Beranda / Romansa / PARAMOUR / Bagian 5 : Swiming pool

Share

Bagian 5 : Swiming pool

Penulis: bieunnie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-20 18:23:19

Masa bodoh dengan siapa pemilik hotel yang ia tinggali selama di Bern, karena Kiara yakin, Lily hanya menakut-nakutinya, tidak mungkin ia akan diusir sementara ia adalah tamu disini, toh juga sangat tidak mungkin seluruh karyawan hotel mengenalinya sebagai wanita yang melempar bos besarnya dengan sepatu.

"Kiara, jangan lupa! Besok pukul delapan aku akan menjemputmu, besok pemotretan terakhir. Indoor! Jangan membuat masalah ok! Seratus dolar untuk satu menit pertama! BERLAKU KELIPATAN!"

Kiara membaca pesan Lily yang tidak pernah bosan mengingatkan. Terlebih saat Lily selalu nenyematkan hukuman yang harus ia bayar saat ia membuat sahabat baiknya itu menunggu. Tentu suasana hati kiara rasanya membaik saat menatap bangunan-bangunan tua dengan cahaya lampu di malam hari setelah kegiatanya selama seharian penuh, ia pun masih melihat orang-orang yang berlalu lalang di sekitar hotel dan ia berusaha mengabadikan pemandangan kota Bern di malam hari di sosial medianya. Entah mengapa tatapannya berubah gelisah saat ia menemukan sisa momen pertunangan Nathan di sosial medianya, terlebih saat Nathan malam itu terlihat begitu serasi berdampingan dengan Vivian.

Ya, jauh didalam hati kecilnya ia mengakui semua itu tapi tidak dengan egonya, ia tak ingin mengakui bahwa mereka serasi. Perasaanya tertinggal di New York dan ia merasakan hal itu. Untuk pertama kalinya ia merindukan keluarga di tengah-tengah kesibukanya, seketika itu ia teringat juga tentang perbincangan terakhir di meja makan sebelum berangkat ke Swiss, tentang Vivian dan Nathan yang akan tinggal bersama selama satu pekan ini.

"Mengapa aku harus memikirkan hal seperti ini?” keluhnya.

Kiara memutuskan untuk menghibur dirinya sendiri malam itu, sengaja ia tak mengatakan apapun pada Lilly yang mungkin akan mengikutinya kemanapun ia pergi karena ia ingin sendiri. Sebuah hoodie yang cukup besar berhasil menutupi tubuhnya yang kurus, menunjukkan kaki jenjangnya dan berjalan dengan slipers dan penutup kepala agar tidak ada yang mengenali.

Sebuah kolam indoor di lantai dua, ia pilih menjadi tempatnya menyendiri sembari membawa sebotol air mineral dari kamarnya. Menyisiri pinggiran kolam renang menuju tempat dimana deretan lounger berada dan berderet rapi. Tempat yang cukup sepi yang mungkin bisa menenangkan hati dan pikiranya. Hingga sebuah tangan mencengkram pundaknya erat, membuat Kiara membatu menghentikan langkahnya.

"Entschuldigen Sie bitte, dieser Platz ist für Besucher ab acht Uhr abends nicht gestattet." (Maaf, tempat ini tidak diperbolehkan untuk pengunjung mulai jam delapan malam).

"Sorry, i don't speak german sir-"

Kiara menoleh dan betapa terkejutnya ia saat mendapati sosok pria tegap bertelanjang dada berdiri tepat di belakangnya, bertubuh dan berambut basah yang ia ingat betul beberapa hari lalu menerima lemparan

sepatunya saat di bar.

“Kiara Lee.” Pria itu mengangkat satu alisnya tertarik.

Kellan yang mendapati pertemuan itu terasa konyol berakhir menyeringai saat melihat Kiara yang berjalan mundur nenjauh darinya.

“Kau mengikutiku?"

"Aku?" Pria itu mendadak bersikap angkuh dan mulai berkacak pinggang. "Hanya karena kita bertemu di sini lantas kau mengatakan bahwa aku mengikutimu?"

"Lalu apa yang orang sepertimu lakukan di sini jika tidak mengikutiku?"

“Sepertiku?”

Kellan tersenyum angkuh dan itu cukup membuat Kiara sadar bahwa pertanyaannya sangat bodoh, untuk apa ia bertanya tentang apa yang seorang pemilik hotel lakukan di hotel miliknya.

