Masa bodoh dengan siapa pemilik hotel yang ia tinggali selama di Bern, karena Kiara yakin, Lily hanya menakut-nakutinya, tidak mungkin ia akan diusir sementara ia adalah tamu disini, toh juga sangat tidak mungkin seluruh karyawan hotel mengenalinya sebagai wanita yang melempar bos besarnya dengan sepatu.
"Kiara, jangan lupa! Besok pukul delapan aku akan menjemputmu, besok pemotretan terakhir. Indoor! Jangan membuat masalah ok! Seratus dolar untuk satu menit pertama! BERLAKU KELIPATAN!"
Kiara membaca pesan Lily yang tidak pernah bosan mengingatkan. Terlebih saat Lily selalu nenyematkan hukuman yang harus ia bayar saat ia membuat sahabat baiknya itu menunggu. Tentu suasana hati kiara rasanya membaik saat menatap bangunan-bangunan tua dengan cahaya lampu di malam hari setelah kegiatanya selama seharian penuh, ia pun masih melihat orang-orang yang berlalu lalang di sekitar hotel dan ia berusaha mengabadikan pemandangan kota Bern di malam hari di sosial medianya. Entah mengapa tatapannya berubah gelisah saat ia menemukan sisa momen pertunangan Nathan di sosial medianya, terlebih saat Nathan malam itu terlihat begitu serasi berdampingan dengan Vivian.
Ya, jauh didalam hati kecilnya ia mengakui semua itu tapi tidak dengan egonya, ia tak ingin mengakui bahwa mereka serasi. Perasaanya tertinggal di New York dan ia merasakan hal itu. Untuk pertama kalinya ia merindukan keluarga di tengah-tengah kesibukanya, seketika itu ia teringat juga tentang perbincangan terakhir di meja makan sebelum berangkat ke Swiss, tentang Vivian dan Nathan yang akan tinggal bersama selama satu pekan ini.
"Mengapa aku harus memikirkan hal seperti ini?” keluhnya.
Kiara memutuskan untuk menghibur dirinya sendiri malam itu, sengaja ia tak mengatakan apapun pada Lilly yang mungkin akan mengikutinya kemanapun ia pergi karena ia ingin sendiri. Sebuah hoodie yang cukup besar berhasil menutupi tubuhnya yang kurus, menunjukkan kaki jenjangnya dan berjalan dengan slipers dan penutup kepala agar tidak ada yang mengenali.
Sebuah kolam indoor di lantai dua, ia pilih menjadi tempatnya menyendiri sembari membawa sebotol air mineral dari kamarnya. Menyisiri pinggiran kolam renang menuju tempat dimana deretan lounger berada dan berderet rapi. Tempat yang cukup sepi yang mungkin bisa menenangkan hati dan pikiranya. Hingga sebuah tangan mencengkram pundaknya erat, membuat Kiara membatu menghentikan langkahnya.
"Entschuldigen Sie bitte, dieser Platz ist für Besucher ab acht Uhr abends nicht gestattet." (Maaf, tempat ini tidak diperbolehkan untuk pengunjung mulai jam delapan malam).
"Sorry, i don't speak german sir-"
Kiara menoleh dan betapa terkejutnya ia saat mendapati sosok pria tegap bertelanjang dada berdiri tepat di belakangnya, bertubuh dan berambut basah yang ia ingat betul beberapa hari lalu menerima lemparan
sepatunya saat di bar.
“Kiara Lee.” Pria itu mengangkat satu alisnya tertarik.
Kellan yang mendapati pertemuan itu terasa konyol berakhir menyeringai saat melihat Kiara yang berjalan mundur nenjauh darinya.
“Kau mengikutiku?"
"Aku?" Pria itu mendadak bersikap angkuh dan mulai berkacak pinggang. "Hanya karena kita bertemu di sini lantas kau mengatakan bahwa aku mengikutimu?"
"Lalu apa yang orang sepertimu lakukan di sini jika tidak mengikutiku?"
“Sepertiku?”
Kellan tersenyum angkuh dan itu cukup membuat Kiara sadar bahwa pertanyaannya sangat bodoh, untuk apa ia bertanya tentang apa yang seorang pemilik hotel lakukan di hotel miliknya.
