Setelah lima tahun menjalin kasih, hubungan Rayna dan Gama, akhirnya kandas di tengah jalan. Orang tua Gama yang tidak menyukai Rayna. Memilih menjodohkan putranya itu dengan seorang wanita cantik, yang tidak lain adalah kakak kandung dari Rayna. Gama yang patuh dan tunduk kepada orang tuanya pun, memilih pergi meninggalkan Rayna dan menikahi wanita pilihan keluarganya. Bagaimana hati Rayna, setelah tahu kalau kekasihnya menikahi kakak kandungnya sendiri?
View More"Apa! Putus!" teriak Rayna, siang itu di sebuah kafe langganannya.
"Iya," sahut Gama berusaha tenang.
"Kamu bercanda, kan," ucap Rayna lagi, masih belum percaya dengan apa yang barusan di ungkapkan oleh kekasihnya itu.
Gama memilih diam sejenak. Dia seperti sedang berpikir dan mematangkan keputusannya, untuk berpisah dengan kekasihnya itu. Sesekali dia mengusap kasar wajahnya karena bimbang. Setelah lebih dari sepuluh menit terdiam tanpa kata. Gama kembali mendongak, menatap dalam kedua mata Rayna.
"Aku serius, Na. Aku ingin kita putus!" tegas Gama, yang membuat hati Rayna seketika hancur berkeping-keping.
Wanita cantik itu, memilih pergi meninggalkan kekasihnya yang masih terdiam di meja kafe. Air mata yang sejak tadi tertahan, kini mulai mengalir deras membasahi kedua pipinya. Langkahnya begitu lelah, menyusuri teriknya matahari yang menyengat kulitnya hingga terasa nyeri di dalam hatinya.
"Lima tahun tanpa arti," lirih Rayna yang saat ini sudah roboh di bahu jalan.
"Rayna!" panggil Gama, yang masih sulit untuk melepaskan.
Panggilan Gama yang terus terdengar di telinganya membuat hati Rayna, bertambah sakit. Segera, wanita cantik itu berdiri dan berlari menjauh dari tempat itu. Sebuah taksi di berhentikan oleh Rayna, untuk membawanya kembali pulang ke rumah.
Beberapa menit kemudian, sampailah taksi yang membawa Rayna di halaman rumahnya. Segera wanita itu berlari dan berhambur ke dalam pelukan kakaknya, yang kebetulan saat ini sedang berdiri di depan pintu. Keduanya hanyut dalam suasana yang menyakitkan ini. Isak tangis Rayna, menambah pilu hati seorang Risa, yang merupakan kakak kandungnya.
"Aku tidak menyangka, akan berakhir seperti ini, Kak. Padahal bulan depan, Rayna berniat ingin memperkenalkan dia kepada keluarga kita. Jahat banget dia," celoteh Rayna, membuat Risa semakin erat memeluk adiknya.
"Sabar, Na. Sabar. Kakak yakin, kamu akan mendapatkan seorang pengganti yang lebih baik dari dia!" tegas Risa, sambil mengusap lembut, punggung adiknya.
"Rayna sudah muak dengan cinta. Rayna tidak percaya lagi dengan laki-laki!" teriak Rayna.
Suara kakak beradik itu, terdengar keras hingga kedapur, yang membuat ibu panik dan berlari keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, di depan sana.
"Rayna, kenapa teriak-teriak gitu! Malu didengar tetangga, Nak!" gertak ibunya, yang terkejut dengan suara gaduh kedua putrinya.
"Rayna, Bu. Dia sedang patah hati," sambung Risa dengan senyum manis menyungging di bibirnya.
"Memangnya kamu sudah punya pacar? Kok nggak pernah di kenalin sama kita?" tanya ibu penasaran.
"Ibu!" teriak Rayna lagi, sambil menghapus air matanya.
"Ternyata, anak Ibu sudah dewasa. Kenapa kamu tidak mau memperkenalkan pacarmu itu kepada kita? Setidaknya, Ayah dan Ibu bisa mengenalnya lebih dekat?" tanya Ibu lagi, membuat Rayna semakin sedih.
"Kenapa Rayna, tidak mau memperkenalkan dia kepada kalian. Karena Rayna punya alasan sendiri, Bu. Lihat, Kak Risa. Dia usianya jauh lebih tua dariku, tapi belum membawa calon suaminya ke hadapan Ayah dan Ibu. Jadi, terlihat lancang bagi Rayna, kalau sampai mendahului, Kakak," jelas wanita cantik itu.
