Setelah berkata seperti itu, dia memelototi cucunya.Cucunya tidak terpengaruh, namun dia berinisiatif mengambilkan makanan untuk Clara tanpa disuruh."Terima kasih.", ucap Clara.Nenek Keluarga Anggasta juga menambahkan bahwa dia telah membawa banyak suplemen untuk mereka. Setelah makan malam nanti, dia akan meminta seseorang untuk memilih beberapa untuknya dan Edward guna menyehatkan tubuh mereka.Sulit untuk menolaknya, jadi Clara hanya bisa mengangguk berulang kali.Saat masih muda, nenek Keluarga Anggasta juga pernah pergi bekerja di Kota Sonora untuk mencari nafkah. Jadi dia pandai membuat jamu racikan tonik yang enak. Setelah makan malam, dia secara pribadi mengarahkan orang untuk merebus jamu tonik untuknya dan Edward. Clara ingin masuk untuk membantu, tetapi malah didorongnya keluar dari dapur.Jadi Clara tidak punya pilihan selain duduk di sofa.Elsa dan Edward juga ada di sana.Salah satu dari mereka sedang memegang ponselnya, sementara yang lain sedang bermain Kunci Luban.
Clara sontak kaget.Dia memang merasa sedikit malu, tetapi tidak terlalu. Lagi pula, mereka sudah jadi suami istri, dan telah melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan berkali-kali dalam beberapa tahun awal.Selama bertahun-tahun pernikahannya, dia selalu berharap Edward akan jatuh cinta padanya.Tetapi dia tidak pernah merayunya dengan sengaja.Bukannya dia tidak pernah memikirkannya, tetapi dia merasa hal itu tidak ada gunanya baginya, jadi untuk apa dia lakukan.Piyama yang biasa dikenakannya di rumah adalah setelan longgar biasa yang terdiri dari baju dan celanaAtasan yang dikenakannya lumayan longgar dan cukup panjang, jadi meski tanpa celana, tetap tidak terlalu terbuka.Dia tahu dirinya sama sekali tidak berniat untuk merayu Edward.Namun, untuk menghindari kesalahpahaman, dia menjelaskan, "Aku cuma lupa bawa celana... "Clara merasa kemejanya longgar dan ujungnya panjang, jadi tidak terlalu terbuka meskipun tanpa piyama celana.Tetapi dia lupa bahwa dirinya mempunyai bentuk
Itu adalah obat perangsang.Namun, Edward sangat memahami obat, jadi dapat mengenalinya. Sepertinya dia tidak minum jamu tonik tadi malam.Clara tidak menyangka nenek Keluarga Anggasta akan berbuat seperti itu.Dia mengerutkan kening, dan sebelum dia mulai berbicara, nenek Keluarga Anggasta mendengus tidak puas, "Terkadang, nggak baik punya cucu terlalu pintar. Hei, aku masih mau cicit lagi. Clara, kalau kamu punya waktu, cobalah lebih keras dengan Edward ya?"Clara bahkan tak mau berkata-kata.Dia tidak tahu harus jawab apa.Meskipun Edward setuju untuk membantunya kemarin malam, dia tahu bahwa tidak ada kemungkinan baginya dan Edward untuk terus bersama.Jadi kalau sesuatu benar-benar terjadi antara mereka tadi malam, akibatnya akan sangat mengerikan.Mengenai punya anak lagi, itu bahkan lebih mustahil.Saat dia tengah memikirkan hal itu, Elsa juga sudah turun.Teringat akan kekaguman dan cinta Elsa pada Vanessa, ekspresinya sedikit meredup.Saat sarapan, Edward masih duduk di sampin
