Clara tahu Edward tidak izinkan dia dekati ruang kerjanya, jadi dia menunggunya di kamar tidur sambil baca buku.Sudah hampir jam satu pagi ketika Edward kembali ke kamar.Melihatnya masuk, Clara letakkan buku itu dan menatapnya. Edward yang menyadari hal itu pun bertanya dengan tenang, "Ada apa?”Clara tidak bertele-tele dan berkata langsung, "Kudengar lusa bakal ada lelang amal di Pusat Lelang Caraka..."Edward melepas dasi di lehernya dengan anggun, meliriknya dan berkata, "Kamu mau dapat undangannya?"Clara tertegun. "Iya.""Oke."Setelah selesai bicara, Edward berbalik dan pergi ke ruang ganti, lalu langsung masuk kamar mandi.Clara sedikit terkejut karena dia menyetujuinya begitu saja.Tapi karena dia sudah setuju, Clara akhirnya merasa lega.Hari sudah mulai malam, dia meletakkan buku itu dan berbaring di tempat tidur. Sebelum Edward selesai mandi, dia sudah tertidur.Karena pelelangan akan dilaksanakan lusa, pada malam berikutnya, setelah Clara selesai kerja, dia pulang ke vil
Pada hari berikutnya.Setelah berdandan, Clara dan Raisa pergi ke pelelangan amal.Mereka tidak berpakaian terlalu formal.Tapi keduanya tetap terlihat sangat cantik. Saat muncul di aula gedung pelelangan, mereka langsung menarik perhatian banyak orang.Raisa telah berpartisipasi dalam beberapa lelang dan cukup aktif di lingkungan tersebut. Jadi banyak orang yang mengenalnya.Tapi ini pertama kalinya mereka melihat Clara.Melihatnya menghadiri pelelangan bersama Raisa, banyak orang bertanya-tanya dari keluarga mana dia berasal.Tempat duduk mereka ada di barisan tengah belakang.Mereka juga tidak begitu awal tiba.Beberapa menit setelah mereka duduk, pelelangan akan segera dimulai.Tepat pada saat itu, tiba-tiba terjadi keributan di barisan depan.Clara dan Raisa mendengar suara itu dan menoleh untuk cari tahu.Setelah tahu apa yang terjadi, Clara tertegun sejenak.Raisa: "Itu Edward dan Vanessa. Mereka juga ada di sini."Kemudian dia tanya pada Clara, "Apa kamu tahu kalau mereka juga
Lagi pula, ketika Dylan ajak dia ke pesta jamuan dan pameran teknologi terakhir, dia juga abaikan keberadaannya dari awal hingga akhir.Tepat saat dia memikirkan hal itu, pelelangan akan segera dimulai. Pembawa acara pun naik ke panggung, suasana jadi hening.Clara telah membaca dengan saksama daftar barang lelang malam ini.Dia hanya tertarik pada satu set perhiasan zamrud dan lukisan sulam karya seorang seniman terkenal.Adapun yang mana yang akan diambil pada akhirnya, tergantung pada situasinya nanti.Lelang akan segera dimulai.Tujuan Clara jelas. Jika itu bukan barang yang disukainya, dia tidak akan menawarnya.Awalnya, Edward dan Vanessa juga tidak menawar.Setelah pelelangan berlangsung beberapa saat, Clara dan Raisa sama-sama memperhatikan Vanessa mulai mengangkat plakatnya.Yang ingin ditawar Vanessa adalah gelang berlian.Diproduksi oleh desainer asing yang terkenal. Dari gayanya, gelang ini cocok untuk anak muda.Tidak diragukan lagi, gelang ini pasti akan dibeli Edward unt
