"Aku tidak bisa mengatakannya.""Aku tidak bermaksud ikut campur tapi..." Bora berhenti sebentar, dia mengambil nafas lalu melanjutkan. "George mengungkit sesuatu tentang Sreyxes saat Viola menghilang.""George?""Ya, dia bertanya apa aku diculik Sreyxes.""Kau tidak diculik. Pengikut Sreyxes tidak akan mengembalikan manusia yang diculik. Mungkin saja George asal bicara. Dia anak-anak, mudah membayangkan hal-hal aneh.""Apa maksud pengikut adalah..." Bora hampir tak bisa melanjutkan. Matanya juga tak mengejap."Benar. Gruffle dan para monster yang kusebutkan tadi adalah pengikut Syerxes. Kami yakin Sreyxes menyuruh pengikutnya berkeliaran, membuat kehancuran. Kau harus hati-hati."Terbayang cerita Phill, Bora mulai membayangkan hal-hal gila lainnya. "Malam itu Viola datang dengan keadaan lemah. Apa mungkin...""Bukan. Sesuatu yang lain. Yang pasti bukan Sreyxes."Bora terdiam, dia tidak bisa mempercayai kalimat Jeo. Benar-benar yakin kalau pengikut Syerxes ada campur tangan soal kehad
Ada banyak hal yang belum diketahui Bora. Sejatinya penyihir punya banyak kelebihan dan kekurangan yang belum terlihat. Satu dua penyihir muda kadang kala sulit mengontrol kekuatan mereka. Semua bisa membahayakan, seperti membakar gedung, merubah katak menjadi gajah, melayang bak balon dan membuat kegaduhan saat tanpa sengaja menyihir manusia agar beberapa anggota tubuhnya hilang. Seperti superhero yang baru mempunyai kekuatan, mereka tidak bisa mengontrolnya dengan leluasa saat merasa sakit atau terancam.Teriakan keras dari dalam kelas Ferro yang merupakan kelas logam berhasil mengalihkan perhatian Jeo dan Bora pada tanah berumput yang mengering. Jeo tanpa sadar pergi berjalan lebih dulu, susah payah Bora mengikuti. Saat mereka sampai, Flo sudah terbaring lemah di atas tumpukan logam yang menjulang sepuluh meter dari tanah. Air mengalir dari atas, cukup deras.Jeo melompat naik, kaki-kakinya seperti peer. Mudah baginya sampai di bagian atas dalam hitungan detik. Bora menganga lebar,
Langkah kaki perlahan menjauh, Jeo menjauhkan telinganya dari pintu. Dia merenung sejenak. Sejak dua hari yang lalu jarang berpapasan dengan Mister Vrey karena Zyro yang satu itu sibuk. Tidak terpikir juga kalau akan didatangi langsung ke tempat rahasianya ini. Apa yang diinginkan Vrey? Apa ini soal Bora?Bulan semakin lama semakin turun, berganti menjadi matahari yang sudah menunggu-nunggu waktu keluar. Jeo keluar dari rumahnya lebih cepat dari biasanya. Dia berjalan menuju Bar dengan isi kepala yang tidak bisa tenang. Masih memikirkan tentang kedatangan Vrey di depan tempat rahasianya. Mereka bisa dikatakan tidak dekat dan tidak bermusuhan juga. Tapi satu hal yang Jeo tahu betul kalau Vrey membenci manusia. Saat melihat manusia memasuki Trevisia, Vrey akan langsung bertindak, mengusir paksa manusia tersebut atau yang lebih parah menyiksanya. Vrey tidak suka karena para manusia mudah sekali mendefinisikan penyihir sebagai manusia terkutuk.Zyro tersebut tidak pernah berpikir jauh, ka
Jeo segera mendongak, dia menggeleng. "Tidak, jangan menyerah. Kau baru memulai.""Kalau baru mulai saja sudah seperti ini, aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa nanti. Pokoknya aku tidak bisa." Bora kewalahan, pasti orang yang mengirimnya kemari merasa kecewa karena telah memilih orang yang salah. Dia harus minta maaf pada Frank.Terdiam agak lama. Jeo mengangguk paham, dia tidak punya pilihan lain, dia yang akan menyerah. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Kita tetap pergi ke Trevisia dan aku akan melakukan apapun demi mencegahmu bertemu Vrey. Aku akan melindungimu. Jadi, jangan menyerah pada sihir." Bora tidak mengerti, satu pertanyaan mengganjal pikirannya. "Kenapa?"Jeo mengerutkan keningnya. "Jangan bertanya kenapa. Aku melakukan ini demi dirimu.""Bukannya kau lebih suka aku menyerah? Dengan begitu, kau bisa bebas dariku lebih cepat."Jeo menggeleng. "Aku tidak pernah berharap begitu. Aku hanya tidak suka mendengar kata menyerah dari orang yang sejak awal punya tekad be
"Kenapa kau tega merebut tubuhnya! Kau telah merenggut kebahagiaan aslinya!" Nafas Bora tertahan, dia tidak pernah merasa setakut ini. Tapi kepalanya tidak bisa ia alihkan pada cermin, sekarang ia melihat sesuatu di balik pantulan di depan. Di belakang tubuhnya berdiri sosok yang mirip wajahnya tapi tersenyum bagai iblis. "Kembalikan!!!" Teriakan memekakkan telinga terdengar. "AAAA-"Brukkk! Bora jatuh terduduk. Dia melepas pandangan yang membuat suara-suara itu ikut hilang."Bora! Kau dengar aku? Sadarlah! Kau tidak papa?" Mrs Grestles panik, dia memegang kedua bahu Bora erat.Tahu kalau tidak akan dapat jawaban, Mrs Grestles memilih memberikan pelukan erat, menepuk-nepuk punggung Bora lembut. "Tidak papa. Kau tidak papa sekarang."Cermin besar ditutup sempurna dengan kain hitam panjang. Mrs Grestles memperhatikan Bora yang sekarang tengah menatap kosong meja. Pikiran gadis itu tidak bisa diam. Hatinya sibuk bertanya-tanya siapa gerangan yang begitu jahil mengganggunya, merebut? Haru
Semua penyihir berseru heboh, satu dua memegangi kepalanya, seperti baru mendapat berita paling eksklusif. Jeo memandang Bora, seperti berkata 'lihat? Ini yang akan terjadi kalau kau ikut.'"Wahh, kenapa baru bilang kalau sudah punya istri?" Penyihir muda dengan rambut kucir kuda menatap Jeo kecewa."Istri? Astaga." Jeo mengetuk meja beberapa kali, kelas langsung hening. "Dia kenalanku, bukan kekasih atau istri. Kami tidak ada apa-apanya. Berhenti memikirkan hal-hal aneh."Bora yang masih diam di tempat mengangguk setuju. Tapi tidak ada yang berbeda, seolah-olah apa yang dikatakan Jeo tidak berarti. Semua orang kembali sibuk bicara satu sama lain. Pria muda dengan jubah hitam berdiri. "Mister, aku tidak setuju Anda punya kekasih. Jad-""Fred. Dia bukan kekasihku. Kami ha-""Aku tidak percaya." Penyihir dengan rambut kucir kuda melipat tangan di dada. Kelas hening, sekarang semua memandang Jeo, minta penjelasan jujur. Bora masih diam di tempat, tidak punya ide harus bagaimana."Dan kau
"Penasaran tentang apa?""Aku sudah dengar semuanya." Vrey menaikkan sudut bibirnya."Lalu? Asal kau tahu, aku sudah katakan semuanya pada Mrs Dean. Aku tidak pernah membawa manusia." Jeo mengeratkan genggamannya. Bora meneguk liur berat, tidak henti-hentinya berharap agar tidak ada kejadian apapun malam ini."Aku tidak percaya." Vrey mencoba melihat keberadaan gadis di belakang Jeo yang sekarang tidak berani menunjukkan kepala."Kenapa? Kau butuh bukti?""Kalau begitu buktikan." Itu yang Vrey mau dengar. Dia tersenyum penuh kemenangan.Bora membelalak tidak percaya, Jeo bilang akan melindunginya."Besok. Dia sedang tidak enak badan." Jeo berusaha mengulur waktu. Dia tidak salah bicara, hanya ingin dianggap bicara jujur."Buktikan sekarang." Vrey memaksa."Dia akan pulih besok. Sekarang tidak bisa.""Apa katamu?" Vrey merasa kesal. "Kau pikir aku bodoh?""Kubilang besok. Aku tidak bisa membiarkannya pingsan." Jeo menyingkirkan lengan Vrey dan berjalan menjauh. Bora menoleh sedikit ke
Lima detik berlalu tanpa ada yang bicara. Akhirnya Phill bersuara. "Aku... hanya heran kenapa Viola belum pulang."Bora mendekat. "Dan kau mencariku sampai kemari? Kau tau kalau masuk tanpa ijin itu kejahatan kan? Kau tidak takut? Lalu bagaimana kau tau ada di sini? Kau membututiku? Sampai mana kau tau? Dari mana? Katakan? Kenapa diam saja?"Phill hampir tak berkedip dengan rentetan pertanyaan tanpa jeda tersebut. "Pelan-pelan bicaranya. Aku kebetulan tahu kau di sini.""Kebetulan? Kebetulan yang bagaimana? Kenapa tidak langsung jelaskan. Apa harus dipotong-potong begitu? Jelaskan, sejak kapan kau melihatku? Tadi malam? Kemarin malam? Atau..." Bora memicingkan matanya."Apa katamu? Kemarin malam? Kau juga pergi?"Sebelum Bora menjawabnya, Joe sudah menyela obrolan. "Aku yang mengundang Viola."Alis Phill terlipat sedangkan Bora hanya memasang tampang ragu, berpikir mungkin itu ide yang bagus atau mungkin saja tidak."Mengundang apa?"Jeo berusaha tetap tenang. "Berbincang santai, Viol