“Bukan begitu maksudku, i mean di Swiss!”

"Aku tidak ingin mengatakanya, tapi aku memiliki urusan penting di sini dan itu jauh lebih penting dari hanya sekedar mengikutimu, Miss Lee.”

Kiara melipat kedua tangannya di dada menantang. “Really? Aku dengar dari Lilly kau yang merekomendasikan tempat ini, apakah ini sebuah kebetulan?” ucap Kiara sarkas namun tak mengurangi sedikitpun keangkuhan di wajah Kellan.

“Kau menyukainya? It’s free, semua orang suka gratis.”

Untuk kali itu Kiara merasa tidak punya harga diri, tidak dengan ia yang melempar pria itu dengan sepatunya beberapa waktu lalu, dan beberapa hari kemudian ia menginap di hotel Kellan secara gratis. Andai saja Lilly tidak menerima tawaran Kellan.

“Terserah, aku sedang tidak ingin berdebat.”

Kiara berlalu namun lagi-lagi Kellan menahanya untuk menarik Kiara mendekat padanya, begitu dekat sehingga ia bisa berasakan sedikit basah di tubuhnya karena badan basah Kellan.

"Aku belum melupakanya"

"Apa?"

“Tidak usah pura-pura lupa, kau tentu masih ingat bagaimana sepatumu itu melukai harga diriku.”

"Kau tersinggung? Me neither, dengan uang sialanmu itu!"

Kellan menarik setengah garis senyumnya, berjalan mengintimidasi sekaligus menggiring langkah kaki Kiara yang terus bergerak mundur ke arah bibir kolam.

"Tentu aku tidak melupakanya."

"Lalu apa maumu?" ucap Kiara panik, saat ia berusaha menghentikan Kellan yang masih mencengkeram tangan dan mendorongnya dengan tubuh besar Kellan namun tidak bisa.

"I need your apology"

"My apology?" Kellan tersenyum sembari menganguk. "Ok, but can you just step back?"

"Why?"

“Apa kau buta sampai-sampai harus bertanya? Jangan membuatku harus berenang di kolam ini—Aaaakkk!”

Kellan mendorong tubuh Kiara menjauh dan secepat kilat juga ia meraih kedua tangan gadis itu yang bisa saja jatuh saat Kellan terlambat menangkapnya. Kiara menjerit, sedikit panik, namun ia berusaha tetap tenang dihadapan pria itu yang masih mengenggam pergelangan tanganya erat.

"Are you crazy!!! This is not funny!"

“Semua selesai saat kau meminta maaf.”

"Ok! Sorry! Can you just—”

Kellan melepaskan genggaman tanganya begitu saja sebelum Kiara menyelesaikan kata-katanya.

Tersenyum puas sementara membiarkan gadis kurus itu terjatuh ke dalam air dan berbalik meninggalkan Kiara yang sesekali tampak muncul ke permukaan dengan panik sebelum kembali masuk ke dalam air berkali-kali. Suara percikan air, dan bagaimana wanita itu memukul-mukul air membuat Kelln tersenyum puas, sangat puas bahkan saat ia berjalan meninggalkan tempat itu sembari mengenakan jubah handuk miliknya.

Samar—samar dan perlahan hening saat ia benar-benar akan pergi meninggalkan ruangan itu, ia tak lagi mendengar suara Kiara atau suara air yang membuat Kellan ingin memastikan sekali lagi ke arah kolam. Dengan tenang kedua matanya mulai mencari, bukankah seharusnya wanita itu berteriak padanya, atau jika Kiara berhasil naik ke permukaan wanita itu akan mengejar dan mengumpat padanya. Tapi tidak ada sama sekali, tidak terlihat tanda-tanda bahwa wanita itu mumcul ke permukaan, sehingga perlahan Kellan mulai merasa khawatir. Ia berlari mendekat ke bibir kolam, melihat dari tempat ia melepaskn Kiara dan menyadari Kiara berada di dalam sana.

"Damn it!"

Segera ia melompat kedalam kolam menghampiri Kiara yang tampak tak sadarkan diri menuju ke permukaan. Ia menyadari bahawa ia melakukan kesalahan besar dan keterlaluan saat menatap wajah pucat Kiara di dalam air. Tak ingin mengulur waktu Kellan memeluknya dan membawa tubuh kurus itu ke permukaan dan tepi kolam. Membaringkan tubuh Kiara sementara dan berusaha membangunkan wanita itu yang tak juga sadarkan diri.

“Kiara! Kiara Lee!” Suara Kellan menggema seisi ruangan kosong yang hanya berisikan mereka.

Panik, ia membantu Kiara bernafas dengan memberikan tekanan pada dada Kiara dan juga bantuan pernafasan melalui bibir berkali-kali karena rasa takut yang bekecamuk saat menatap kondisi Kiara.

"Kiara please please please! Kiara!" Kellan panik sementara ia terus berusaha membantu Kiara kembali benafas. "Come on Kiara, breath!"

Saat ketiga kalinya Kellan mencoba memberikan bantuan pernapasan, Kiara mulai terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Kellan memiringkan tubuh Kiara agar wanita itu mampu bernafas, sementara Kiara terus terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Kellan merasa lega, terduduk di samping Kiara yang terlihat begitu lemas begitu juga dirinya, seandainya ia tidak berbalik dan tidak berhasil menyelamatkan Kiara, ia akan kehilangan wanita itu karena kejahilannya.

******

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PARAMOUR   Chapter 20 : We're Dating

    Kiara tertidur melintang mengisi kedua sisi tempat tidur dengan kepalanya yang menggantung di sisi ranjang. Ia terbangun saat ia merasa seseorang seperti sedang menendang tempat tidurnya cukup keras. Ia membuka kedua matanya malas, meliat kedua kaki dengan celana bahan berwarna abu-abu tepat di hadapannya sebelum suara tak asing menyadarkannya begitu saja.“Morning, sleepy head! I Though you're dead."Kiara terduduk kaget di ranjang saat menyadari senyuman dan tatapan jahil Kellan.“How was your sleep?”“This isn’t my room.”“True, this is my room. Again! Kau berakhir di kamarku setelah tidak sadarkan diri.”“Me? Tentu bukan aku kan yang berjalan sendiri ke sini?"“Absolutely. Jangan bilang lupa dengan apa yang terjadi semalam?”Kiara mencoba mengingat, namun yang ia ingat hanya ia pergi berpesta dan ia bersama Nathan. Ia bahkan tidak ingat bahwa ia melihat Kellan.“Wait! Aku pergi ke acara after party bersama Nathan. Then why did I end up with you? You’re not even there.”“Kau lupa?”

  • PARAMOUR   Chapter 19 : Apology

    Ting tung ting tung ting tungSatu ikat bunga peony memenuhi tangan Nathan yang kini sedang menunggu dengan gusar di depan pintu. Kegelisahan seperti memenuhi pikirannya tak kala Vivian yang biasanya begitu cepat membukakan pintu, kini harus membuatnya menunggu. Semua karena rasa bersalahnya, ia mengakui kesalahannya dan ia ingin menyelesaikan semuanya. Sekali lagi Nathan menekan bel yang membuat sosok di balik pintu itu membuka pintunya dengan senyuman kecut."Kau belum tidur?"Vivian lagi-lagi tersenyum seraya menggeleng. Senyum yang bahkan bisa Nathan artikan dengan baik."Aku tidak bisa tidur, masuklah," tutur Vivian yang berusaha bersikap sewajarnya seolah ia tak marah dan baik-baik saja. "Apa ini bunga Peonyku?"Anggukan Nathan membuat Vivian menunduk memeluk bunga miliknya, menatap bunga yang ia yakini sudah pria itu siapkan sejak tadi karena bunga yang terlihat sedikit layu."Kurasa tidak ada toko bunga yang buka selarut ini.""Aku sudah membelinya tadi siang, aku berencana dat

  • PARAMOUR   Bagian 18 : Drunk

    Suara musik berdentum begitu keras di telinga Nathan, ia tidak pernah tahu jika acara after party akan dikemas dengan cara seperti ini, cukup liar. After party yang lebih terlihat seperti sebuah pesta club malam dimana semua orang berpesta dan bersenang-senang seolah hanya hidup hanya untuk hari itu saja. Nathan menolak segala macam minuman karena kedua matanya terus menatap Kiara yang terlihat menikmati pesta, menari di lantai dansa bersama dengan para model pria dan wanita sembari membawa segelas minuman. Beberapa orang berpesta di kolam dengan bikini bahkan tak jarang ada beberapa orang yang sedang bermesraan sembari menghisap rokok bergantian. Suasana yang tidak nyaman bagi seorang Jonathan Carringtoon Lee yang merasa semua itu bukan dunianya. Dunianya terlalu tenang dibandingkan keadaan malam itu.Beberapa wanita terlihat mendekati Nathan karena memang pria itu begitu tampan dan menarik perhatian. Namun mentah-mentah Nathan menolak dan meminta para wanita yang mendekatinya untuk p

  • PARAMOUR   Bagian 17 : Let the Show Begin

    Degup jantung yang memburu membuat Vivian merasa panik karena gugup, udara yang mendadak terasa dingin membuat tubuhnya juga ikut terasa kaku. Berusaha mengatasi rasa gugupnya ia berjalan kesana-kemari untuk mengurangi semua ketegangan meskipun riasan telah menghiasi wajah sempurna Vivian malam itu, sangat cantik meskipun ia tak dapat tersenyum merasakan malam itu yang tak sesuai dengan harapan. Sesekali ia menatap deretan kursi penonton dari balik tirai, memastikan bahwa tempat yang ia pesan telah terisi dan tak lagi kosong."Get ready in ten minute!"Kedua jari-jari Vivian saling bertaut dan ia mulai terpejam untuk memohon banyak hal, hanya sepuluh menit yang terasa begitu cepat berlalu karena Nathan tak kunjung datang."Please please please Nathan please." Vivian terus berharap bahwa Nathan akan datang di menit-menit terakhir sebelum pertunjukannya dimulai."In five minute!"Vivian membuka kedua matanya dan kembali nenatap kursi kosong yang tak juga terisi oleh pemiliknya. Vivian m

  • PARAMOUR   Bagian 16 : I Need Your Help

    De Young Museum, adalah tempat yang paling Nathan ingin kunjungi selama di San Francisco, tujuannya adalah untuk menghadiri pameran koleksi graphic art Anderson dan membeli sebuah lukisan karya Umbereto Boccioni yang nantinya akan ia letakan di ruang makan. Ia berkeliling dan melihat satu per satu karya seni yang saat itu dipamerkan hingga hatinya tertarik kepada satu karya yang ia rasa mampu bersinergi dengan ruang makannya. Kepuasan tergambar di wajah tampan yang selalu tersenyum dengan kedua mata yang berbinar, ia jatuh cinta, jatuh cinta kepada sebuah karya seni yang membuatnya terbang ribuan mil hanya untuk menjemputnya dan membawanya pulang.Kegiatanya hari itu berakhir saat ia sudah membeli lukisan yang ia inginkan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi museum yang berdiri sejak tahun 1894 itu sembari menunggu jadwal selanjutnya yaitu menonton pertunjukkan Vivian. Banyak hal yang ia kagumi selama mengelilingi museum yang luas itu, bagaimana bagunannya yang terkesan un

  • PARAMOUR   Bagian 15 : Let Me Know

    Makan malam yang memuaskan itu berakhir membuat Vivian kekenyangan karena masakan Nathan yang sangat enak, berkali-kali Vivian memuji calon suaminya yang sangat lihai di dapur dan membuat makanan enak. Kini keduanya memutuskan untuk menikmati malam bersama di apartemen Vivian yang sengaja ayah Vivian beli untuk Vivian yang tinggal di San Fransisco.Dua gelas berkaki panjang berisi wine menjadi pendamping kedua orang yang sedang duduk di ruang santai sembari menatap langit malam dari jendela yang terbuka lebar. Mengobrol sembari bersandar di sofa berwarna biru muda yang nyaman dan cukup luas. Nathan yang tiba-tiba meletakan gelas wine-nya dan beranjak kembali dengan satu kotak obat yang membuat Vivian merasa tersentuh. Pria itu duduk di samping Vivian sebelum akhirnya merain kedua kaki Vivian untuk ia letakan di pangkuannya.“Aku tidak sengaja melihatnya.”Vivian hanya bisa tersenyum senang menerima perlakuan manis Nathan.“Terlihat sangat menyakitkan. Kau tidak melapisinya dengan toe p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status