Seketika, Risa langsung memeluk adiknya itu. Keduanya terlihat sangat hangat dan kompak. Tidak pernah ada pertengkaran diantara mereka berdua. Sebuah hubungan keluarga yang begitu harmonis, hingga membuat iri teman-temannya.
"Terimakasih, adikku. Kamu selalu menjaga perasaanku," ucap Risa dengan senyum manisnya.
"Ingat, Ris. Nanti malam kamu akan bertemu dengan anak dari teman ayahmu. Dandan yang cantik," ucap Ibu sambil menepuk pundak putri sulungnya.
"Hah, Kakak mau di lamar? Serius?" tanya Rayna dengan wajah meledek.
"Kamu apaan, sih. Hanya di kenalkan, Na," sahut Risa sedikit malu.
"Wah, semoga anak teman Ayah itu, menyukaimu, Kak. Tapi, kalau menurut Rayna, sih ... pria itu akan kelepek-klepek melihat kecantikan kakakku yang mirip bidadari ini," sambung Rayna, sambil terkekeh.
"Bukannya tadi kamu bersedih, kok jadi cengengesan gini," sindir Risa.
"Lupakan dulu," ketus Rayna.
Kedua wanita cantik dan manis itu saling terkekeh dan berpelukan kembali. Untuk sejenak Rayna bisa melupakan sakit hatinya karena Gama. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Risa sudah bersiap untuk pergi ke acara makan malam diluar, bersama ayah dan ibunya.
"Loh, kamu kok belum siap-siap, Na?" tanya Risa yang melihat adiknya itu masih berantakan.
"Malas, kalian aja yang pergi. Semoga acaranya sukses," sahut Rayna sambil mencium pipi kakaknya.
"Beneran, kamu nggak mau ikut? Jangan sampai kepo nanti," ledek Risa.
"Akhh ... aku nggak bakalan kepo. Palingan calon kakak iparku nanti berkacamata dan pendiam. Nggak seru, mirip Kakak," ketus Rayna, membuat Risa ingin mencubit lebih kedua pipi adiknya.
"Ya sudah, kita berangkat dulu, ya. Baik-baik di rumah. Awas, jangan gantung diri, hanya karena laki-laki kurang ajar itu," bisik Risa, membuat kesal Rayna.
"Pergi, nggak!!" teriak Rayna yang sudah membawa sandal untuk dilempar pada kakaknya.
"Rayna," lirih ibu dengan senyum ramahnya.
"Awas kalau pulang, nggak dibungkusin!" teriak Rayna lagi yang di acungi jempol terbalik oleh Risa.
Suasana di dalam rumah kembali sunyi. Rayna yang tadinya sedikit lupa akan masalahnya bersama Gama, kini kembali mengusik pikirannya lagi. Karena bosan dan kesal, wanita cantik itu pun memilih pergi menuju kamarnya untuk menenangkan diri.
"Apa kurangnya aku, sih?" batin Rayna sambil menatap wajahnya pada kaca cermin yang ada di hadapannya.
"Hah, dasar pria! Ternyata sama aja! Masa bodoh dengan cinta! Semua itu semu dan palsu!" gerutu Rayna sambil membanting parfum ke lantai.
Sekali lagi, air mata yang masih terbendung, kini mulai meluap membasahi sudut matanya.
"Gama," lirih Rayna, sambil menatap layar ponsel miliknya.
****
Mobil keluarga Risa telah sampai di restoran. Mereka langsung berjalan masuk ke dalam rumah makan yang telah di pesan oleh teman ayahnya itu. Terlihat seorang pemuda tampan, sedang duduk manis mengamati kedatangan Risa, menuju mejanya.
"Selamat malam, Pak Wira!" sapa Ajun, ayah dari Gama kepada ayah Risa.
"Selamat malam juga, Pak Ajun. Maaf kami sedikit telat, maklum jalanan ibu kota sangat macet," sambung Wira.
"Oh, tidak apa-apa, Pak Wira. Kami juga baru saja sampai. Oh ya, perkenalkan. Ini putra kami, Pragama Susena." jawab Ajun memperkenalkan Gama pada keluarga Wira.
"Salam kenal juga, Nak Gama. Perkenalkan, dia Risa ayustiana. Putri sulung kami," balas Wira memperkenalkan Risa pada Gama dan keluarganya.
Mereka saling terkekeh dan bertegur sapa. Jantung Gama, tiba-tiba berdetak begitu cepat, saat mendengar nama belakang Risa yang sama seperti nama belakang Rayna. Sesekali Gama mengusap kasar wajahnya dan panik.
"Kamu kenapa, Gama? Kok terlihat sangat gelisah? Salah tingkah, ya ..." ledek Ajun kada putranya.