“Bukan begitu maksudku, i mean di Swiss!”
"Aku tidak ingin mengatakanya, tapi aku memiliki urusan penting di sini dan itu jauh lebih penting dari hanya sekedar mengikutimu, Miss Lee.”
Kiara melipat kedua tangannya di dada menantang. “Really? Aku dengar dari Lilly kau yang merekomendasikan tempat ini, apakah ini sebuah kebetulan?” ucap Kiara sarkas namun tak mengurangi sedikitpun keangkuhan di wajah Kellan.
“Kau menyukainya? It’s free, semua orang suka gratis.”
Untuk kali itu Kiara merasa tidak punya harga diri, tidak dengan ia yang melempar pria itu dengan sepatunya beberapa waktu lalu, dan beberapa hari kemudian ia menginap di hotel Kellan secara gratis. Andai saja Lilly tidak menerima tawaran Kellan.
“Terserah, aku sedang tidak ingin berdebat.”
Kiara berlalu namun lagi-lagi Kellan menahanya untuk menarik Kiara mendekat padanya, begitu dekat sehingga ia bisa berasakan sedikit basah di tubuhnya karena badan basah Kellan.
"Aku belum melupakanya"
"Apa?"
“Tidak usah pura-pura lupa, kau tentu masih ingat bagaimana sepatumu itu melukai harga diriku.”
"Kau tersinggung? Me neither, dengan uang sialanmu itu!"
Kellan menarik setengah garis senyumnya, berjalan mengintimidasi sekaligus menggiring langkah kaki Kiara yang terus bergerak mundur ke arah bibir kolam.
"Tentu aku tidak melupakanya."
"Lalu apa maumu?" ucap Kiara panik, saat ia berusaha menghentikan Kellan yang masih mencengkeram tangan dan mendorongnya dengan tubuh besar Kellan namun tidak bisa.
"I need your apology"
"My apology?" Kellan tersenyum sembari menganguk. "Ok, but can you just step back?"
"Why?"
“Apa kau buta sampai-sampai harus bertanya? Jangan membuatku harus berenang di kolam ini—Aaaakkk!”
Kellan mendorong tubuh Kiara menjauh dan secepat kilat juga ia meraih kedua tangan gadis itu yang bisa saja jatuh saat Kellan terlambat menangkapnya. Kiara menjerit, sedikit panik, namun ia berusaha tetap tenang dihadapan pria itu yang masih mengenggam pergelangan tanganya erat.
"Are you crazy!!! This is not funny!"
“Semua selesai saat kau meminta maaf.”
"Ok! Sorry! Can you just—”
Kellan melepaskan genggaman tanganya begitu saja sebelum Kiara menyelesaikan kata-katanya.
Tersenyum puas sementara membiarkan gadis kurus itu terjatuh ke dalam air dan berbalik meninggalkan Kiara yang sesekali tampak muncul ke permukaan dengan panik sebelum kembali masuk ke dalam air berkali-kali. Suara percikan air, dan bagaimana wanita itu memukul-mukul air membuat Kelln tersenyum puas, sangat puas bahkan saat ia berjalan meninggalkan tempat itu sembari mengenakan jubah handuk miliknya.
Samar—samar dan perlahan hening saat ia benar-benar akan pergi meninggalkan ruangan itu, ia tak lagi mendengar suara Kiara atau suara air yang membuat Kellan ingin memastikan sekali lagi ke arah kolam. Dengan tenang kedua matanya mulai mencari, bukankah seharusnya wanita itu berteriak padanya, atau jika Kiara berhasil naik ke permukaan wanita itu akan mengejar dan mengumpat padanya. Tapi tidak ada sama sekali, tidak terlihat tanda-tanda bahwa wanita itu mumcul ke permukaan, sehingga perlahan Kellan mulai merasa khawatir. Ia berlari mendekat ke bibir kolam, melihat dari tempat ia melepaskn Kiara dan menyadari Kiara berada di dalam sana.
"Damn it!"
