共有

BAB 38 : TITIAN LARAS

作者: TenMaRuu
last update 最終更新日: 2025-06-11 10:04:48

Kami tidak lagi tersesat.

Kami punya pemandu baru. Pemandu gaib dari jantung hutan itu sendiri, yang entah kenapa memutuskan bahwa aku, Liora si anak hilang, layak untuk dituntun.

Dengan kepercayaan baru yang terasa aneh sekaligus mantap, aku melangkah lebih dulu ke jalur sempit yang ditunjukkan sang Sylphid. Riel dan Arista mengikutiku tanpa ragu, tatapan mereka kini penuh keyakinan yang membuat pundakku terasa sedikit lebih berat.

Hebat. Sekarang aku jadi pemandu wisata gaib. Beban yang sama sekali tidak ada di brosur petualangan "tersesat di dunia lain".

Jalur ini terasa berbeda. Udara yang tadinya berat kini terasa ringan dan jernih. Cahaya remang-remang di sekitar kami seolah ikut bernapas, menyoroti lumut hingga berpendar seperti permata. Bahkan suara hutan kini terdengar seperti alunan musik yang harmonis. Pepohonan seolah sedikit menyingkir dengan anggun saat kami lewat, membukakan jalan dengan hormat.

Hutan ini… ia benar-benar menerimaku. Sensasi itu hangat dan aneh, seperti
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 45: JADI TAWANAN

    Sial. Sangat, sangat sial.Tawa rendah yang serak dan mengerikan dari balik helm hitam itu terasa seperti paku-paku dingin yang menancap langsung di gendang telingaku. "Jadi… kau yang telah mengambilnya, Anak Manusia."Cengkeraman tangan berzirah di lenganku mengencang. Dinginnya logam menembus jubah dan kulitku, seolah ingin meremukkan tulangku. Aku mencoba meronta, tapi tenaganya luar biasa kuat, seperti mencoba melawan kekuatan batu gunung. Aku tak bisa bergerak. Aku benar-benar terperangkap."LIORA!"Teriakan panik Riel dan Arista terdengar dari kejauhan. Mereka berhenti, berbalik dengan gerakan patah-patah. Wajah mereka yang tadi sempat lega kini pucat pasi, dipenuhi horor dan keputusasaan."Lepaskan dia, makhluk kegelapan!" geram Riel, pedang peraknya kembali terang

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 44: DIKEPUNG KEGELAPAN

    Kami telah ditemukan.Lolongan serak dan penuh penderitaan dari serigala yang telah dirusak itu merobek keheningan malam, menjadi lonceng kematian bagi persembunyian kami. Seketika, patroli Umbra yang tadinya menyebar langsung berhenti serempak. Kepala-kepala berhelm hitam itu menoleh ke arah kami, mata di balik celah zirah mereka pasti sedang menyala penuh kemenangan."SIAPKAN SENJATA!"Suara Riel yang tegas menggema di ceruk batu kami, membuyarkan kepanikanku yang hampir membeku.Tidak ada waktu untuk lari. Tidak ada tempat untuk bersembunyi. Ini adalah pertarungan. Di sini. Sekarang juga.Dari balik pepohonan, para prajurit Umbra melangkah maju dengan gerakan serempak yang dingin, zirah hitam mereka seolah menyerap cahaya rembulan. Seperti bidak-bidak catur mematikan yang perlahan menutup semua jalan keluar. Di depan mereka, kawanan serigala yang matanya menyala merah buas itu menggeram rendah, siap menerkam begitu mendapat perintah."Arista, kau ambil sisi kiri! Aku kanan!" perint

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 43: LUKA SANG HUTAN

    Setelah keajaiban kecil itu, aku langsung terduduk lemas di atas hamparan lumut, napasku tersengal. Pandanganku sedikit berputar, rasanya seperti baru saja lari maraton sambil mendonorkan separuh darahku. Daun emas di tanganku yang tadi bersinar terang kini cahayanya meredup, seolah ia juga ikut kelelahan.Hebat. Jadi kekuatanku ini punya baterai yang bisa habis juga. Dan sepertinya tidak ada power bank di dunia antah berantah ini.Riel dan Arista segera menghampiriku, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran."Liora, kau tidak apa-apa?" tanya Riel cemas, berlutut di sampingku."Cuma… capek banget," jawabku, mencoba tersenyum tapi lebih mirip meringis. "Rasanya seperti seluruh tenagaku, bahkan sebagian dari semangatku, ikut tersedot masuk ke dalam pohon itu.""Kau tida

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 42 : DAUN EMAS DAN HARAPAN BARU

    Kami bertiga menunduk hormat sekali lagi ke arah taman suci itu sebelum akhirnya berbalik, meninggalkan puncak Menara Lumina. Di telapak tanganku, daun emas itu terasa hangat dan hidup, berdenyut dengan energi harapan.Sebuah harapan yang kini terasa begitu berat di pundakku.Saat kami melangkah keluar dari gerbang pualam, aku mengira kami akan kembali dihadapkan pada hutan remang-remang yang menyesatkan. Ternyata aku salah.Hutan di sekitar menara seolah telah berubah. Kabut tipis telah sirna, digantikan oleh pilar-pilar cahaya keemasan yang menembus kanopi perak. Di hadapan kami, sebuah jalur yang tadinya tidak ada kini terbentuk jelas, seolah karpet lumut hijau sengaja digelar untuk menyambut kami.Sang Penjaga Hutan Tertidur menepati janjinya.Hutan ini benar-benar membukakan jalan untuk kami."Luar biasa…" bisik Arista, matanya membelalak takjub.Kami berjalan menuruni lereng dengan langkah yang jauh lebih ringan. Tak ada lagi ilusi, tak ada lagi rintangan. Bahkan suara hutan pun

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 41: SUARA SANG PENJAGA

    Mata itu.Dua buah kolam cahaya keemasan yang begitu dalam, begitu kuno, memancarkan kebijaksanaan dari awal waktu. Seluruh ruangan seolah ikut menahan napas. Udara di sekitar kami terasa memadat, bergetar dengan energi purba yang baru saja terbangun.Dan tatapan mata itu… tertuju lurus padaku.Untuk beberapa detik yang terasa seperti keabadian, dunia berhenti berputar. Kami hanya saling menatap—sang raksasa penjaga dan sang gadis tersesat. Jantungku kembali berdebar, bukan karena takut, tapi karena rasa takjub yang begitu besar hingga membuatku nyaris tak bisa bernapas.Lalu, makhluk raksasa itu bergerak perlahan. Ia mengangkat kepalanya yang tertutup lumut sutra, dan sebuah suara menggema di seluruh ruangan.Suara itu tidak keluar dari mulut. Suara itu seolah data

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 40: DI DALAM MENARA

    Pintu Menara Lumina telah terbuka.Lorong yang diselimuti cahaya putih lembut itu seolah memanggil kami masuk. Aku menoleh ke arah Riel dan Arista. Sebuah kesepakatan tanpa kata terjalin di antara kami.Tidak ada jalan untuk kembali.Dengan jantung berdebar kencang, aku melangkah lebih dulu. Begitu langkah terakhir kami melewati ambang pintu, gerbang pualam di belakang kami melebur kembali menjadi dinding padat tanpa suara.Kegelapan total menelan kami.Jantungku mencelos. Sial. Kami benar-benar terperangkap.Namun sebelum kepanikan sempat mengambil alih, ruangan di sekitar kami perlahan menyala. Bukan oleh obor, tapi oleh jutaan bintang.Tak ada dinding. Tak ada langit-langit. Di sekeliling kami, terhampar pemandangan angkasa raya yang tak berujung, dipenuhi nebula berwarna-warni yang berputar pelan dan konstelasi bintang yang berkelip indah. Kami seolah sedang berdiri di atas balkon pribadi alam semesta. Lantainya terbuat dari kristal tembus pandang, memantulkan pemandangan bintang

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status