Vanessa bahkan mungkin akan dihina oleh semua orang.Dari sini, dapat dilihat bahwa rasa sayang Ervan terhadap Vanessa begitu jelas.Ervan tidak ingin berhubungan dengan Clara dalam acara ini, tetapi dia sangat ingin mengenal Dylan.Tepat saat Clara pergi ke kamar mandi, dia, Vanessa dan Lily berjalan mendekati Dylan.Dia memperkenalkan dirinya, "Halo, Pak Dylan. Saya Ervan Gori, ayahnya Vanessa... dan Clara, senang bertemu dengan Anda."Dylan menjabat tangannya dengan sopan dan berkata, "Ternyata Anda Pak Gori. Senang bertemu dengan Anda."Ervan menatap Dylan dan berkata, "Sifat Clara memang agak unik, apalagi ada kesalahpahaman antara dia dan Vanessa. Sebagai seorang ayah, saya selalu berharap mereka bisa rukun, tapi Clara nggak mau dengar."Dylan tiba-tiba menyadari. "Oh, begitu.""Iya." Ervan menghela napas dan tersenyum lagi. "Tapi sebagai ayahnya, saya sangat senang Clara bisa kenal dengan seorang talenta muda seperti Anda. Saya dengar Clara bekerja di perusahaan Anda. Mohon bimb
Vanessa juga melihat Clara, lalu berkata kepada Dylan dengan tenang, "Kami masih ada urusan lain, jadi kami pergi dulu. Kita bicara lagi lain kali ya."Dylan berjabat tangan dengan mereka. "Oke, lain kali kita bicara."Tanpa menoleh ke arah Clara, Vanessa berbalik dan pergi bersama ayah dan tantenya.…Karena status dan jabatan Dylan yang tinggi, menjelang tengah hari, banyak petinggi datang mengundangnya makan siang bersama.Dari apa yang mereka katakan, mereka juga tahu bahwa Edward pun akan ikut pergi bersama mereka.Banyak pemimpin industri berkumpul di sekitar Edward, kemungkinan mereka semua akan ikut makan malam bersama juga.Gimanapun, arah masa depan industri kecerdasan buatan pada dasarnya bergantung pada bagaimana para petinggi ini beroperasi.Jadi saat ini merupakan saat yang sangat tepat untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang arah pasar di masa mendatang.Selain itu, biasanya setelah mengobrol, jika pembicaraan berjalan lancar, kerja sama juga bisa terjadi.Dylan bena
Jika Clara berani buat keributan, Edward pasti akan marah besar.Berdasarkan pemahamannya tentang status pernikahan Clara dan Edward, Clara tidak akan berani membuat Edward marah.Lagi pula, jika dia membuat Edward kesal lagi, dia pasti akan makin membencinya.Lily merasa lega setelah mendengar hal itu.Tetapi dia khawatir Clara akan terbakar cemburu jika melihat Edward bersikap terlalu baik pada Vanessa.Clara tidak peduli pada apa yang mereka pikirkan, dia bahkan mengabaikan mereka, karena orang yang duduk di sampingnya adalah Profesor Raka.Profesor Raka sudah lama tahu bahwa Clara juga akan datang ke pameran, dan dia pernah menyapanya di perjamuan sebelumnya.Obrolan mereka cukup menyenangkan pada jamuan makan terakhir, jadi dia sudah lama ingin bicara lagi dengan Clara, tetapi mereka berdua terlalu sibuk dan tidak punya waktu.Oleh karena itu, begitu dia dapat kesempatan hari ini, dia tentu tidak mau melewatkannya.Jadi, tidak lama setelah duduk, dia mulai mengobrol dengan Clara.