Segera ia melompat kedalam kolam menghampiri Kiara yang tampak tak sadarkan diri menuju ke permukaan. Ia menyadari bahawa ia melakukan kesalahan besar dan keterlaluan saat menatap wajah pucat Kiara di dalam air. Tak ingin mengulur waktu Kellan memeluknya dan membawa tubuh kurus itu ke permukaan dan tepi kolam. Membaringkan tubuh Kiara sementara dan berusaha membangunkan wanita itu yang tak juga sadarkan diri.
“Kiara! Kiara Lee!” Suara Kellan menggema seisi ruangan kosong yang hanya berisikan mereka.
Panik, ia membantu Kiara bernafas dengan memberikan tekanan pada dada Kiara dan juga bantuan pernafasan melalui bibir berkali-kali karena rasa takut yang bekecamuk saat menatap kondisi Kiara.
"Kiara please please please! Kiara!" Kellan panik sementara ia terus berusaha membantu Kiara kembali benafas. "Come on Kiara, breath!"
Saat ketiga kalinya Kellan mencoba memberikan bantuan pernapasan, Kiara mulai terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Kellan memiringkan tubuh Kiara agar wanita itu mampu bernafas, sementara Kiara terus terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Kellan merasa lega, terduduk di samping Kiara yang terlihat begitu lemas begitu juga dirinya, seandainya ia tidak berbalik dan tidak berhasil menyelamatkan Kiara, ia akan kehilangan wanita itu karena kejahilannya.
******
Berita pagi hari itu membuat Kiara panik dan segera menghubungi Lily, meskipun mungkin tak ada satupun penduduk Amerika Serikat yang tahu bahkan mengenali siapa sosok di balik foto yang disamarkan selain dirinya sendiri dan tentu Kellan. "WHAAAT!?""It was me Lilly, ME!"Kiara menggigit kuku jarinya dan berjaan mondar-mandir saat menghubungi Lilly."Kau tahu sendiri kan, tidak hanya kita berdua ada kau dan yang lainnya, he just drove us with his fucking Rolls Royce to the airport.""Ya, tapi masalahnya adalah tetap itu kau dan Kellan. Orang tidak peduli jika ada aku.""Lily? Bagaimana ini?""Ini akan menjadi bencana besar jika wajahmu dan Kellan terekspos. Kau bisa bayangkan berapa banyak pembencimu akan bertambah jika gosipmu dan Kellan mencuat? Beruntung wajahmu tidak terlihat.""Aku tidak mau tahu, kau harus mengurusnya! Aku berjanji akan menambahkan setengah gajimu jika kau berhasil menghentikan berita ini dan aku akan mengurangi setengah gajimu jika kau gagal!""Bagaimana bisa b
“Kau yakin, Vivian?”“Ya, kau harus memastikan bahwa Kiara baik-baik saja. Aku bisa berangkat sendiri dan kau bisa menjaga Kiara.”Samar-samar percakapan antara Nathan dan Vivian itu Kiara dengar saat ia mulai membuka kedua matanya. Ia tak betul-betul ingat tentang kejadian semalam, karena samar ia seperti bermimpi melihat Nathan di sisinya."Lagi pula kita akan bertemu di California bukan? Kita bisa menghabiskan banyak waktu di sana.”Entah itu sebuah kabar baik atau buruk, Kiara seperti merasakan keduanya. Senang karena pada akhirnya seorang Vivian Wang akan meninggalkan New York, buruk karena sepertinya dua insan yang sedang dibutakan cinta itu membuat janji untuk bertemu di tempat lain.Kiara terbangun dan meminum satu gelas air yang tentu sudah Nathan siapkan di nakas. Meneguknya habis, karena ia merasa haus dan kelaparan. Namun rasa penasaran Kiara lebih besar, ia ingin mendengar lebih banyak lagi tentang percakapan dua orang yang mengganggu pikiran Kiara sejak tadi. Benar saja,
