"Hiks...hiks...hiks..." terdengar suara orang yang sedang menangis. Bertepatan dengan itu, ada seorang gadis berambut panjang yang sedang asyik membaca buku di teras depan rumah itu.
"Perasaan rumah ini udah lama nggak ada penghuninya deh" ungkap gadis itu seraya membalikkan badan dan menatap ke arah rumah yang kini berada tepat di hadapannya.
"Kalau ada orangnya, pasti rumah ini bersih. Tapi, kok rumah ini malah kotor? Ada tanaman rambat liar di temboknya pula. Mungkin aku salah dengar" si gadis mencoba bersikap biasa saja. Lima belas menit pun sudah berlalu, namun suara itu masih saja tak berhenti.
Gadis yang sedang membaca buku itu pun menjadi agak terganggu dengan suara tangisan itu, hingga Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah itu. Di saat ia ingin pergi tiba - tiba terdengar suara jeritan orang yang sangat keras. Saking kerasnya suara itu bisa saja memecahkan gendang telinga seseorang.
"Suara apa itu? Apa memang ada orang di dalam rumah ini?" dengan nada yang sedikit ketakutan si gadis masih belum meninggalkan rumah itu. Ia masih penasaran, dan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah itu. Di saat si gadis mencoba membuka pintu rumah, suara itu tiba - tiba menghilang dan berganti dengan suara tangisan yang tadi.
"Suara yang tadi kenapa meng..." belum juga Ia menyelesaikan kalimatnya, gagang pintu yang Ia pegang sudah menimbulkan suara "Bagus! Tidak terkunci." ungkap gadis itu girang.
Si gadis masuk ke dalam rumah sambil mengucapakan permisi. Berjalan perlahan dan berkeliling mencari sumber suara. Sudah lumayan lama si gadis mencari suara itu, namun hasilnya nihil. Tak ada siapa - siapa di dalam rumah itu.
Hingga suara tangisan itu mulai terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara itu sepertinya bersumber dari langit - langit rumah. Si gadis langsung mengerti dan pergi mencari area loteng rumah, hingga Ia menemukan sebuah tangga yang sudah sangat tua dan berdebu. Si gadis pun memikirkan cara lain untuk masuk ke loteng, namun hanya ini satu - satunya jalan untuk menuju ke sana.
"Hello..Apa ada orang di sana?" si gadis memastikan sekali lagi, namun tak ada jawaban. Hanya suara tangisan seperti yang sebelumnya Ia dengar. Tak lama kemudian si gadis pun menaiki tangga.
"Sstth...kreettt.." bunyi tangga yang sudah tua itu hampir saja merobohkan tubuh si gadis ke bawah. Tapi, gadis itu masih bisa melewatinya dan kini ia
berada tepat di bawah pintu loteng rumah itu."Gedubrak!" tanpa pikir panjang gadis itu langsung mendobrak pintu loteng tanpa ampun menggunakan tanggannya, hingga membuat beberapa baut hilang dari engselnya. Tak butuh waktu lama si gadis dengan kecepatan kilat langsung masuk ke dalam loteng. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal karena mendobrak tadi, begitu pun dengan debu yang bertebaran sembarangan ke arahnya yang membuat gadis itu terbatuk-batuk.
"Uhuk...uhuk..."
"Hoek!" hampir saja gadis itu muntah karena bau yang amat busuk menerpa hidung mancungnya.
"Bau apa ini?! Hoek!" sambil menutup mulut dan hidung, tak lupa juga mengusap perutnya yang tak sakit.
Area loteng masih belum terlihat jelas, karena debu yang begitu banyak terus berhamburan entah dari mana asalnya. Mata gadis itu pun mulai perih dan merah, sehingga memperlihatkan guratan-guratan otot yang menengang di matanya.