Memikirkan hal itu, tenggorokan Clara terasa sedikit perih, dan tiba-tiba dia merasa sedikit pengap di dalam mobil.Dia pun mengalihkan pandangannya dan ingin membuka jendela untuk mendapatkan udara segar, tetapi dia membatalkan niatnya.Pada akhirnya, dia tidak menekan tombol itu, tetapi hanya melihat ke luar jendela.Tidak tahu sudah berapa lama, akhirnya mereka tiba di sekolahnya Elsa.Clara keluar dari mobil untuk mengantarnya, sementara Edward tetap duduk di dalam mobil tanpa bergerak.Elsa memanggilnya, "Ayah... ""Ayah sedang sibuk,” sela Clara."Oh… " jawab Elsa lesu.Clara tahu bahwa ketika Edward dan Vanessa mengantar Elsa ke sekolah sebelumnya, dia akan turun dari mobil bersama Vanessa dan menyerahkan Elsa kepada gurunya.Saat sekarang tiba gilirannya, dia tidak tahu apakah Edward benar-benar ada urusan atau hanya tidak ingin berdiri bersamanya di depan umum.Memikirkan hal ini, dia tidak ingin memaksakan diri, jadi dia memandang Edward di dalam mobil dan berkata, "Kamu perg
Namun, Edward juga ada di sana, jadi dia tidak akan bertindak gegabah atau mengatakan apa pun padanya.Vanessa tampak berjalan menghampiri mereka.Tetapi orang yang ingin dia ajak bicara adalah Dylan.Dia lalu tersenyum dan berkata, "Pak Dylan, sungguh kebetulan kita bisa bertemu di sini."Dylan tersenyum kecut, "Iya, kebetulan sekali.""Saya selalu ingin traktir Pak Dylan makan, tapi akhir-akhir ini saya sibuk dan tidak punya waktu.""Santai saja. Saya tahu kamu orang yang sangat sibuk."Kalau tidak, dia tidak akan menunda tanggal mulai kerjanya di Morti Group.Ervan juga ingin mendekati Dylan.Melihat Vanessa mengabaikan Clara dan berinisiatif menyapa Dylan, tapi Edward tampak tidak keberatan, dia juga berjalan mendekat.Ketika Lily melihatnya, dia juga mengikuti di belakang.Setelah Ervan menyapa Dylan, dia memandang Clara dan memanggilnya, "Clara."Clara tidak menjawab.Ervan tidak mengatakan apa-apa lagi, dan fokus pada Dylan.Setelah menyapa Dylan, mereka bahkan tidak melihat ke
Ketika mereka sampai di rumah, nenek Keluarga Anggasta masih terjaga.Baru setelah melihat Clara benar-benar kembali bersama Edward, dia kembali ke kamarnya dan beristirahat dengan tenang.Setelah naik ke lantai atas, Clara menelepon pamannya dan memberitahunya tentang perkembangan masalah itu.Setelah menyelesaikan panggilan dengan Bagas, Dylan meneleponnya.Setengah jam kemudian, setelah menyelesaikan panggilan dan kembali ke kamar, Clara melihat Edward sudah selesai mandi dan kini sedang bersandar di kepala tempat tidur sambil membaca buku.Melihatnya masuk ke kamar, Edward mengalihkan pandangannya dari buku sejenak, meliriknya, lalu kembali fokus pada buku.Clara juga menarik pandangannya, lalu pergi mandi dan melakukan perawatan kulitnya.Setelah melakukan semua itu, hari sudah malam, Clara pun melirik Edward.Dulu Edward selalu memperlakukannya dengan dingin, dia juga sudah terbiasa, jadi dia nggak ada perasaan nggak nyaman saat berduaan dengannya.Sekarang setelah dia menolongny
Meskipun merupakan kawasan rumah lama, lingkungan di sana masih bagus. Selain itu, harga rumah di ibu kota juga paling mahal di negara ini. Harga rumah yang ini pasti tidak kurang dari enam ratus miliar rupiah.Dia tidak punya uang sebanyak itu saat ini.Edward baru saja pulang. Dia pun melonggarkan dasi di lehernya, tapi mendadak dia merasa tertarik dengan ucapan Clara barusan. Alisnya agak terangkat dan dia berkata dengan tenang, "Kamu mau memberiku uang?""Iya, aku... ""Nggak perlu." Dia menyingkirkan dasinya yang terlepas dan berkata, "Aku masih sanggup bayar."Setelah berkata demikian, dia meletakkan jam tangannya dan pergi ke kamar mandi.Clara menatap punggungnya, tertegun sejenak, dan tidak memaksanya lagi.Setelah menikah, agar tidak menyusahkan, dia hampir tidak pernah meminta apa pun padanya.Kalau dipikir-pikir, rumah ini bisa dikatakan adalah barang pertama yang diberikan kepadanya atas inisiatifnya sendiri selama bertahun-tahun ini.Anggap saja itu sebagai kenang-kenanga
