Anisa terhenyak mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Christ. Rasanya ia sangat muak dengan perintah itu hingga ia ingin sekali mendorong Pak Christ lalu ia berlari keluar. Akan tetapi, apakah ia mampu melakukan hal itu sementara ia sendiri tidak bisa melakukannya lantaran terjerat dengan kuasa laki-laki tersebut? Anisa masih butuh Pak Christ karena itulah jalan satu-satunya ia harus rela menjadi budak pria tersebut meski Anisa sangat merasa muak melakukan hal itu.Suara Pak Christ yang merasa puas dengan apa yang dilakukan oleh Anisa pada kelelakiannya membuat bilik toilet itu terasa memuakkan bagi Anisa. Apalagi, tangan Pak Christ juga menekan kepalanya hingga ia sampai ingin muntah ketika baru beberapa saat ia menservis milik pria itu dengan mulutnya, Pak Christ sudah mengeluarkan cairan kenikmatannya sampai seluruh cairan itu memenuhi rongga mulut Anisa.Ketika Anisa ingin menarik diri agar ia bisa mengeluarkan kejantanan Pak Christ dari mulutnya, Pak Christ mencegah hal itu den
"Cukup, Nisa!" bentak Hasnah dengan nada suara tertahan seolah sangat khawatir ibu mereka mendengar suaranya hingga sang ibu menjadi terpukul melihat keadaan Anisa yang sekarang apalagi jika perempuan itu mengetahui pula ada cairan yang tidak biasa menempel pada pakaian Anisa, tentu saja itu membuat sang ibu pasti shock dan bisa-bisa ibunya itu jatuh sakit dan Hasnah tidak mau itu terjadi.Sementara itu, Anisa yang dibentak demikian oleh Hasnah tertawa getir lalu ia segera mendorong tubuh Hasnah hingga Hasnah tersungkur di lantai kamarnya sendiri setelah itu ia bergegas keluar dari kamar itu tanpa bisa dicegah lagi oleh Hasnah.Hasnah hanya bisa mengusap wajahnya perlahan, sambil mengucapkan istighfar ketika sadar ia tidak bisa membuat Anisa sadar bahwa apa yang sudah dilakukannya adalah sebuah kesalahan yang besar."Bagas itu pria seperti apa, apakah dia meladeni Anisa sampai Anisa semakin menggila kayak gitu?" gumam Hasnah sambil memutar otak, bagaimana caranya ia bisa bertemu denga
"Ada apa ini?"Dari dalam, terdengar suara Berlina, mertua Clara yang sejak tadi di kamar sekarang keluar karena ingin melihat siapa yang datang.Hasnah bangkit berdiri ketika melihat Berlina dan ia menyalami Berlina sambil mengatakan dirinya siapa. Ketika Hasnah mengatakan bahwa ia adalah saudara angkat Anisa, wajah Berlina yang tadi terlihat tidak senang karena ia menyangka Hasnah adalah teman Clara, kini berubah menjadi semringah. "Clara! Kenapa tidak dibuatkan minum? Saudara angkatnya Anisa, ya? Masya Allah, religius juga, senangnya melihat keluarga kalian yang semua paham bagaimana menutup aurat dengan baik."Berlina langsung bicara demikian, hingga Clara merasa, perempuan yang jadi mertuanya itu begitu perhatian pada Hasnah karena mengetahui Hasnah saudara angkatnya Anisa.Namun, Hasnah yang paham situasi menolak tawaran Berlina untuk sekedar dijamu minuman, karena niatnya datang ke rumah Clara bukan untuk beramah tamah tapi untuk meminta bantuan agar Bagas dan Anisa tidak sema
"Hasnah, aku berterima kasih atas kepedulian kamu untuk membuat pernikahan antara aku dan Bagas baik-baik saja, terima kasih, ya. Semoga setelah ini, Anisa juga mau mengerti dan bisa menghargai pernikahan orang lain, karena aku yakin kamu adalah perempuan yang sangat paham bahwa merusak pernikahan orang itu sangat tidak baik."Dengan nada suara perlahan, Clara mengucapkan kalimat tersebut pada Hasnah dan Hasnah semakin yakin, Clara adalah perempuan yang baik yang tidak seharusnya dikhianati. Sepertinya, yang bermasalah itu memang Bagas, dia tidak bersyukur sudah memiliki perempuan sebaik Clara ini, aku mau melihat, setelah ini apakah ada perubahan, untuk hari ini, mungkin sampai di sini dulu.Hati Hasnah bicara demikian sambil menanggapi apa yang dikatakan oleh Clara dengan singkat karena ingin bicara banyak pun, ia tidak bisa lantaran Bagas masih mengawasi mereka seperti ada yang dikhawatirkan lelaki itu sekarang.Alhasil, Hasnah pamit setelah sekali lagi meminta maaf pada Bagas dan
