Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 49"Daripada buat beli mobil, seharusnya uang itu bisa buat nolong Agus dan juga Rani untuk membayar sebagian hutangnya. Kamu mau dicap sebagai saudara yang tidak bisa mengayomi adik sendiri. Apa kata orang? Kalian bahagia diatas penderitaan Agus dan juga Rani.""Lha, kenapa Arum yang mengurus hutang hutang mereka? Itu mah kesalahan pada mereka sendiri. Mereka harus bertanggung jawab dengan perbuatannya sendiri."Setelah Ibu mendengar ucapanku baru saja, dia segera masuk kedalam rumah. Sembari berucap pelan ketika melewati ku dan juga Mas Bayu."Ajari istrimu sopan santun, Yu!" titah wanita tua itu sembari mata melirik ke arahku.****Aku tengah duduk di kursi kasir. Menghitung pengeluaran hari ini yang lumayan besar. Hari ini memang banyak pengeluaran. Selain berbelanja untuk esok hari, ada juga pengeluaran untuk lima buah galon. Ditambah gas elpiji yang sekarang aku minta langsung pada agen yang mangantar.Dan juga beberapa kebutuhan dap
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 50"Assalamualaikum.""Waalaikumsalam," jawab lelaki yang bergelar suami itu."Ada apa, Mas?" Aku langsung bertanya pada intinya."Kamu cepet pulang ya, sekarang!""Lha kenapa?"" …."****Entah mengapa suara Mas Bayu yang ada di seberang telepon begitu khawatir. Apa yang sudah terjadi di rumah? Aku segera mematikan sambungan telepon. Berpikir sejenak, aku akan kembali pulang jika sudah menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu."Sit, kamu kumpulkan semua karyawan ke sini ya?" pintaku pada Siti. Dia terlihat mengangguk lantas meninggalkanku.Tidak butuh waktu lama, semua orang sudah berkumpul. Hanya kurang satu karyawan yang belum datang, Agus. Dia berjalan santai, padahal semua orang tengah menunggu ya. Astaga, laki-laki itu memang sengaja membuatku semakin tidak menyukainya."Ada apa sih, Mbak. Mesti kumpul segala. Kek nggak ada kerjaan aja?!" cicit Agus sembari menjatuhkan bokongnya di kursi."Uang yang yang di meja kasir hilang empat j
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 51Aku menghela nafas panjang. Setelah itu aku mengarahkan pandanganku ke arah Mas Bayu."Nggak perlu jadi seperti ini, kasihan Ibu. Beliau lagi sakit."Bibir Rani mencebik entah apa yang ada dipikiran mereka. Sebentar-sebentar mereka saling bertengkar. Dan sekarang mereka sudah kembali akur. "Kalian ini apa-apaan sih? Kerjaannya bertengkar terus. Ibu capek tahu, ibu pusing. Ibu sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. Kamu … ya kalian. Kalian harus pergi dari rumah ini.Duar Ibu menunjuk diantara kami, semua orang pun terkejut. Tidak terkecuali aku. *****"Ibu …." Mas Bayu nampak tidak percaya, Ibu mengusir kami. Ya, kami. Aku dan juga Mas Bayu. Padahal jika menelisik jauh ke belakang. Kami lah yang selalu merawat Ibu. Selalu ada di saat Ibu membutuhkan. Dan kemana Rani dan Agus saat beliau tengah dirawat di rumah sakit.Bukan karena tidak ikhlas melakukan semuanya. Namun, sudahlah. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kami."Bu, kami
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 52Tidak ada yang menanggapi. Aku dan juga Mas Bayu berlalu. Langkah kaki kita berhenti tepat di depan kamar Ibu. MAs Bayu mengetuk beberapa kali. Tidak ada sahutan dari dalam."Bu, kami pergi. Jaga diri ibu baik-baik." Mas Bayu berpamitan. Setelah cukup dirasa kaki kami pun kembali melangkah.Mas Bayu mengeluarkan motor matic miliknya. Lalu menaikan tas didepan lalu dia duduk sembari tangan memegang stang.Diikuti aku duduk di jok belakang. Membenarkan gamis panjang yang aku kenakan. Jangan sampai gamis ini mencelakai kami berdua di tengah jalan. Motor matic berwarna hitam itu melaju perlahan meninggalkan pekarangan. Terlihat Mas Bayu melirik ke arah sepion."Bagus deh, kalau ibumu sudah mengambil keputusan." Senyuman Rani terukir jelas di sana.****KrieetSuara pintu koridor warung di buka."Maaf, ya Sit. Kamu harus datang ke warung malam-malam begini." Siti terlihat mengangguk lalu mengulum senyum. Wanita itu mengusap lenganku lembut.
Pembalasan istri pelit uang sesungguhnyaBab 53"Syukur deh kalau begitu. Nanti Siti ke sini. Dia akan menemani kamu. Aku yang akan pergi ke rumah Ibu sendiri?""Kamu nggak papa, Mas mau kerumah ibu sendiri?" "Iya Nggak papa, tenang aja. Sudah siap sarapannya. Aku ambilkan ya?" Terlihat Mas Bayu masak nasi goreng ala kadarnya. Entah bagaimana rasanya melihat rupanya saja sepertinya tidak jauh lebih baik dari nasi putih biasanya.Kring … kringPonsel Mas Bayu terdengar berdering. Lantas dia mengusap layarnya. Ada nama Agus tertera di sana."Ngapain Agus telepon, Mas?" Mas Bayu hanya bisa menggeleng.****POV authorBayu segera mengangkat telepon dari Agus. Lelaki yang ada di seberang sana terdengar berbicara sesuatu."Mas, motor kamu aku pakai dulu ya?" Agus berbicara langsung pada intinya. Tidak ada belas kasihan tidak ada rasa sungkan. Tidak juga menanyakan apakah Kakaknya semalam bisa tidur nyenyak atau tidak. Agus justru menanyakan perihal motor."Tidak bisa, Gus. Motor itu mau Ma
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 54"Eh, ada Ibu. Kebetulan banget Bu." Agus tersenyum. Wanita tua itu lantas ikut duduk diantara mereka. "Ada yang pengen Agus bicarakan.""Bicara apa?" tanya Wati, jelas terlihat raut wajah wanita tua itu penasaran." ….""Kenapa harus begitu? Kenapa kamu tidak usaha sendiri Agus?!" Wajah Wati mendadak berubah seketika menjadi merah padam. Kepalanya berdenyut tak karuan. Mendengar permintaan anak sulungnya itu yang dirasa kelewat keterlaluan.*****"Ayolah, Bu. Lagian rumah ini juga nantinya jatuh ke tangan Agus kan?" Dengan penuh percaya diri Agus mengatakan itu."Iya, Bu. Nanti kalau usaha kami lancar, ibu juga ikut menikmatinya juga," sahut Rani. Membuat Wati menautkan kedua alisnya. Entah mengapa anak dan juga menantunya menginginkan rumah ini. Padahal Bayu sebagai anak tertua tidak pernah menyinggung soal rumah. Apalagi meminjam untuk digadai sebagai modal usaha. Tentu tidak ferguso.Bayu dan juga Arum menggunakan uang modal yang d
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 55Bagus itu, nggak papa. Yang penting mereka setuju.""Diminum dulu, Mak, Mbak," pinta Arum ketika minuman sudah ada di meja. "Mbak, kalau kita kelamaan libur nanti mempengaruhi nggak sama kerja sama kita? Tini takut jika mereka nggak mau lagi minta nasi bok sama kita." Benar apa yang dikatakan Tini, seharusnya Arum juga harus memperhatikan kepuasan pelanggan. Bukan hanya mementingkan diri sendiri."Bener apa kata karyawan mu, ini kalau memang belum ada uang. Kalian bisa ngontrak dulu.""Bener juga sih, Mak. Nanti aku bicarakan sama Mas Bayu.Tidak berapa lama Marni dan juga Ratih pulang ke rumah. Jam berdetak lebih cepat. Hingga tidak terasa sudah hampir magrib. Bayu baru saja tiba dia Warung. Namun, laki-laki itu masih membawa motornya. Apakah Bayu tidak berhasil menjual motornya? Atau justru dia malah membatalkan niatnya. Jika itu benar adanya. Kemana selama ini dia berada luar***Hari ini Arum memutuskan membuka warung. Meskipun d
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnya Bab 56Pikiran Arum menerawang jauh. Mengingat-ingat siapa lelaki itu. "Astagfirullahaladzim," gumam Arum. Dengan cepat ia langsung menghubungi Tini."Halo, Mbak. Kenapa? Mbak nggak inget lelaki itu yang sudah menaruh kecoa kedalam piringnya?""Iya, Tin. Mbak baru aja inget. Kamu awasi dia. Jangan sampai lengah. Jangan kamu biarkan dia bertindak mengacau lagi seperti tempo hari.""Baik Mbak." Arum segera memutus percakapan via telepon itu. Menghela napas perlahan lalu membuangnya. Ada perasaan lega dan juga was-was tentunya. Lega, karena Tini mengawasi. Was-was, jika pria itu akan kembali berulah. Cukup sudah kekacauan yang dilakukan pria aneh itu membuat warung milik Arum lumayan sepi. Jangan sampai warung menjadi bertambah sepi jika lengah mengawasi pria itu. KringTidak berapa lama ponsel milik Arum kembali berdering. Namun kali ini bukan dari Tini. Melainkan dari Bayu, suaminya."Halo, Assalamualaikum. Mas, ada apa?""Waalaikumsalam, ap