Semua orang telah duduk untuk makan siang begitu lama, tetapi Edward dan Dylan belum berbicara satu sama lain.Mendengar pertanyaan itu, Edward mengambil serbet di sampingnya dan menyeka sudut bibirnya, lalu menatap Dylan dan berkata sambil tersenyum, "Saya memang ada pemikiran gitu. Tapi gimana menurut Pak Dylan?"Dylan tentu saja tidak akan melewatkan bisnis yang datang kepadanya.“Morti Group tentu merasa terhormat bisa bekerja sama dengan Pak Edward.”Vanessa juga senang jika Edward dan Dylan bisa bekerja sama.Apalagi, jika hubungan mereka semakin baik, dia bakal memiliki lebih banyak kesempatan berkomunikasi dengan Dylan.Pada saat itu, dia bisa dengan mudah memenangkan hati Dylan.Memikirkan hal itu, dia menatap Clara dengan dingin.Clara masih mengobrol dengan Profesor Raka.Meskipun begitu, dia tetap memperhatikan pergerakan orang lain, hanya saja dia tidak menganggapnya terlalu serius.Jika Dylan benar-benar ingin kerja sama dengan Edward, dia tentu tidak akan keberatan.Dia
Setelah Dylan menyadari situasi di sana, dia segera berhenti berbicara dengan Pak Irawan Sentosa dan berjalan menuju Clara."Apa kamu baik-baik saja?"Clara menggelengkan kepalanya."Apa pergelangan kakimu terkilir?""Sepertinya iya."Pergelangan kakinya agak sakit, mungkin karena terkilir.Melihat Dylan peduli padanya, hatinya merasa hangat, tetapi juga sedikit sedih.Dia juga sudah menyadari cara orang-orang di sekelilingnya memandangnya.Dia tahu semua orang mengira dia sengaja melemparkan dirinya ke pelukan Edward.Bahkan jika dia terkilir sekarang, mereka mungkin akan berpikir dia pantas mendapatkannya.Sedangkan, Edward...Dia bahkan tidak mau membantunya berdiri, ketika dia melihatnya terjatuh, dia bahkan tidak bertanya apakah dia baik-baik saja.Satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya di sini adalah Dylan."Coba aku lihat.""Nggak apa-apa."Ada begitu banyak orang di sini.Tetapi Dylan mengabaikannya, dia tetap menggendongnya dan mendudukkannya menjauh dari kerumunan
Clara tanpa sadar langsung menolaknya. "Nggak usah repot-repot, aku bisa pergi ambil sendiri."Dia menolak dengan tegas, membuat Dani langsung terdiam.Clara berkata memastikan, "Halo?""Oke, nanti aku kirimkan alamat bengkelnya.""Oke, terima kasih bantuanmu."Dani pun menutup telepon tanpa mengatakan apa pun.Kaki Clara sedang terkilir, jadi tentu saja dia tidak bisa menyetir.Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya memutuskan untuk minta bantuan Dylan.Dylan pun setuju untuk membawakan mobilnya kembali setelah urusannya selesai.Malam hari, Clara memesan makanan secara online. Setelah selesai makan, dering telepon terdengar. Itu telepon dari Elsa, dia menanyakan kapan Clara akan pulang.Clara tentu saja berkata terus terang, "Kaki Mama terkilir, jadi kalau berjalan, agak sakit. Sekarang masih berobat jadi nggak bisa pulang. Kamu tidur lebih awal ya."Setelah mendengar kabar itu, Elsa langsung bertanya dengan perhatian, "Hah? Kaki Mama terluka? Apa parah? Apa sakit?""Sakit, tapi ngga