"Ma, jangan seperti ini, aku tidak pernah mencuci otak Bagas, keputusan itu dia sendiri yang memutuskannya, enggak ada campur tangan dari aku sama sekali, aku enggak pernah mengatakan bahwa-""Tidak perlu banyak alasan kamu! Aku benar-benar benci sama kamu, Clara! Aku benar-benar menyesal sudah memberikan restuku untuk kamu menikah dengan Bagas, aku menyesal!!"Bella berusaha untuk menahan ibunya yang histeris ingin memukul dan menjambak rambut Clara. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk berlalu dari hadapan ibu mertuanya daripada ia harus bertengkar dengan perempuan tersebut karena Anisa.Clara berhasil masuk ke dalam kamar dengan wajah yang terlihat suram. Bagas menatapnya dengan tatapan mata ingin tahu mengapa sang istri berwajah seperti itu sekarang."Ibu kamu enggak terima dengan apa yang sudah kamu putuskan, Gas."Sebelum Bagas bicara, Clara sudah lebih dulu mengucapkan kalimat tersebut dan Bagas menarik napas panjang mendengar hal itu."Terima tidak terima, dia tetap harus
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Sean, Clara sebenarnya sedikit terkejut, hingga ia terdiam sejenak dan itu membuat Sean merasa ada yang salah dari isi pertanyaannya tadi pada Clara."Maaf, kalau pertanyaanku tadi mungkin membuat kamu merasa tidak enak hati, tidak apa-apa, tidak perlu dibahas."Sean buru-buru menambahkan, khawatir semakin membuat Clara jadi terpojok. "Kamu kenal Anisa? Atau kita pernah membahas ini tapi aku lupa? Heeem, lupakan pertanyaan tadi, yang ingin aku tahu, kenapa kamu kayak tau banget tentang Anisa? Nina banyak cerita soal dia sama kamu?"Clara akhirnya melontarkan pertanyaan, dan Sean menghela napas mendengarnya. Ditatapnya Clara untuk sesaat, sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Clara yang sekiranya harus ia jawab."Aku tidak kenal dengan Anisa, tapi...."Sean menggantung ucapannya, seolah ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Clara. Namun, karena Clara terlanjur penasaran, Clara meminta Sean untuk meneruskan saja ucapannya yang haru
"Oh, jadi kau mengira, aku menekan suamimu? Dengar, Clara, suamimu itu melakukan apa saja untuk membuat perusahaannya bangkit kembali, jadi salah besar jika kau percaya bahwa aku dan Anisa itu menekan suamimu, yang benar adalah, suamimu sudah melakukan perjanjian dengan Anisa, dan setelah semua terealisasi, suamimu tidak menepati janjinya pada Anisa!"Penuturan Pak Christ semakin membuat Clara jadi penasaran, hingga perempuan itu semakin tercambuk ingin mengorek informasi tentang seberapa jauh Anisa dan Bagas melakukan hal di belakangnya dengan dalih atas nama kerja sama."Perjanjian apa yang Bapak maksud?" tanya Clara seraya menahan napas karena sekarang Pak Christ sudah berada sangat dekat dengan dirinya."Kenapa kau tidak menanyakan masalah itu langsung pada suamimu? Dia tidak mau bercerita?" tanya Pak Christ dengan wajah yang masih sangat menyebalkan menurut Clara. "Dia hanya bilang, Anisa membantunya itu saja.""Oh, tentu saja pria yang sedang selingkuh tidak akan berani mengata
Sean menarik kembali jemari tangannya yang sempat terulur hingga kemudian untuk sesaat ia terpaksa hanya diam karena tidak tahu apa yang akan ia lakukan untuk membuat Clara terhibur.Yang bisa dilakukannya hanya memberikan sapu tangan pada Clara dan dengan tangan gemetar, Clara menerima sapu tangan itu sambil mengusap sudut matanya dengan punggung tangannya.Clara berusaha untuk menghentikan tangisannya, karena ia sadar tidak seharusnya ia menangis di hadapan orang lain yang notabene tidak tahu detail permasalahannya. "Maaf," katanya pada Sean, hingga Sean menghela napas mendengar permintaan maaf itu diucapkan oleh Clara."Kamu tidak apa-apa?" tanya Sean mengulang kembali pertanyaan yang tadi tidak dijawab oleh Clara."Entahlah. Aku enggak tahu," jawab Clara dengan nada suara yang serak, pertanda ia sangat tidak baik-baik saja sekarang ini."Kamu bisa menuntut dia, Clara," ucap Sean dengan wajah yang terlihat sangat serius. "Menuntut Pak Christ?""Ya!""Masalahnya akan semakin panja
"Pi, kapan Papi pulang?" Sean tidak tahan untuk melontarkan pertanyaan, dan pertanyaan itu mampu membuat ayahnya dan Clara mengarahkan pandangan padanya."Oh, kamu sudah pulang? Darimana saja kamu?" tanya Pak Steven pada sang anak.Sean segera ikut bergabung dengan keduanya dengan duduk di dekat Clara yang saat itu terlihat tegang raut wajahnya."Aku sedang mengurus sesuatu, Pi.""Banyak wartawan di luar, ini karena kamu bertindak sembarangan, jika mereka menulis berita yang tidak-tidak, saham perusahaan kita akan anjlok, Sean!" ucap Pak Steven pada sang anak dengan raut wajah yang serius."Aku pastikan, mereka tidak akan melakukan hal itu, Pi.""Clara istri orang, kamu tidak bisa menyembunyikan dia terus menerus di sini."Pak Steven langsung bicara seperti itu dan Clara langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah tidak tahu akan bicara seperti apa menanggapi ucapan ayah Sean."Hanya sementara, Pi. Tidak lama. Sampai masalah dia selesai, itu saja.""Kamu bisa menyewakan tempat
"Aku mencintai Clara, Fauzi! Aku tidak akan pernah membiarkan dia dengan pria lain, titik!""Bagaimana dengan Clara terhadapmu? Dia dulu juga mencintaimu, dia pasti juga tidak mau kamu bersama dengan wanita lain, tapi nyatanya apa? Kamu sekarang poligami!""Diam! Kau ini temanku atau bukan? Aku itu minta dukungan, Fauzi, bukan ingin disudutkan!""Sudahlah. Tenangkan dirimu. Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Istrimu tidak kembali, bagaimana caranya kamu mengatasi itu semua?""Clara pasti dengan Sean! Aku yakin itu!""Tapi kamu ada buktinya tidak?""Bukti apa lagi? Jika Clara tidak bersama dengan Nina, pasti dia dengan Sean, hanya pria itu yang selalu ikut campur masalahku dengan Clara, karena dia menyukai Clara!""Bagas. Jika kamu memang curiga Sean ingin merusak hubunganmu dengan Clara, kau harus punya bukti, Sean anak Pak Steven, kalau Pak Steven tidak terima dengan apa yang kamu tuduhkan, maka dia bisa membuat mu berada dalam kesulitan sekejap mata."Bagas hanya bisa mengepalkan
"Aku datang menemui Anda di sini bukan ingin mengatakan istri Anda ada di mana, itu bukan urusanku, bukankah dia sudah pulang? Jika dia pergi lagi memangnya ada kaitannya dengan ku?" jawab Carli yang tahu tentang Sean yang mengantarkan Clara pulang tapi Clara melarikan diri lagi dari rumah karena Sean yang bercerita.Kalo emang Clara menjadi pelakor dalam pernikahan orang tua lu, gue kagak mungkin menyembunyikan Clara di rumah gue, Carli. Dia hanya korban, dan ini perlu diselidiki!Begitu kata Sean pada waktu itu saat Carli melancarkan aksi protes padanya, mengapa Sean mau menyembunyikan Clara di rumahnya padahal ada resiko besar jika wartawan tahu apa yang sudah dilakukannya.Karena tahu kepribadian Sean seperti apa, Carli percaya, Sean tidak mungkin berbuat sembarangan jika tidak ada tujuan yang jelas dan benar itu sebabnya meskipun kesal dengan Clara yang dianggapnya sebagai selingkuhan ayahnya, Carli berusaha untuk menahan diri untuk tidak ikut campur dengan apa yang sudah diputu
"Mungkin kalian salah lihat, tidak ada perempuan di rumah ini kecuali para pelayan dan ibuku, sesekali ada tapi keluarga di Jakarta yang datang, selebihnya tidak ada, mungkin saat itu yang kalian lihat adalah sepupuku."Sean terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu ia menutup kaca mobilnya setelah itu segera memberikan isyarat pada para wartawan itu untuk menyingkir karena gerbang rumahnya sudah terbuka.Meski para wartawan itu tidak puas dengan jawaban Sean, tapi mereka terpaksa membiarkan mobil Sean masuk ke dalam pekarangan rumah besar tersebut dan akhirnya setelah itu pintu gerbang ditutup.Mereka kembali tidak bisa melihat situasi di dalam dengan bebas padahal mereka penasaran dengan perempuan yang perawakannya mirip Clara itu di dalam sana. Sean segera masuk ke dalam dan bergegas menutup pintunya, tidak mau sedikitpun para wartawan itu tahu bahwa ia menyembunyikan Clara di dalam."Clara. Jangan keluar. Ada banyak wartawan di luar, mereka melihat kamu ent
"Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah
Sean segera mengusap wajahnya perlahan, tidak mau rasa perih itu membuat ia jadi hilang kendali dan merusak hubungan pertemanannya dengan Clara."Aku tahu. Kamu tenang saja. Yang penting sekarang, kamu sudah baikan, dan kamu harus mengusut ini sampai tuntas."Sean menanggapi beberapa menit setelahnya, usai ia mampu mengatasi perasaannya tentunya. Clara mengucapkan terima kasih. Pikirannya penuh sekarang. Meskipun ia menurut ketika Sean memintanya untuk makan, namun di hati, Clara benar-benar menyimpan amarah. Apakah benar, Anisa sedang berniat menjebak dirinya hingga ia hampir jatuh ke dalam pelukan Pak Christ?***"Darimana saja kamu?" Bagas langsung mengucapkan kalimat tersebut ketika melihat Clara pulang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman dipandang."Aku mau bicara dengan Anisa!" katanya tanpa menjawab pertanyaan Bagas dan berniat menerobos Bagas untuk masuk ke dalam rumah, tapi Bagas mencengkram erat salah satu tangannya hingga gerakan Clara terhenti seketika."Aku bertanya
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan