"Perjuangkan cintamu, Mischa... Bahagiakan Xander..." tambah Diana di akhir kalimatnya. "Aku merestui hubungan kalian..."
Mischa tertegun sejenak mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Diana kepadanya.
Diana merestui hubungannya dengan Xander? Berjuang?
Kenapa hal itu terdengar lucu bagi Mischa?
Mengingat bahwa antara dirinya dengan Xander saat ini bahkan tidak saling menjalin hubungan apapun.
"Maaf Tante, kita semua tahu kalau sekarang ini Xander sedang menjalin hubungan dengan Mendy, aku memang mencintai Xander, tapi aku bukan wanita perusak hubungan orang lain. Xander berhak menentukan pilihannya sendiri," jawab Mischa apa adanya. Mischa tak ingin larut dalam rasa bahagia meski dirinya tahu bahwa kini Ibu dari laki-laki yang dia cintai mendukungnya, berada di pihaknya. Mischa tidak ingin egois dengan memaksa siapapun untuk menjalin hubungan dengannya.
Diana
Buat kalian... Yang udah setia mengikuti cerita ini... Cie, siapa yang ikutan senyum-senyum?
Setelah seharian puas bermain bersama sang Opah di rumah sakit, sore harinya Arsen pun pamit untuk pulang. Dirga melepas kepulangan sang cucu dengan berat hati. "Arsen tahukan apa yang harus Arsen lakukan jika Arsen mendapat kesulitan seperti kemarin malam?" ucap Dirga pada Arsen sebelum anak itu pergi. Arsen mengangguk yakin. "Arsen tahu Opah," "Anak pintar," Dirga mengacak lembut ubun-ubun kepala Arsen. Dia mengecup kening Arsen satu kali. "Sekarang Arsen pulang bersama Mamah dan Papah ya. Besok Arsen harus masuk sekolah," "Iya, Opah. Opah juga harus banyak beristirahat supaya bisa cepat pulang. Kalau Opah sembuh, nanti kita bermain sama-sama di rumah Papah yang bessssaaar sekali," celoteh Arsen dengan gerakan tangannya yang lucu ketika memberikan perumpamaan kata besar. "Opah berjanji akan cepat sembuh supaya bisa lebih sering bermain dengan Arsen,"
Sebuah gedung pencakar langit berdiri megah disalah satu sudut kota. Di mana gedung tersebut merupakan sebuah hotel termewah di indonesia dengan pelayanan restoran kelas internasional. Bagi para miliarder sukses atau konglomerat, biasanya seringkali menyewa bagian rofftop gedung sebagai jamuan makan malam untuk orang terkasih atau sebagai acara lamaran. Sebab dari atas tempat itu suasana akan terasa semakin romantis apalagi jika cuaca sedang mendukung. Seperti halnya malam ini. Sebuah karpet merah telah digelar menyambut kedatangan aktris papan atas kenamaan Indonesia, Mendy Clarissa. Jarvis yang ditugaskan oleh Xander untuk menjemput Mendy terlihat berjalan tepat di belakang Mendy layaknya seorang bodyguard. Untung saja, Mendy
Malam itu usai menuntaskan urusan dengan Mendy, Xander langsung melajukan kendaraan super mewahnya menuju kediaman utama keluarga Malik untuk menuntaskan masalah dengan sang Omah. Kali ini Xander perlu bertindak tegas untuk tidak membiarkan sang Omah berbuat seenaknya lagi. Dan Xander sudah memutuskan bahwa Arsen akan tinggal di apartemen pribadinya untuk sementara. Xander takut Arsen trauma. Sepertinya, anak itu benar-benar takut pada Sarah. Sesampainya di kediaman utama Keluarga Malik, Xander tak mendapati Sarah di sana. Sean, selaku asisten pribadi Sarah pun tidak ada. Xander hanya bertemu dengan Ashton dan istrinya. "Kemana Omah pergi, apa ada yang tahu?" tanya Xander curiga. Perasaannya mendadak tidak enak. Xander takut sang Omah kembali mengulang kesalahannya dengan mengambil paksa Arsen yang kini berada di rusun bersama Mischa. Se
Sudah hampir setengah jam lebih Xander duduk di sofa yang biasa dia duduki di rusun Mischa. Mischa sudah menyuguhinya segelas teh hangat dan beberapa cemilan di meja. Mereka duduk saling bersisian di sofa yang berbeda. Tak ada percakapan apapun, hanya suara acara di TV yang mendominasi ruangan. Xander bahkan sudah melepas jas hitamnya karena dia mulai kegerahan. Cuaca di luar memang dingin, tapi jika sudah berada berlama-lama di dalam rusun tanpa kipas angin, hawa panasnya merasuk secara perlahan tapi pasti. Apalagi ketika tatapan Xander diam-diam tertuju pada paha Mischa yang sedikit mengintip dari balik daster mininya. Berkali-kali dirinya menelan salivanya sendiri, menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dadanya. Xander mengendurkan dasi yang mencekik lehernya serta membuka dua kancing teratas kemeja abu-abunya tepat saat Mischa tiba-tiba saja menguap.
Malam semakin larut, hawa dingin semakin menggigit. Seorang wanita dengan wajahnya yang sembab terlihat turun dari sebuah mobil mewah dan beranjak masuk ke dalam apartemen. Bukan apartemen miliknya, melainkan apartemen milik sang mantan yang kini menjadi sahabatnya. Wanita itu berjalan sedikit sempoyongan. Tubuhnya ling lung dan seperti kehilangan pijakan saat malam ini dia harus menerima kenyataan pahit atas kandasnya hubungan yang telah dia jalani selama bertahun-tahun dengan seorang laki-laki kejam bernama Alexander Gavin Malik. Sesampainya di tempat tujuan, wanita itu memencel bel apartemen beberapa kali sampai akhirnya pintu apartemen itu pun terbuka. Seorang lelaki berpakaian piyama tidur terlihat menyambut kedatangannya. "Kamu benar-benar terlihat hancur, Mendy, masuklah..." ajak Aldrian pada Mendy yang hanya diam dan mematung dihadapannya. Tapi, Aldrian sempat melihat lelehan
Mischa dan Xander baru saja memesan menu sarapan mereka di kantin sekolah Arsen dan hendak melahapnya, ketika tiba-tiba seorang laki-laki berpakaian kantor datang menyapa Xander dari arah belakang. "Pak Xanderkah?" ucap sang lelaki berjas hitam itu. Kepala Xander otomatis mendongak. "Oh, Pak Reymond Syailendra?" terka Xander seraya berdiri dan menyambut jabatan tangan Reymond. Dia adalah salah satu rekan bisnis Xander. Pemilik perusahaan elektronik, Syailendra. "Apa kabar, Pak?" "Baik-baik, mari Pak silahkan bergabung, kebetulan saya dan hmm," Xander menggantung kalimatnya sejenak dan menoleh sekilas ke arah Mischa sebelum akhirnya dia melanjutkan kalimatnya. "Calon istri saya sedang sarapan, sambil menunggu anak kami sekolah," Mischa langsung tersedak sementara ke dua bola mata Reymond membulat tak percaya. Calon istri? Pertanyaan itu hadi
Bel tanda berakhirnya jam pelajaran di sekolah berbunyi. Para orang tua murid terlihat berkumpul di depan pintu ruang kelas untuk menunggu kepulangan buah hati mereka masing-masing. Seperti halnya yang dilakukan Mischa dan Xander kala itu. Arsen berhambur keluar kelas dengan wajah sedikit muram. Keningnya yang terluka tertempel plester bergambar aneka hewan. "Keningmu masih sakit, sayang? Kenapa cemberut begitu?" tanya Mischa menyambut kepulangan Arsen. "Arsen kesel sama Nayna! Anaknya nakal, Mah," adu Arsen dengan tatapan jengkel yang tertuju pada seorang bocah perempuan di ujung jalan. Bocah perempuan bernama Nayna yang menjadi teman baru di kelasnya. Mischa dan Xander hanya saling melempar pandang, hingga setelahnya Xander membungkuk dan membisiki Arsen sesuatu. Bocah kecil itu tertawa geli saat merasakan bibir sang Papah menempel di telinganya.
"Xander..."sapa Diana kala itu. Wanita paruh baya berblazer putih itu berdiri mematung tepat dihadapan putra sulungnya. Seperti sebuah mimpi. Ketika Xander dan Diana saling bersitatap satu sama lain. Ada sesuatu yang bergemuruh hebat di dada kedua insan manusia itu. Diana dengan perasaan bersalahnya yang terasa menjadi berlipat ganda saat dia menyadari betapa tampannya sang putra yang selama ini dia telantarkan. Xander tumbuh menjadi sosok laki-laki yang sangat sempurna. Sementara Xander sendiri tak tahu harus berbuat apa. Melihat kedatangan sang Ibu yang begitu tiba-tiba dihadapannya. Ibu yang telah membuangnya dan tak pernah mengakui dirinya sebagai seorang anak. Ingin rasanya dia pergi dan menghilang detik ini juga, sayangnya seluruh tubuh Xander justru terasa seperti membeku. Sulit digerakkan. Dan lelaki itu jadi bertambah tak percaya ketika Diana justru terus me