"Ayah," lirih Gama berubah malu.
Ibu Gama juga terlihat sangat senang, dengan keluarga Risa. Wanita paruh baya itu, kini yakin ingin menjodohkan putranya dengan Risa.
"Nak Risa, sekarang sibuk kerja di mana?" tanya ibu dari Gama.
"Oh, saya sedang sibuk di butik, Tante. Kebetulan, saya punya toko butik sendiri," sahut Risa dengan senyum manisnya.
"Aduh, kalian sepertinya sangat cocok, ya. Satunya di butik. Satunya lagi, menjadi dosen. Sama-sama berkarir," sambung Nada, ibu dari Gama.
Mereka semua langsung terkekeh bahagia, mendengar pujian dari wanita paruh baya itu. Tiba-tiba ponsel milik Gama bergetar. Panggilan dari Rayna terpajang jelas di layar ponsel milik pria tampan itu.
"Kok, nggak diangkat?" tanya Nada.
"Nggak penting, Bu," sahut Gama dengan senyum aneh di wajahnya.
"Jangan-jangan, pacar kamu yang telepon," timpal Risa, membuat Gama tersedak.
"Pelan-pelan, Gama," ketus Nada, sambil mengusap lembut pundak putranya.
"Nih, tisu," ucap Risa, menyodorkan sebuah tisu untuk Gama, untuk membersihkan sisa makanan di mulutnya.
"Terimakasih," sahut Gama.
Pria tampan itu, mulai tertarik pada wanita cantik yang saat ini duduk depannya. Wajahnya yang tegas dan keibuan, membuat Gama sedikit tersipu.
Kini ganti ponsel milik Risa bergetar. Panggilan dari adiknya, membuat wanita cantik itu tersenyum.
"Siapa?"
Siapa sangaka, Rayna juga tengah hamil anak dari Gama. Benar-benar bagai bom waktu yang siap meledak. Tangis Rayna benar-benar pecah pagi itu, dia tidak menyangka akan menjadi semakin runyam. Dia tidak ingin keluarganya tahu akan kehamilannya, sehingga dia berniat untuk menggugurkan kandungannya. Bagaimanapun juga, dia tidak mau rumah tangga kakaknya bersama mantan kekasihnya itu hancur hanya gara-gara kehamilannya. Di tengah kepedihan yang dialami Rayna, tiba-tiba ibu datang dan masuk ke dalam kamar putri bungsunya itu kemudian bertanya apa yang membuat putrinya itu nampak sedih. Rayna terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi, Rayna ingin sekali bercerita semuanya kepada ibu, namun dia juga takut akan kehancuran yang mungkin akan terjadi jika kebenaran ini terungkap. Bagaimana mungkin dia menceritakan bahwa dirinya hamil anak dari suami kakaknya sendiri? "Kenapa, nak? Ada masalah apa?" tanya ibu, suaranya penuh kekhawatiran. Hati Rayna semakin teriris mendengar kepedulian
Ayah dan ibu bahagia mendengar Risa akhirnya mengandung cucu mereka. Dengan senang, ibu langsung menghampiri Risa dan memeluknya hangat. "Kamu pengen makan apa, Risa? Ibu akan siapkan semua keinginanmu, Nak. Jaga kesehatan kamu. Ingat, jangan cepek-cepek. Ibu nggak mau terjadi sesuatu pada kamu dan calon cucuku," ucap ibu sambil mengusap lembut perut Risa yang masih rata. "Rayna? Kenapa kamu diam saja di sana? Lihat, kamu mau punya ponakan nih," ucap ibu yang mengagetkan lamunan Rayna. Segera wanita cantik itu datang menghampiri kakaknya dan memeluknya ringan. "Selamat ya, Kak." lirih Rayna yang ditanggapi bahagia oleh Risa. "Bentar lagi, ada teman bertengkar kamu," imbuh Risa yang membuat semua terkekeh. "Rayna capek. Mau istirahat," ucapan dari Rayna yang tiba-tiba itu, membuat semua tercengang bingung. "Ada apa dengan tuh, anak?" gumam Risa yang ditanggapi gelengan kepala oleh ibu dan lainnya. "Palingan lagi badmood dengan Sena," sahut Risa yang membuat lainnya mengerutkan keni