Clara meletakkan ponselnya, berjalan turun, dan memberi tahu nenek Keluarga Anggasta bahwa Edward sudah ada rencana makan malam.Edward tidak pulang malam itu.Ketika terbangun keesokan harinya, nenek Keluarga Anggasta lantas agak marah saat mengetahui Edward tidak pulang tadi malam, "Dasar anak itu, sesibuk apa dia di kantor, sampai tidak bisa pulang?"Setelah mendengar itu, Clara hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.Tidak peduli seberapa sibuknya Edward, dia pasti akan tetap pulang.Lagi pula, dia juga butuh istirahat.Tapi dia teringat suara Vanessa di telepon tadi malam.Dia sontak mengerti itulah alasan mengapa Edward tidak pulang.Pasti ada tempat yang lebih baik.Proyek utama Morti Group untuk dua tahun ke depan telah diputuskan dalam dua hari terakhir.Namun, Dylan tetap mengintegrasikan ide-ide mereka dan mengirimkannya ke Prof Nian, berharap dia dapat memberi beberapa saran pada mereka.Dosen mereka itu biasanya sangat sibuk, keberadaannya juga tidak pasti, jadi Clar
Setelah makan dan menonton film, ketika melewati arena permainan arkade, Elsa teringat dia sudah lama tidak bermain gim dengan Clara, jadi dia menarik Clara ke tempat permainan itu.Berbelanja, makan, menonton film, dan bermain gim di arkade sebenarnya adalah kegiatan yang cukup umum bagi Elsa.Tetapi dia sudah lama sekali tidak pernah keluar bermain bersama Clara, dan dia sangat bersenang-senang meskipun itu merupakan kegiatan yang sangat biasa.Clara dan Gunawan sudah membuat janji untuk makan bersama nanti malam.Setelah keluar dari arena permainan, Clara ingin mengantar Elsa pulang dulu ke rumah Keluarga Hermosa sebelum pergi ke tempat pertemuan.Elsa tidak ingin meninggalkan Clara, jadi dia memegang tangannya dan cemberut, "Apa Mama nggak bisa mengajakku?"Clara berpikir.Gunawan mengajaknya keluar hanya untuk makan bersama, tidak ada yang penting.Seharusnya tidak masalah bawa Elsa.Memikirkan hal itu, Clara menelepon Gunawan dan bertanya apakah dia keberatan jika Clara bawa anak
Pada hari berikutnya.Ketika Clara selesai sarapan dan naik ke kamar, Elsa sedang melakukan panggilan video dengan Edward.Melihatnya kembali, Elsa mendongak dan berteriak, "Ma!""Iya."Clara menanggapi dan menyalakan komputer.Di ujung telepon lainnya, Edward bertanya, "Apa rencanamu hari ini?"Elsa berbaring di tempat tidur dan berkata dengan gembira, "Aku mau nonton film. Aku dan Mama bakal pergi ke bioskop nanti siang!"Clara memperhatikan materi-materi yang telah disortirnya kemarin dengan penuh konsentrasi.Setelah beberapa saat, Elsa datang sambil membawa ponselnya, "Ma, Ayah suruh aku berikan ponsel ini ke Mama."Clara berhenti sejenak, mengambilnya, dan melirik Edward di seberang telepon. Dia tidak ingin melakukan panggilan video dengannya, jadi dia meletakkan telepon di atas meja, menghadapkan kamera ke langit-langit, dan bertanya, "Ada apa?"Edward berkata, "Beberapa hari ini, Elsa aku titipkan ya."Clara tidak menjawab, matanya masih tertuju pada komputer, mengetik di keybo