Alasan terpintar sampai dengan terbodoh yang Kiara pikirkan pada akhirnya hanya membuat Kiara memilih cara terbodoh dengan mengunjungi tempat tinggal Nathan sesampainya ia di New York. Terlebih saat ia harus memelas di hadapan kakak laki-laki yang saat ini masih memandangnya bingung.Kiara berbaring di tempat tidur Nathan, masih dengan pakaian hangatnya dan juga selimut yang menutupi tubuhnya rapat."Saat Lily bilang kalian akan kembali setelah pemotretan selesai, aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini.""Semuanya berjalan dengan cepat dan lancar,” ucap Kiara sedikit panik. “Aku juga sudah menerima perawatan sebelum pemotretan.”“Then, why you were here? Tidak beristirahat di apartemen-mu.”“Karena … Lilly! Ya, Lilly! She’s busy with her job, so … she can’t take care of me.”“Oh! if that so, you can stay here.”Hati Kiara merasa tenang, ia tak perlu beralasan lagi karena Nathan percaya, terlebih ia merasa sedikit lega karena berhasil menghancurkan momen malam terakhir Nathan dan V
Sebuah makan malam yang telah Nathan siapkan terasa begitu spesial untuk wanita yang kini menyandang status sebagai tunangan Nathan Lee. Vivian tahu bahwa Nathan telah menyiapkan banyak hal ditengah kesibukannya sebagai seorang Dokter bedah, menyiapkan kejutan manis sebelum keduanya berpisah dalam waktu yang cukup lama, nyatanya semua itu sangat menyentuh hati vivian.Sengaja Nathan menata meja makan dengan bunga-bunga hidup kesukaan Vivian dan juga lilin yang kini menjadi sumber cahaya yang menyinari wajah keduanya yang duduk berhadapan. Bersyukur Manhattan tak pernah kehilangan cahaya di malam hari dan semua itu menjadi pendamping manis saat keduanya memutuskan meredupkan lampu ruang makan dan membuka jendela.Keduanya tertawa bersama, meneceritakan banyak hali-hal lucu bahkan tentang pekerjaan mereka. Saling menatap kagum dan menyimpan tatapan hangat sembari menyesap champangne bersama."Sekarang giliranmu, aku ingin tahu lebih banyak tentang keluargamu, Nath.""Kau sudah mengenal
“Ya, aku sudah menemukannya dalam keadaan demam tinggi— entah apa yang dia lakukan saat diam-diam menyelinap meninggalkan kamar hotelnya—“ Lilly melirik sekilas Kiara yang bersembunyi di balik selimut."Ya, kami akan kembali setelah pemotretan, kita tidak bisa membatalkan pemotretan begitu saja— ok, aku akan mengabarimu lagi nanti.”Lilly melempar dengan kesal ponselnya ke ranjang Kellan, tempat di mana Kiara tak menunjukkan batang hidungnya. "Kita harus ke rumah sakit sebentar sebelum pemotretanmu, kau harus mendapatkan perawatan sebelum pemotretan sore nanti."“Aku sudah meminta petugas hotel untuk memanggil seorang dokter dan perawat untuk datang ke sini.”“Seriously, what the hell is going on last night?” tanya Lilly frustrasi saat melihat Kellan muncul dari kamar mandi dengan setelan jas rapi sembari merapikan dasi. “Hanya bermain.” Kellan mengedipkan satu matanya pada Kiara yang memutar kedua bola matanya jengah.“Did you?” Lilly bertanya curiga saat menyadari Kiara mengenakan
"I'm ok!”Lirih suara itu tak mampu membuat Kellan percaya, Kiara yang kini sedang menyandarkan kepalanya lemah pun masih kesulitan bernapas dalam gendongan Kellan. Kellan acuh dan tak mendengarkan sepatah katapun yang keluar dari bibir Kiara karena ia merasa bersalah."Turunkan aku!”“Kita harus ke rumah sakit.”“I’m ok.”“Aku akan meminta petugas hotel memanggil dokter dan memeriksa keadaanmu.”Kiara memejamkan kedua matanya karena kedua matanya yang terasa pedas, bersandar kepada pria yang hampir membuatnya mati sekaligus menyelamatkannya. Kiara tak lagi memiliki banyak kekuatan bahkan untuk berjalan kembali ke kamarnya, ia hampir saja mati beberapa menit yang lalu dan ia masih kehilangan sebagian jiwanya yang hilang di kolam.Ting!Pintu lift terbuka, Kellan berusaha tetap bersikap cool meskipun beberapa orang yang memasuki lift kini menatapnya heran. Bagaimana tidak, di saat semua tamu hotel berpakaian rapi, hanya Kiara dan Kellan yang tampak berantakan dengan tubuh dan pakaian b