Diam-diam, Risa mulai menyusun strategi. Walau hatinya mengatakan tidak mungkin, tapi entah kenapa firasatnya jauh lebih kuat. Melihat suaminya berada di kamar mandi, wanita cantik itu pun berjalan menghampiri ponsel milik Gama yang kebetulan tergeletak di atas tempat tidurnya. Dengan hati-hati, Risa mulai meraih benda pipih itu dan mengeceknya. "Hah, tumben dikunci? Biasanya tidak?" gumam Risa semakin cemas. Tidak lama, keluarlah Gama dari kamar mandi, buru-buru Risa mengembalikan ponsel milik suaminya itu ke tempat semula. "Hari ini kamu mau makan apa, Mas?" tanya Risa mencoba bersikap biasa seperti hari-hari sebelumnya. "Bagaimana kalau kita makan di luar. Setelah menikah, kita belum pernah makan di luar bedua," jawab Gama sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Ayuk," jawab Risa penuh bahagia. Segera wanita cantik itu berdandan secantik mungkin untuk pergi makan di luar bersama sang suami. Rasa khawatir dan cemas yang barusan hinggap di pikirannya, seketika lenyap begitu
"Mendingan Kakak pulang aja dulu. Soalnya, Rayna mau ada penting." ucap Rayna yang membuat Risa semakin bingung. Sesekali dia menengok ke arah apartemen yang ada di belakang Rayna. "Baiklah, aku pulang aja kalau gitu. Kirain mas Gama ada di sini. Ternyata kamu dan mantanmu yang tinggal," ucap Risa sedikit aneh. Setelah Risa pergi mengendarai mobilnya, Rayna akhirnya bisa bernafas lega. "Untung saja," gumamnya. Sejenak, Rayna mulai berpikir. "Apakah yang kulakukan ini sudah benar. Oh ... kelihatannya, aku harus segera mengakhiri semua hubungan ini. Aku nggak mau melukai hati kak Risa dan keluarga. Aku tidak mau membuat kecewa orang-orang yang aku sayangi. Mendingan sekarang aku bicara dengan Gama, dan meminta mengakhiri hubungan terlarang ini," gumamnya dalam hati. Terdengar suara Gama tengah memanggil nama Rayna yang saat ini masih berada di luar apartemen. Dengan langkah pasti, Rayna menghampiri mantan kekasihnya itu. "Ngapain kamu di luar?" tanya Gama yang merasa kesal, karena Ra
Gama melihat keadaan di dalam apartemen begitu sunyi, membuat pria tampan itu panik dan khawatir akan keadaan Rayana. Di tengah kepanikannya itu, keluarlah Rayna dari dalam kamar mandi. "Kamu bikin jantungan orang aja! Kenapa tidak menyahut panggilanku?" tanya Gama masih terlihat kacau. Seketika Rayna terkekeh geli melihat wajah panik kekasihnya itu. "Bukannya kamu sudah senang-senang dengan Kak Risa? Terus ngapain kamu masih sok cemas begitu?" tanya Rayna dengan tatapan sinis. "Apa maksud mu, Ray?" tanya Gama terlihat lesu. "Semalam aku menghubungimu berulang kali. Tapi kamu tidak menanggapinya sama sekali? Kemana? Ngapain aja? Atau sudah mulai cinta dengan kak Risa?" tanya Rayna yang membuat Gama semakin bingung untuk menjawab. "Jangan begitu, Ray. Aku dan Risa sudah suami istri. Jadi wajar kalau __""Kalau apa?" tanya Rayna memotong pembicaraan Gama. Gama tidak bisa menjawab. Dia hanya terdiam tanpa kata karena kesalahannya sendiri. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Di
Risa pun mengambil dompet yang saat ini ada foto seseorang. "Maaf, aku tidak tau kalau dompetnya terjatuh," ucap Gama yang langsung mengambil dompet tersebut dari tangan istrinya. Risa hanya bisa tersenyum kecut dan mengangguk. Dalam hatinya begitu penasaran dengan foto yang barusan di lihatnya. Di tengah kebingungannya, Risa terkejut saat suaminya memanggil. Gama mencari baju tidur yang biasa dia pakai. "Ya ampun, Mas. Aku lupa belum mencucinya. Kamu bisa pakai yang lain dulu. Memangnya, kenapa sih dengan baju itu? Perasaan, kamu dan Rayna memiliki kesukaan yang sama," sahut Risa sambil mencarikan pakaian tidur untuk suaminya. "Sama? Sama bagaimana maksudnya?" tanya Gama sedikit terkejut. "Iya, dia sangat suka karakter lucu seperti kamu. Lihat tuh, pakaian tidur aja kalian sama," jawab Risa sambil terkekeh. "Oh," sahut Gama sedikit canggung. Setelah Gama mengenakan baju tidur, Risa kembali merapat ke pelukan Gama yang gagah. Saat itu, Gama sedang bersiap untuk tidur setelah s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments