Share

BAHAGIA ITU SEDERHANA

BAB 4

BAHAGIA ITU SEDERHANA

[Calon ipar idaman nih!] Kembali status kakak iparnya menghiasi layar ponsel Kamila.

‘Calon ipar? Bukankah di keluarga mereka hanya dua bersaudara? Kalau calon ipar, apa mungkin ....’ Kamila tak berani melanjutkan dugaannya.

‘Tidak! Tidak mungkin Mas Adrian tega menghianati aku. Tapi ... bagaimana kalau itu memang benar?’ tanya Kamila dalam hati.

“Ibu!” seru Yasmin.

“Eh, iya sayang, ada apa?” tanya Kamila tergeragap.

“Aku mau main di sana. Ibu dari tadi aku panggil diam saja,” protes Yasmin.

“Iya, kamu lagi ngelamunin apa sih?” tanya Ibu Kamila.

“Gak kok, Bu, gak ada apa-apa. Yasmin mau main?” tanya Kamila mengalihkan pembicaraan. Spontan, gadis kecil itu pun menganggukkan kepalanya.

“Ayo kita kesana!” sahut Kamila. Dengan wajah penuh kegembiraan, Yasmin segera masuk ke area permainan. Sementara itu, Kamila dan ibunya menunggu di luar seraya mengamati gadis kecil itu dari kejauhan.

“Ada apa, Mil? Ibu perhatikan kamu dari tadi ngelamun terus!” tanya Saraswati pada putrinya. Kamila terdiam sejenak, lalu menghela nafas panjang.

“Bu, tabunganku kan sudha cukup banyak. Aku ingin membeli rumah untuk Yasmin,” ujar Kamila.

“Ide bagus itu. Memang sudah seharusnya seperti itu, dari pada hanya di rekening, lebih baik diinvestasikan. Kamu sudah bicara sama Adrian?” Kamila menggelengkan kepalanya lemah.

“Aku sudah lelah menghadapi sikapnya dia, Bu. Dari dulu hingga sekarang, dia tidak pernah berubah,” sahut Kamila.

“Lalu, apa rencanamu?”

“Untuk sementara, aku hanya ingin membeli rumah dan membangun usaha tanpa sepengetahuan Mas Adrian untuk jaga-jaga kalau terjadi sesuatu,” sahut Kamila. Tiba-tiba, ingatannya melayang pada status kakak iparnya mengenai calon iapr idaman tadi. Entah kenapa, dadanya terasa nyeri seketika.

“Kalau memang itu keputusanmu, Ibu tidak bisa menghalangi. Bagi Ibu yang terpenting adalah kebahagiaan kalian,” ujar Saraswati seraya menatap putrinya.

“Terima kasih atas pengertiannya, Bu!” ujar Kamila seraya memeluk ibunya dengan erat.

“Ibu hanya tidak ingin melihat kamu tersiksa, Mil. Jika pernikahan kalian sudah tidak sehat, untuk apa dipertahankan? Bukan ibu mendukung perceraian, hanya saja ... pikirkan juga perasaanmu dan juga Yasmin.”

“Itu juga yang aku pikirkan, Bu. Tapi, untuk saat ini, aku tidak punya alasan untuk menggugatnya, Bu. Aku akan cari kesempatan yang tepat,” sahut kamila.

“Oh ya, Bu, aku perlu bantuan ibu,” lanjut Kamila.

“Bantuan apa?”

“Mengenai rumah yang akan aku beli. Aku ingin membelinya atas nama ibu.”

“Kenapa gak atas nama kamu sendiri. Itu kan kamu beli dengan uangmu sendiri.”

“Aku tahu, Bu. Hanya saja aku takut kalau atas namaku, nantinya Mas Adrian bisa menuntut harta gono-gini. Aku tidak rela jika aset pribadiku jatuh ke tangannya,” sahut Kamila memberikan penjelasan. Saraswati pun menganggukan kepalanya mengerti.

“Baiklah, terserah kamu bagaimana baiknya saja.”

“Iya, bu. Kemarin aku sudah janjian sama penjualnya, nanti sore kami ada janji ketemu. Malam ini aku mau nginap di rumah ibu saja.”

“Apa tidak akan ada masalah nantinya?”

“Biar saja, bu, sekali-kali. Toh, saat ini mereka juga sedang liburan,” sahut Kamila santai. Mengingat kata liburan, Kamila menatap putrinya seketika. Gadis itu terlihat sangat bahagia bisa bermain di tempat tersebut. Tak ingin kehilangan momen, Kamila segera meraih ponselnya, lalu memotretnya. Bak tahu sedang difoto, Yasmin tampak bergaya di depan kamera. Setelah mendapatkan beberapa gambar yang bagus, Kamila pun mengunggahnya.

[Bahagiamu adalah tujuan hidupku] tulis Kamila sebagai caption.

Selang tak berapa lama kemudian, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

[Dapat uang dari mana kamu bisa bawa anakmu main ke tempat seperti itu?] Sebuah pesan masuk dari kakak iparnya. Sayangnya, Kamila tak mnegindahkannya. Dia tetap fokus memperhatikan putrinya yang tengah asyik bermain. Selang tak berapa lama kemudian, sebuah pesan kembali masuk.

[Dimana kamu? Jangan kelayapan, cepat pulang] Kali ini, sebuah pesan dari sang suami. Kamila pun tak mengindahkan pesan tersebut. Dia memilih fokus mengamati putrinya yang wajahnya penuh keceriaan. Tanpa sadar, sebuah senyum turut terbit di bibirnya.

Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang, bahagia itu sederhana. Melihat orang yang kita sayangi bahagia bisa membuat kita turut berbahagia.

Setelah puas bermain, Kamila pun mengajak putrinya pulang ke rumah ibunya. Sementara itu, Adrian dan keluarga sudah kembali dari acara liburan mereka. sesampainya di rumah, Adrian tak mendapati istrinya di rumah. Dengan kesal, dia mengirimkan pesan pada Kamila.

[Dimana kamu? Cepat pulang]

[Mila, cepat pulang. Rumah berantakan seperti ini, malah kamu tinggal]

[Kamila, cepat pulang] Pesan beruntun yang dikirim oleh Adrian, tak mendapat tanggapan. Dengan kesal, dia akhirnya menelepon istrinya tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status