Dani terdiam sejenak, lalu berkata, "Nanti aku kirim nomor rekeningnya.""Oke." Clara berkata dengan sopan, "Maaf sudah merepotkanmu. Dan terima kasih banyak untuk bantuanmu hari ini."Dani berkata dengan tenang, "Sama-sama."Setelah itu, dia menutup teleponnya terlebih dahulu.Dylan yang mendengarkan di dekatnya, langsung bertanya, "Itu orang yang bantu kamu urus mobil?"Saat itu, Dani telah mengirimkan nomor rekening dan foto nota perbaikan mobilnya.Clara melihatnya dan segera membuka aplikasi pembayaran seluler sambil menjawab, “Benar.”Dari nada bicaranya, Dylan dapat menebak bahwa Clara tidak akrab dengan orang itu.Sedangkan Dani, Dylan sudah pasti mengenalnya, dan dia tahu bahwa Clara juga mengenalnya.Sejauh pengetahuannya, Clara dan Dani tidak akrab sama sekali.Oleh karena itu, meskipun dia mendengar Clara memanggil orang itu dengan nama Dani, dia tidak terpikir bahwa itu adalah Dani Nainggolan.Clara lalu mentransfer uang itu ke rekening Dani tanpa kurang satu rupiah pun.A
Mendengar kata-kata Elsa, Clara tiba-tiba tersadar.Kemarin saat dia terjatuh, Edward tidak menawarkan bantuan sama sekali untuk membantunya berdiri.Saat dia terluka, Edward juga berlagak seakan itu bukan masalahnya.Dia melakukan itu bukan hanya karena dia benar-benar tidak peduli padanya, tetapi juga karena dia takut Vanessa akan salah paham, bukan?Di dalam hatinya, pikiran dan perasaan Vanessa adalah yang terpenting, ‘kan?Edward sama sekali tidak peduli pada hidup matinya.Itulah mengapa dia bersikap begitu saat melihatnya terjatuh dan terluka kemarin, ya ‘kan?Memikirkan hal itu, ekspresinya menjadi dingin, dan dia hendak mengatakan bahwa itu tidak perlu, tetapi Edward berkata."Coba tanya Mamamu."Lalu Elsa bertanya kepada Clara, "Ma, Ayah tanya apa Mama mau bicara dengannya di telepon."Clara mengerutkan bibirnya dan berkata, "Nggak, Mama sedang sibuk."“Oke... ” Elsa juga berkata kepada ayahnya, “Ayah, Mama bilang nggak.”Edward menjawab, "Oh."Elsa berkata, "Oke, Ma. Sampai
Setelah makan dan menonton film, ketika melewati arena permainan arkade, Elsa teringat dia sudah lama tidak bermain gim dengan Clara, jadi dia menarik Clara ke tempat permainan itu.Berbelanja, makan, menonton film, dan bermain gim di arkade sebenarnya adalah kegiatan yang cukup umum bagi Elsa.Tetapi dia sudah lama sekali tidak pernah keluar bermain bersama Clara, dan dia sangat bersenang-senang meskipun itu merupakan kegiatan yang sangat biasa.Clara dan Gunawan sudah membuat janji untuk makan bersama nanti malam.Setelah keluar dari arena permainan, Clara ingin mengantar Elsa pulang dulu ke rumah Keluarga Hermosa sebelum pergi ke tempat pertemuan.Elsa tidak ingin meninggalkan Clara, jadi dia memegang tangannya dan cemberut, "Apa Mama nggak bisa mengajakku?"Clara berpikir.Gunawan mengajaknya keluar hanya untuk makan bersama, tidak ada yang penting.Seharusnya tidak masalah bawa Elsa.Memikirkan hal itu, Clara menelepon Gunawan dan bertanya apakah dia keberatan jika Clara bawa anak
Pada hari berikutnya.Ketika Clara selesai sarapan dan naik ke kamar, Elsa sedang melakukan panggilan video dengan Edward.Melihatnya kembali, Elsa mendongak dan berteriak, "Ma!""Iya."Clara menanggapi dan menyalakan komputer.Di ujung telepon lainnya, Edward bertanya, "Apa rencanamu hari ini?"Elsa berbaring di tempat tidur dan berkata dengan gembira, "Aku mau nonton film. Aku dan Mama bakal pergi ke bioskop nanti siang!"Clara memperhatikan materi-materi yang telah disortirnya kemarin dengan penuh konsentrasi.Setelah beberapa saat, Elsa datang sambil membawa ponselnya, "Ma, Ayah suruh aku berikan ponsel ini ke Mama."Clara berhenti sejenak, mengambilnya, dan melirik Edward di seberang telepon. Dia tidak ingin melakukan panggilan video dengannya, jadi dia meletakkan telepon di atas meja, menghadapkan kamera ke langit-langit, dan bertanya, "Ada apa?"Edward berkata, "Beberapa hari ini, Elsa aku titipkan ya."Clara tidak menjawab, matanya masih tertuju pada komputer, mengetik di keybo
