman, ada yang Nina lupa" gadis itu memungut seragam kotor, memasukkannya ke dalam ransel. Denis masih tegang, namun perlahan ketenangan muncul. Sepertinya anak hanya ingin pulang, jadi tak ada yang perlu ia takutkan lagi. 

"Paman tahu? Pamanku selalu berkata jika kita melakukan kejahatan, tidak boleh ada barang bukti. Nah, seragam sudah Nina bawa. Tak boleh ada sidik jari. Paman tahu sendiri tadi Nina memakai sarung tangan. Dan tidak boleh ada saksi …."

Mendengar kata terakhir gadis itu, wajah yang tadi menggurat syukur menegang kembali, rasa tenang yang tadi tercipta sirna bak tak pernah ada. Berkali ia berusaha minta tolong dengan sisa-sisa suara. Tapi nihil.

"Maaf ya, Paman. Aku tidak bisa membiarkanmu hidup atau kau akan menyebarkan kejadian ini pada orang lain." tawanya ceria kemudian.

Dengan perlahan Nina merobek perut korban pertamanya dengan pisau bedah, sehati-hati mungkin agar tak menyentuh apa pun. Denis hanya berteriak tertahan, suaranya terkuras habis. Rasa seperti terbakar mencabik-cabik dadanya.

Tidak ada lagi harapan. Anak ini gila!

"Selesai,  sekarang aku pamit pulang dulu ya ..." ujarnya pada tubuh yang sudah di ambang kesadaran. 

Sebelum benar-benar beranjak, Nina melirik korban sekali lagi, mendekat sejenak,  mengambil sesuatu yang tergeletak di samping tubuh tak bernyawa. Percikan darah membekas pada benda tersebut.

"Sebagai kenang-kenangan, bolehkah kubawa boneka yang paman belikan tadi? Bonekanya lucu, walaupun ada niat jahat di baliknya" 

Ia pun pulang dengan senyum menghias di bibir.

-=9=-

"Seorang pemuda ditemukan tewas di sebuah pasar pagi ini, diduga korban meninggal akibat kehabisan darah. Beberapa luka sayatan ditemukan di tubuh korban ...." seorang pembawa acara di Channel TV menyiarkan berita pagi.

Saat itu hari minggu, Nina yang sedang bermain di rumah teman menoleh ke layar, membuat bola karet yang mereka mainkan terjatuh. Serempak anak-anak ber-yess kegirangan mendapat giliran main.

Di layar TV, tubuh seseorang telah ditutupi kain usang, mungkin warga yang pertama menemukan tubuh itu menutupinya dengan sembarang. Beberapa boneka dan mainan tergeletak di samping tubuh kaku itu, polisi mengamankannya sebagai petunjuk.

"Na!" panggil Mei membangunkan gadis mungil itu dari lamunan.

"Eh, iya?"

"Giliranmu." ujar anak dengan rambut sebahu  menyodorkan bola bekel ke arah Nina, namanya Riri. Dengan heran ia menoleh ke serakkan kerang yang hanya hilang dua sejak terakhir gilirannya.

"Huh? Kalian tidak bisa memainkannya, ya?" tanya Nina disambut tawa malu oleh teman-temannya.

"Kamu pintar, Na. Mainnya hebat, selalu menang." 

"Tak juga, aku cuma sedang beruntung." 

Jelas ia selalu menang, permainan ini memang kesukaannya. Paman yang mengajarkan, lalu ia membawanya ke sekolahan. Dulu, orang yang sudah Nina anggap sebagai ayah itu bilang, bahwa kombinasi bola karet dan segenggam kerang adalah permainan populer anak perempuan di kampung halaman beliau.

Tak terasa siang sempurna menjelang, terik membakar permukaan bumi, menebar kehidupan. Langit terlihat cerah, hampir tak tampak buih di keindahan laut semesta itu. Rei dan Riri sedari tadi sudah pamit, tinggallah Nina di rumah Deary. Karena jarak yang lumayan jauh, ia hanya bisa menunggu pamannya menjemput. 

Orang tua gadis berambut panjang itu meninggal dalam kebakaran, pergi dari sisi malaikat kecil mereka saat masih berumur dua bulan. Beruntung saat bencana itu terjadi, adik ayahnya sempat menolong, bak pangeran surga yang rela menerobos neraka demi menyelamatkan Nina kecil. 

Sayang hingga sekarang, sang paman malah lebih terlihat bak iblis. Seakan kebaikannya dulu hanya kedok tuk membuat ia terlihat seperti malaikat.

"Na, kamu tidak  pulang?" tanya Deary. 

Perempuan berambut gelombang dengan wajah kecokelatan itu adalah teman dengan pribadi paling baik, tak pernah pamrih atas segala bantuan yang diberikannya pada orang lain. 

"Kamu kan tahu sendiri kalau aku harus menunggu jemputan paman." Nina berkata sambil tetap memandang halaman, benaknya berkelebat memikirkan sesuatu. 

"Kenapa diam, Na. Apa yang sedang kau pikirkan?" 

"Bukan apa-apa, aku cuma berpikir tentang boneka ..." belum usai  kalimat gadis itu, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pintu pagar rumah Deary. "Eh, pamanku sudah datang, aku pulang dulu ya, Ry," lanjutnya berlari ke pria yang sudah membukakan pintu.

Deary tersenyum sembari melambaikan tangan melihat sahabatnya berlari.

Tak lama setelah Nina mendudukkan dirinya, mobil melesat meninggalkan rumah di tengah kota. Tangan kokoh sigap mengendalikan kendaraan, meliuk melewati kendaraan lain.

-=9=-

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Mathima Zois
niceee story
2022-03-17 10:21:42
0
user avatar
Taurus Di
wah dilema itu, gadis yang dicintai adalah dalang?
2021-09-04 19:42:46
0
user avatar
Ekha Wartuti
Semangat Kakak, cerita keren
2021-09-04 08:02:20
0
user avatar
Vanda Anastasia Adam
ceritanya seru.. semangat up Thor
2021-09-04 06:47:48
0
user avatar
SriMulyastuti
Mau kasih diamond biar naik tapi belum bisa...
2021-08-14 18:58:16
0
user avatar
Mathima Zois
Bantu up pleaseee 🙏🙏
2021-06-28 23:19:49
1
user avatar
Queeny
Semangat ya
2021-06-24 15:35:04
1
user avatar
SereiaAlvenna_
😍😍😍😍😍😍😍😍😍
2021-05-19 17:41:54
1
user avatar
Indraqilasyamil
Aku tunggu updatenya ya thor
2021-05-19 17:29:52
1
user avatar
Suci Saraswati
Keren sih ini, berasa baca novel luar negeri. 😎
2021-05-19 17:26:43
2
user avatar
Unie
Sudah kak,,, semangat
2021-05-19 17:12:37
1
user avatar
Riri RFP
Bantu up 😊😊😊
2021-05-10 18:44:46
1
user avatar
Riri RFP
Sukaaaaa 😊
2021-05-10 18:42:29
1
user avatar
Mathima Zois
Bantu up please
2021-05-10 18:31:43
1
25 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status