Edward tersenyum lebar. "Nggak apa-apa, bukannya nenekmu suka? Beli saja."Melihat senyum Edward, Vanessa merasa senang dalam hatinya dan angkat plakat itu lagi. "120 miliar."Doni mengikutinya. "140 miliar."Setelah selesai bicara, dia berkata dengan suara keras pada Edward, "Pak Edward, orang tua di keluarga saya suka benda antik gini. Apa Bapak bisa berikan pada saya saja?"Edward menoleh dan tersenyum sopan. "Maaf, Pak Doni, saya juga punya orang tua di rumah yang suka benda antik gini."Mereka tidak sungkan bicara di hadapan orang lain.Clara dan Raisa tentu saja juga mendengarnya.Vas itu dibeli untuk Nenek Keluarga Gori.Tapi Edward menyebutnya sebagai ‘orang tua di keluarganya’, berarti dia sudah anggap Keluarga Gori sebagai keluarganya sendiri.Ini sungguh beda dengan sikapnya pada Keluarga Hermosa.Vanessa angkat plakatnya lagi. "170 miliar."Kali ini, Doni berhenti menawar.Pada akhirnya, Vanessa dapat vas antik itu dengan harga 170 miliar. Dan, sekali lagi memantik kecembur
Vanessa menaikkan tawarannya begitu tinggi dalam sekejap!Hati Clara semakin suram.Dia tidak punya banyak uang.Untuk pelelangan ini, dia hanya anggarkan dana 60 miliar.Gimanapun juga, bisnis Keluarga Hermosa sedang tidak berjalan baik saat ini.Mereka tidak punya banyak uang cadangan untuk dihambur-hamburkan.Tapi sekarang...Doni. "56 miliar."Clara mengangkat plakatnya. "60 miliar."Sudah dua kali dia menawar tepat setelah Doni menawar. Suaranya terdengar jelas, lembut dan sangat enak didengar.Doni mendengar suara itu dan menoleh.Ketika dia lihat Clara, dia tertegun sejenak, alisnya terangkat dan dia tersenyum.Ketika Clara melihatnya, dia pun mengangguk sopan sebagai jawaban.Pada saat ini, Vanessa lanjut mengangkat plakat. "80 miliar."Clara tidak lagi memperhatikan Doni, dia mengepalkan tangannya saat mendengar suara itu.Kemudian Doni menawar lagi. "86 miliar."Clara melanjutkan. "90 miliar."Vanessa: “100 miliar.”Boom!Kepala Clara tiba-tiba berdengung.Memang benar anggar
Raisa berkata, "Sekarang, kita hanya bisa berharap Vanessa nggak menawar perhiasan zamrud itu lagi."Clara juga berpikir begitu.Tapi…‘Emang itu mungkin?’Harga awal perhiasan zamrud adalah 20 miliar.Seseorang menawar dengan harga 30 miliar.Clara mengajukan penawaran kedua. "36 miliar.""40 miliar.""50 miliar."Melihat Vanessa tidak ikut menawar, Clara dan Raisa pun menghela napas lega, tapi saat dia ingin angkat plakatnya lagi, Vanessa malah sudah mengangkat plakatnya duluan."100 miliar."Semua terkejut.Di tengah seruan heboh para penonton, Vanessa dengan tenang menurunkan tangannya.Clara mengepalkan tangannya, berpikir sejenak, dan menawarkan harga. "120 miliar.""130 miliar.""140 miliar."Setelah dengar hal ini, Clara masih ragu-ragu.Ulang tahun neneknya yang ke-70 adalah hal langka, jika 160 miliar...Tepat saat dia sedang memikirkan hal itu, Vanessa mengangkat plakat lagi. "240 miliar."Dada Clara terasa sesak, setelah dia mengatur napas, dia diam-diam meletakkan plakat d
Tidak banyak orang di sana. Raisa hendak bicara ketika dia tiba-tiba dengar percakapan dari samping."Don, apa kamu tertarik sama pacar Edward?""Aku nggak bilang aku tertarik, tapi dia emang cukup menarik."Clara dan Raisa tertegun.Ternyata itu Doni dan teman-temannya.Akan tetapi, posisi mereka membelakangi Clara dan Raisa, apalagi pandangan mereka sebagian besar terhalang oleh deretan minuman, jadi mereka tidak menyadari keberadaan keduanya."Selama acara lelang, aku lihat kamu sepertinya tertarik pada wanita cantik lembut di samping Raisa. Sekarang dia mungkin masih ada di dalam. Kenapa kamu nggak menyapanya?"Clara tidak menyangka kalau topik pembicaraan mereka tiba-tiba akan beralih padanya.Sebelum Clara sempat bereaksi, alis Raisa langsung terangkat. Tepat saat dia hendak menarik Clara dan jadi mak comblang, Doni menggelengkan kepalanya dan menolak, "Nggak ah."Raisa tertegun lagi."Hah? Kenapa tiba-tiba jadi nggak tertarik?"Doni: "Iya. Dia memang cantik, tapi dia terlihat sa
"Sial!"Raisa tiba-tiba jadi makin marah. Dia ingin sekali mencakar Vanessa!"Dia cuma anak dari selingkuhan. Dia sendiri juga selingkuhan. Apa bangga gitu? Dia bahkan disukai banyak orang. Bagiku dia cuma sampah. Ish!"Clara menuangkan segelas air lagi untuknya dan bertanya, "Disukai gimana?""Vanessa, seperti yang dibilang Agra Adrian, temannya Doni tadi, entah kenapa orang-orang di lingkungan sosial mereka semuanya terpesona olehnya. Sekarang semua orang bilang, dia itu wanita menawan yang pasti bakal disukai orang!"Raisa masih bergumam, "Sebenarnya nggak masalah kalau para idiot itu yang bilang gini, tapi bahkan Edward dan Doni juga..."Raisa begitu menggebu-gebu, tapi ketika dia tersadar kembali, dia merasa Clara pasti sedih setelah dengar ucapannya, jadi dia tiba-tiba berhenti bicara. "Clara, aku nggak bermaksud..."Clara menggelengkan kepalanya. "Aku nggak apa-apa kok."Sejak kecil, Ervan, Lily, Nenek Gori dan yang lainnya semua lebih sayang pada Vanessa. Dalam dua tahun terakh
Setelah Clara, Sandy dan Rana selesai menyalakan kembang api, mereka berpamitan kepada Nenek Hermosa dan yang lainnya lalu pergi keluar.Mereka akan pergi ke Pusat Menara Pemancar.Pusat Menara Pemancar merupakan tempat yang sangat bagus untuk menyaksikan pemandangan malam seluruh ibu kota.Pada malam liburan tahun baru, akan ada pertunjukan lampu yang indah dan pertunjukan lainnya.Ketika mereka tiba di sana, sudah banyak orang berkumpul.Terdengar tawa di mana-mana.Saat itu pertunjukan lampunya belum dimulai.Beberapa teman sekelas Rana telah membuat janji untuk melewati liburan tahun baru bersama di sana malam itu.Setelah mereka tiba beberapa saat, Rana bertemu dengan teman-temannya.Melihat dia dan Sandy, teman-teman sekelas Rana mengikutinya dan memanggil mereka ‘Kakak’. Kemudian mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik Clara dan berkata kepada Rana, "Kakak-kakakmu semuanya cantik-cantik ya! Sangat cantik!"Rana menjawab, “Tentu saja!”Beberapa anak muda bermain-main,
Dani baru saja menutup telepon ketika Tania berlari ke arahnya lagi, memegang lentera kecil, "Om, aku mau menelepon video dengan Elsa!"Dani berpikir sejenak sebelum berkata, "Oke."Panggilan video dilakukan dan Elsa segera mengangkat telepon.Begitu dia mengangkat telepon, Tania dengan senang hati berbagi dengannya, "Elsa, lihat ini, aku punya lentera kecil!"Khawatir Elsa tidak bisa melihat dengan jelas dalam video, Tania meminta Dani untuk memegangi ponselnya lagi. Dia lari sambil membawa lentera kecil itu dan memperlihatkan lenteranya secara utuh.Dani dan Tania sedang berada di taman kecil. Cahaya di taman agak redup, sehingga lenteranya semakin terlihat jelas.Elsa menatapnya, tetapi sebelum dia sempat bereaksi, Tania berlari kembali dan berkata, "Ini hadiah Tahun Baru yang diberi tanteku. Lenteranya bagus dan lucu, ‘kan?"Elsa tidak dapat mengingat banyak hal yang terjadi dua atau tiga tahun lalu.Namun saat dia melihat Tania memegang lentera itu, beberapa gambaran terlintas di
Elsa menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tersambung."Edward memeluknya, mengusap dahinya dengan ujung jarinya, menatap alis dan mata gadis itu yang mirip dengannya, "Apa kamu masih nggak senang walaupun tersambung?"Elsa mengerutkan kening, "Senang, tapi..."Aku sudah lama tidak menelepon mama. Setelah berbicara dengannya, dia merasa sangat senang, tetapi...Edward berkata, "Tapi apa?"Elsa berkata dengan suara tertahan, "Tapi Mama seperti nggak terlalu senang.""Kedengarannya agak serius? Tapi..." Edward menopang dagunya dan tersenyum, "Mungkin kamu sudah lama nggak bertemu mama dan sangat merindukannya. Saat mama selesai bekerja, dia akan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu."Elsa mengangguk, tetapi berkata dengan tidak senang, "Tapi mama sangat sibuk. Mama bilang baru bisa menemaniku bulan depan...""Kalau begitu, Ayah akan menemanimu sampai bulan depan.""Oke."Elsa juga lelah. Setelah mengobrol sebentar, dia menguap, turun dari pelukannya, dan kembali ke kamarnya untuk ber
Ketika Sinta dan yang lainnya sampai di rumah, mereka tidak melihat Clara dan mengira dia pergi ke bandara bersama Edward untuk menjemput Elsa.Sekarang Edward dan Elsa sudah sampai di rumah, tetapi mereka tidak melihat Clara, mereka berdua merasa sangat aneh.Namun, mereka tidak peduli dengannya dan terlalu malas untuk bertanya.Edward berkata, "Dia ada urusan yang harus dilakukan."Dustin tidak curiga dan terus menggoda Elsa.Nenek Anggasta tahu apa yang sedang terjadi, namun dia tidak mengatakan apa pun.Setelah makan malam, Elsa bermain sendiri sebentar, tetapi merasa bosan, jadi dia menelepon Clara.Bahkan saat berlibur, Clara tidak berniat membiarkan dirinya bermalas-malasan.Ketika Elsa menelepon, Clara sedang mempelajari informasi yang diberikan oleh Prof Nian.Melihat panggilannya, dan berpikir bahwa mereka sudah hampir sebulan tidak bertemu, Clara mengangkat telepon dengan santai, "Halo."Clara tidak menjawab teleponnya untuk waktu yang lama.Elsa awalnya tidak punya harapan.
"Ayah, Tante Vanessa."Setelah keluar dari bandara, Elsa melihat Edward dan Vanessa. Dia melepaskan tangan Bibi Sari, berlari ke arah mereka dengan antusias, dan melemparkan dirinya ke pelukan mereka.Setelah masuk ke dalam mobil, Elsa mengobrak-abrik tas sekolah kecilnya dan menyerahkan gawai kecil menarik yang dibelinya saat jalan-jalan kepada Vanessa dan Edward."Ayah, Tante, aku membelikan kalian hadiah."Vanessa mengambilnya, mengusap rambutnya dengan lembut, dan berkata sambil tersenyum, "Terima kasih, Elsa."Nenek telah keluar dari rumah sakit hari itu, jadi Edward serta Elsa akan kembali ke rumah Keluarga Anggasta untuk makan malam.Setelah meninggalkan bandara dan mengantar Vanessa pulang, Edward meminta sopir untuk berbalik dan kembali ke rumah Keluarga Anggasta.Dalam perjalanan ke sana, Edward sempat menangani urusan kantor.Elsa tidak mengganggunya dan hanya bermain sendiri.Setelah sampai dan keluar dari mobil, Elsa berlari masuk ke rumah itu dengan tas sekolah kecil di p
Dylan telah sampai ke rumah Keluarga Hermosa, dia sendiri yang mengantarkan kembang api itu ke sana.Adapun Dani, untuk menghindari masalah yang tidak perlu, Clara memberinya alamat di dekat rumah Keluarga Hermosa.Sekitar jam dua siang, Clara berangkat menuju tempat janji temu mereka.Dani mengatakan di telepon bahwa dia akan menyuruh seseorang mengirimkan kembang api itu kepadanya.Faktanya, setelah memarkir mobil, Clara melihat Dani sendiri yang datang.Dani berkata, "Kamu sudah sampai?""Iya.""Coba buka bagasinya."Setelah Clara membuka bagasi, Dani memindahkan kembang api dan beberapa hadiah Tahun Baru ke dalam bagasinya.Clara melihat hadiah Tahun Baru itu dan tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Nggak perlu hadiah Tahun Baru...""Tania memintaku membawakannya padamu."Clara hanya bisa terdiam.Clara lalu meletakkan makrame yang dia buat sendiri dan beberapa hadiah Tahun Baru yang dibelinya setelah makan siang ke dalam mobil Dani, "Aku membeli ini untuk Tania."Dani tersenyum
Dalam kasus itu, Elsa kemungkinan besar akan melewati tahun baru di Keluarga Anggasta.Nenek Hermosa di dalam hatinya enggan berpisah dengan Elsa, dan juga merasa sedih untuk Clara.Hati Clara merasa tenang, lalu dia menghibur Nenek Hermosa dengan berkata, "Nenek, aku baik-baik saja, yang penting Elsa bahagia."Tetapi Nenek Hermosa mengira dia memaksakan senyumnya hanya karena tidak ingin membuatnya khawatir.Nenek Hermosa menghela napas dan tidak menyebutkannya lagi.Setelah sarapan, Clara, Arini dan Nenek Hermosa pergi membeli barang-barang untuk perayaan Tahun Baru Imlek.Jalan-jalan di pusat perbelanjaan dihiasi dengan lampu-lampu dan lagu-lagu Tahun Baru yang familiar dan terdengar di mana-mana, menciptakan suasana Tahun Baru yang meriah.Mengenai barang-barang perayaan, Bibi Arini dan yang lainnya sebenarnya sudah membeli beberapa.Mereka sudah punya banyak barang di rumah, dan hari itu hanya untuk memeriksa dan melengkapi kekurangannya.Anak-anak sudah terlihat di jalan mengenak
Pesta koktail Morti Group diadakan tiga hari setelah pesta koktail perusahaan Dani.Malam itu, Dani tiba cukup awal.Mungkin karena Vanessa, Edward, Doni dan yang lainnya tidak hadir, jadi tidak ada hal besar yang terjadi di pesta koktail Morti Group.Ada cukup banyak tamu malam itu.Clara dan Dylan sangat sibuk dan tidak punya banyak energi untuk memberi perhatian khusus pada Dani.Di tengah pesta koktail, mereka melihat Dani mengobrol dengan Bagas, dan kemudian mereka tiba-tiba menyadari Dani tidak pergi lebih awal.Padahal, pesta koktail Keluarga Gori juga diadakan malam itu.Mereka semua mengira Dani datang begitu awal karena dia berencana untuk pergi di tengah acara dan menghadiri pesta koktail Keluarga Gori.Tidak disangka...Dylan merasa sangat puas dan tidak dapat menahan diri untuk berkata, "Apa artinya menghargai kerja sama dengan Morti Group? Lihat, ini adalah contohnya. Kalau Doni itu... Ckck, aku bahkan nggak minat membicarakannya."Clara juga sedikit terkejut.Karena Dani
Doni berkata dengan tenang, "Apa yang kalian berdua bicarakan?"Edward tersenyum lebar, "Kami belum sempat bicara."Doni mendengarkan dan belum sempat mengatakan apa pun, Clara bahkan tidak ingin menyapanya. Dia malah berjalan melewatinya dan pergi.Doni menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya dan mendapati Edward sedang memegang dua minuman di tangannya, "Apa ini?"Edward berkata, "Ini minuman yang disiapkan secara khusus. Apa Anda mau mencobanya, Pak Doni?"Doni berpikir sejenak, "Cangkir satunya untuk Bu Vanessa?""Betul."Doni hendak berbicara ketika Edward tiba-tiba berkata, "Saya pergi dulu. Pak Doni, silakan dilanjutkan."Doni mengerutkan kening dan melihat ke arahnya pergi, dan mendapati bahwa Vanessa dan Dylan sedang berdiri bersama, dan Clara berjalan ke arah mereka.Doni tercengang.Edward terburu-buru pergi ke sana karena dia takut Vanessa akan diganggu oleh Clara dan Dylan, bukan?Memikirkan hal itu, Doni mengerutkan kening dan langsung berjalan ke sana.Vanessa sebenarn