Clara tidak punya pilihan lain selain mengulurkan tangan dan memeluknya untuk mencegahnya terjatuh.Namun, begitu dia memeluknya, aroma parfum Vanessa sekali lagi menembus hidungnya.Dia mengambil tas sekolahnya dan meletakkannya di sofa di sampingnya. Saat dia hendak berlari ke tempat tidur, dia menghentikannya dan bertanya, "Apa kamu sudah mandi?""Sudah."Setelah mandi pun masih ada aroma Vanessa di tubuhnya, itu berarti Vanessa tinggal bersamanya dan Edward, atau Edward dan Vanessa yang mengantarnya ke sini bersama.Mereka tidak pernah mengantarnya ke sini bersama-sama sebelumnya.Clara berkata dengan tenang, "Bajumu kotor, ganti dulu pakaianmu."Elsa ingat dia berlari-lari setelah mandi dan sedikit berkeringat.Dia mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.Clara melanjutkan pekerjaannya.Elsa mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar mandi. Dia mengeluarkan lentera kelinci kecil dari tas sekolahnya dan berkata, "Ma, lihat lentera kecil ini!"Clara melihatnya
Clara pindah restoran dan baru saja mulai makan ketika ponselnya berdering dua kali.Itu pesan yang dikirim oleh Raisa.Clara mengkliknya dengan santai dan menemukan Raisa telah mengiriminya dua foto.Orang-orang dalam foto itu adalah Edward dan Vanessa.Dia mengerutkan bibirnya, tidak melihat dengan seksama, lalu menutup pesannya.Setelah itu, Raisa langsung meneleponnya.Clara berpikir sesaat, lalu berdiri dan keluar untuk menjawab panggilan, "Raisa.""Clara, apa kamu sudah lihat dua foto yang baru saja kukirim?"Clara hanya melihat satu, masih ada satu lagi yang belum dilihatnya dan dia tidak berminat untuk melihatnya.Namun dia berkata, “Iya, sudah.”Raisa berkata, "Temanku kirim foto pertama semalam, katanya dia lihat mereka di hotel. Dasar, itu pas malam liburan, dan mereka benar-benar pergi ke hotel untuk pesan kamar? Sungguh nggak tahu malu!"Ekspresi Clara tidak berubah, dia bahkan tidak mengerutkan kening, dia hanya berkata "Iya." dengan ringan."Yang kedua bahkan lebih menji
Saat itu, sudah hampir tengah hari.Mereka tidak berminat memasak saat tiba di rumah.Walaupun sebenarnya tidak ada seorang pun yang berminat untuk makan siang.Tetapi, mereka tetap harus makan.Clara berkata, "Ayo kita makan di luar."Nenek Hermosa mengangguk, "Iya. Terserah kamu saja, Clara."Setelah tiba di restoran dan memarkir mobil, Clara, Bagas dan yang lainnya melihat Keluarga Gori dan Keluarga Sanjaya segera setelah mereka keluar dari mobil.Mereka juga datang ke sana untuk makan.Namun, saat mereka tiba, seseorang yang mengenali Vanessa dan Ervan, dan menghampiri mereka dengan antusias untuk berbicara, ingin mengundang mereka makan bersama.Keluarga Gori dan Sanjaya juga melihat Clara dan keluarganya.Nenek Sanjaya memandang mereka sambil mencibir.Rita hanya melirik sekilas lalu mengalihkan pandangannya.Vanessa pun sama, pada dasarnya dia memperlakukan Keluarga Hermosa seolah-olah mereka tidak ada dan tidak peduli pada mereka sama sekali.Pada saat itu, manajer restoran kel
Keluarga Clara tidak memiliki kebiasaan begadang semalaman untuk liburan tahun baru. Ketika Clara, Sandy dan Rana sampai di rumah, Nenek Hermosa dan yang lainnya sudah tertidur.Tepat tengah malam ketika Clara naik dan kembali ke kamarnya.Ponselnya berdering beberapa saat.Dylan, Dani, dan beberapa mitra yang memiliki hubungan baik dengannya dan Morti Group, yaitu Gunawan dan Henry, semuanya mengirimkan ucapan selamat liburan tahun baru padanya.Clara membaca pesan semua orang, termasuk Dani, dia membalas satu per satu, dan juga berinisiatif untuk mengirimkan ucapan selamat liburan kepada Prof Nian dan Raisa.Pada saat itu, Gunawan mengirim pesan lain, menanyakan apakah dia punya waktu luang. Dia berkata bahwa dia lumayan sibuk beberapa saat ini, jadi belum sempat berterima kasih dengan benar, kebetulan dia punya waktu luang beberapa hari ini, jadi dia ingin mentraktirnya makan.Setelah berbicara dengan Gunawan, Clara meletakkan ponselnya dan pergi ke kamar mandi.Meskipun tetap menya