Clara tidak punya pilihan lain selain mengulurkan tangan dan memeluknya untuk mencegahnya terjatuh.Namun, begitu dia memeluknya, aroma parfum Vanessa sekali lagi menembus hidungnya.Dia mengambil tas sekolahnya dan meletakkannya di sofa di sampingnya. Saat dia hendak berlari ke tempat tidur, dia menghentikannya dan bertanya, "Apa kamu sudah mandi?""Sudah."Setelah mandi pun masih ada aroma Vanessa di tubuhnya, itu berarti Vanessa tinggal bersamanya dan Edward, atau Edward dan Vanessa yang mengantarnya ke sini bersama.Mereka tidak pernah mengantarnya ke sini bersama-sama sebelumnya.Clara berkata dengan tenang, "Bajumu kotor, ganti dulu pakaianmu."Elsa ingat dia berlari-lari setelah mandi dan sedikit berkeringat.Dia mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.Clara melanjutkan pekerjaannya.Elsa mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar mandi. Dia mengeluarkan lentera kelinci kecil dari tas sekolahnya dan berkata, "Ma, lihat lentera kecil ini!"Clara melihatnya
Clara pindah restoran dan baru saja mulai makan ketika ponselnya berdering dua kali.Itu pesan yang dikirim oleh Raisa.Clara mengkliknya dengan santai dan menemukan Raisa telah mengiriminya dua foto.Orang-orang dalam foto itu adalah Edward dan Vanessa.Dia mengerutkan bibirnya, tidak melihat dengan seksama, lalu menutup pesannya.Setelah itu, Raisa langsung meneleponnya.Clara berpikir sesaat, lalu berdiri dan keluar untuk menjawab panggilan, "Raisa.""Clara, apa kamu sudah lihat dua foto yang baru saja kukirim?"Clara hanya melihat satu, masih ada satu lagi yang belum dilihatnya dan dia tidak berminat untuk melihatnya.Namun dia berkata, “Iya, sudah.”Raisa berkata, "Temanku kirim foto pertama semalam, katanya dia lihat mereka di hotel. Dasar, itu pas malam liburan, dan mereka benar-benar pergi ke hotel untuk pesan kamar? Sungguh nggak tahu malu!"Ekspresi Clara tidak berubah, dia bahkan tidak mengerutkan kening, dia hanya berkata "Iya." dengan ringan."Yang kedua bahkan lebih menji
Saat itu, sudah hampir tengah hari.Mereka tidak berminat memasak saat tiba di rumah.Walaupun sebenarnya tidak ada seorang pun yang berminat untuk makan siang.Tetapi, mereka tetap harus makan.Clara berkata, "Ayo kita makan di luar."Nenek Hermosa mengangguk, "Iya. Terserah kamu saja, Clara."Setelah tiba di restoran dan memarkir mobil, Clara, Bagas dan yang lainnya melihat Keluarga Gori dan Keluarga Sanjaya segera setelah mereka keluar dari mobil.Mereka juga datang ke sana untuk makan.Namun, saat mereka tiba, seseorang yang mengenali Vanessa dan Ervan, dan menghampiri mereka dengan antusias untuk berbicara, ingin mengundang mereka makan bersama.Keluarga Gori dan Sanjaya juga melihat Clara dan keluarganya.Nenek Sanjaya memandang mereka sambil mencibir.Rita hanya melirik sekilas lalu mengalihkan pandangannya.Vanessa pun sama, pada dasarnya dia memperlakukan Keluarga Hermosa seolah-olah mereka tidak ada dan tidak peduli pada mereka sama sekali.Pada saat itu, manajer restoran kel
Keluarga Clara tidak memiliki kebiasaan begadang semalaman untuk liburan tahun baru. Ketika Clara, Sandy dan Rana sampai di rumah, Nenek Hermosa dan yang lainnya sudah tertidur.Tepat tengah malam ketika Clara naik dan kembali ke kamarnya.Ponselnya berdering beberapa saat.Dylan, Dani, dan beberapa mitra yang memiliki hubungan baik dengannya dan Morti Group, yaitu Gunawan dan Henry, semuanya mengirimkan ucapan selamat liburan tahun baru padanya.Clara membaca pesan semua orang, termasuk Dani, dia membalas satu per satu, dan juga berinisiatif untuk mengirimkan ucapan selamat liburan kepada Prof Nian dan Raisa.Pada saat itu, Gunawan mengirim pesan lain, menanyakan apakah dia punya waktu luang. Dia berkata bahwa dia lumayan sibuk beberapa saat ini, jadi belum sempat berterima kasih dengan benar, kebetulan dia punya waktu luang beberapa hari ini, jadi dia ingin mentraktirnya makan.Setelah berbicara dengan Gunawan, Clara meletakkan ponselnya dan pergi ke kamar mandi.Meskipun tetap menya
Setelah Clara, Sandy dan Rana selesai menyalakan kembang api, mereka berpamitan kepada Nenek Hermosa dan yang lainnya lalu pergi keluar.Mereka akan pergi ke Pusat Menara Pemancar.Pusat Menara Pemancar merupakan tempat yang sangat bagus untuk menyaksikan pemandangan malam seluruh ibu kota.Pada malam liburan tahun baru, akan ada pertunjukan lampu yang indah dan pertunjukan lainnya.Ketika mereka tiba di sana, sudah banyak orang berkumpul.Terdengar tawa di mana-mana.Saat itu pertunjukan lampunya belum dimulai.Beberapa teman sekelas Rana telah membuat janji untuk melewati liburan tahun baru bersama di sana malam itu.Setelah mereka tiba beberapa saat, Rana bertemu dengan teman-temannya.Melihat dia dan Sandy, teman-teman sekelas Rana mengikutinya dan memanggil mereka ‘Kakak’. Kemudian mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik Clara dan berkata kepada Rana, "Kakak-kakakmu semuanya cantik-cantik ya! Sangat cantik!"Rana menjawab, “Tentu saja!”Beberapa anak muda bermain-main,
Dani baru saja menutup telepon ketika Tania berlari ke arahnya lagi, memegang lentera kecil, "Om, aku mau menelepon video dengan Elsa!"Dani berpikir sejenak sebelum berkata, "Oke."Panggilan video dilakukan dan Elsa segera mengangkat telepon.Begitu dia mengangkat telepon, Tania dengan senang hati berbagi dengannya, "Elsa, lihat ini, aku punya lentera kecil!"Khawatir Elsa tidak bisa melihat dengan jelas dalam video, Tania meminta Dani untuk memegangi ponselnya lagi. Dia lari sambil membawa lentera kecil itu dan memperlihatkan lenteranya secara utuh.Dani dan Tania sedang berada di taman kecil. Cahaya di taman agak redup, sehingga lenteranya semakin terlihat jelas.Elsa menatapnya, tetapi sebelum dia sempat bereaksi, Tania berlari kembali dan berkata, "Ini hadiah Tahun Baru yang diberi tanteku. Lenteranya bagus dan lucu, ‘kan?"Elsa tidak dapat mengingat banyak hal yang terjadi dua atau tiga tahun lalu.Namun saat dia melihat Tania memegang lentera itu, beberapa gambaran terlintas di
Elsa menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tersambung."Edward memeluknya, mengusap dahinya dengan ujung jarinya, menatap alis dan mata gadis itu yang mirip dengannya, "Apa kamu masih nggak senang walaupun tersambung?"Elsa mengerutkan kening, "Senang, tapi..."Aku sudah lama tidak menelepon mama. Setelah berbicara dengannya, dia merasa sangat senang, tetapi...Edward berkata, "Tapi apa?"Elsa berkata dengan suara tertahan, "Tapi Mama seperti nggak terlalu senang.""Kedengarannya agak serius? Tapi..." Edward menopang dagunya dan tersenyum, "Mungkin kamu sudah lama nggak bertemu mama dan sangat merindukannya. Saat mama selesai bekerja, dia akan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu."Elsa mengangguk, tetapi berkata dengan tidak senang, "Tapi mama sangat sibuk. Mama bilang baru bisa menemaniku bulan depan...""Kalau begitu, Ayah akan menemanimu sampai bulan depan.""Oke."Elsa juga lelah. Setelah mengobrol sebentar, dia menguap, turun dari pelukannya, dan kembali ke kamarnya untuk ber