Setelah Clara, Sandy dan Rana selesai menyalakan kembang api, mereka berpamitan kepada Nenek Hermosa dan yang lainnya lalu pergi keluar.Mereka akan pergi ke Pusat Menara Pemancar.Pusat Menara Pemancar merupakan tempat yang sangat bagus untuk menyaksikan pemandangan malam seluruh ibu kota.Pada malam liburan tahun baru, akan ada pertunjukan lampu yang indah dan pertunjukan lainnya.Ketika mereka tiba di sana, sudah banyak orang berkumpul.Terdengar tawa di mana-mana.Saat itu pertunjukan lampunya belum dimulai.Beberapa teman sekelas Rana telah membuat janji untuk melewati liburan tahun baru bersama di sana malam itu.Setelah mereka tiba beberapa saat, Rana bertemu dengan teman-temannya.Melihat dia dan Sandy, teman-teman sekelas Rana mengikutinya dan memanggil mereka ‘Kakak’. Kemudian mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik Clara dan berkata kepada Rana, "Kakak-kakakmu semuanya cantik-cantik ya! Sangat cantik!"Rana menjawab, “Tentu saja!”Beberapa anak muda bermain-main,
Dani baru saja menutup telepon ketika Tania berlari ke arahnya lagi, memegang lentera kecil, "Om, aku mau menelepon video dengan Elsa!"Dani berpikir sejenak sebelum berkata, "Oke."Panggilan video dilakukan dan Elsa segera mengangkat telepon.Begitu dia mengangkat telepon, Tania dengan senang hati berbagi dengannya, "Elsa, lihat ini, aku punya lentera kecil!"Khawatir Elsa tidak bisa melihat dengan jelas dalam video, Tania meminta Dani untuk memegangi ponselnya lagi. Dia lari sambil membawa lentera kecil itu dan memperlihatkan lenteranya secara utuh.Dani dan Tania sedang berada di taman kecil. Cahaya di taman agak redup, sehingga lenteranya semakin terlihat jelas.Elsa menatapnya, tetapi sebelum dia sempat bereaksi, Tania berlari kembali dan berkata, "Ini hadiah Tahun Baru yang diberi tanteku. Lenteranya bagus dan lucu, ‘kan?"Elsa tidak dapat mengingat banyak hal yang terjadi dua atau tiga tahun lalu.Namun saat dia melihat Tania memegang lentera itu, beberapa gambaran terlintas di
Elsa menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tersambung."Edward memeluknya, mengusap dahinya dengan ujung jarinya, menatap alis dan mata gadis itu yang mirip dengannya, "Apa kamu masih nggak senang walaupun tersambung?"Elsa mengerutkan kening, "Senang, tapi..."Aku sudah lama tidak menelepon mama. Setelah berbicara dengannya, dia merasa sangat senang, tetapi...Edward berkata, "Tapi apa?"Elsa berkata dengan suara tertahan, "Tapi Mama seperti nggak terlalu senang.""Kedengarannya agak serius? Tapi..." Edward menopang dagunya dan tersenyum, "Mungkin kamu sudah lama nggak bertemu mama dan sangat merindukannya. Saat mama selesai bekerja, dia akan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu."Elsa mengangguk, tetapi berkata dengan tidak senang, "Tapi mama sangat sibuk. Mama bilang baru bisa menemaniku bulan depan...""Kalau begitu, Ayah akan menemanimu sampai bulan depan.""Oke."Elsa juga lelah. Setelah mengobrol sebentar, dia menguap, turun dari pelukannya, dan kembali ke kamarnya untuk ber