"Ahh.. Perih! Kok debunya banyak banget yah? Perasaan tadi nggak sebanyak ini." gadis itu terus berucap sembari mengucek matanya yang sudah berwarna merah maroon. Tak lupa juga batuk yang kini sedang bertenger di dalam tenggorokannya.
Hingga akhirnya debu di dalam loteng itu pun berangsur-angsur mulai mereda dan hanya meninggalkan bekas di lantainya saja. Betapa terkejutnya gadis itu tatkala melihat seorang anak kecil yang sedang duduk dan mendekapkan boneka Teddy Bear dipelukannya.
Anak kecil itu pun bangun dan mulai mendekati gadis yang tengah berada di depannya. Satu hingga dua langkah sudah dilampauinya, hingga kini jarak antara dia dan gadis itu hanya tinggal beberapa centi saja.
"Pergi! Pergi! Jangan dekati aku! Kalau kau mendekat, aku akan membunuhmu!" ancam gadis itu yang kini telah basah karena bulir-bulir keringat yang dikeluarkan oleh
tubuhnya, begitupun air mata yang mengalir keluar tanpa pemberitahuan darinya.Tak hanya sampai disitu, ia juga melihat anak kecil itu berjalan sambil terseret-seret dengan darah segar yang masih mengucur deras di paha dan kakinya. Tak lupa juga banyak belatung dan nanah yang tiba-tiba mucul di pelipis anak kecil itu.
Dia hanya tersenyum dan semakian mendekati gadis itu. Membisikan beberapa kata dan pergi meninggalkannya begitu saja.
Gadis itu masih membisu dan diam bak manekin yang berada di butik pinggiran jalan. Dengan tambahan tangannya yang kini sedang menutup dan berada tepat di mulutnya. Ia juga masih tak percaya dengan kata - kata yang ia dengar dari anak kecil itu.
"Bagaiman dia bisa tau?" pekik gadis itu di dalam hati. Tak butuh waktu yang lama gadis itu pun kini mulai mengusap air matanya dan mulai menguap karena kantuk yang mendatanginya secara tiba - tiba.
Burung-burung mulai berkicau dengan indah, ditemani juga dengan beberapa ayam jago yang sedang berkokok dengan nada yang begitu nyaring di telinga. Tak lupa juga semburat sinar fajar yang hangat sedang menerpa dedaunan dengan beberapa gumpalan air yang berada tepat di atas permukaanya.Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi gadis itu masih saja belum bangun dari tidurnya. Seorang wanita bertubuh sedikit gempal masuk ke kamar dan menghampiri gadis itu sambil mengoceh tak jelas, hingga ia mengeluarkan suara bentakan keras."Bangun Aluna! Udah pagi! Kerjaannya molor terus! Katanya mau sekolah? Eh..dari pada sekolah mending cari duit aja sana! Kamu itu beban keluarga! Tau nggak?!" dengan suara yang sangat tinggi seperti sedang mengikuti Kontes Nyanyian Lagu Seriosa, tanpa pikir panjang satu ember air ia tumpahkan ke badan gadis itu. Hingga sang gadis itu menggigil dibuatnya."Iya..iya..Mah" masih dengan kondisi yang menggigil, gadis itu menjawab dengan l
"Bayar donk neng." Ungkap sang Sopir bus."Sebentar pak" Aluna merogoh satu persatu saku di baju dan juga tas nya, namun ia tak menemukan uang atau apapun di dalamnya."Sial! Uang saku ku ketinggalan.""Boleh ngutang nggak pak? boleh yah, boleh yah, pliss." ucap Aluna memohon kepada sang sopir sambil menangkupkan kedua tangan ke atas langit."Nggak bisa neng, kemarin aja saya dimarahin sama bos gara - gara banyak orang yang ngutang.""Ya udah klo nggak boleh ngutang saya bayar besok aja yah 3 kali lipat deh. Gimana?!""Woilah. Nggak bisa neng... Valid no debat!""Wow! bapak sudah sangat menjiwai trend anak - anak muda zaman sekarang yah?! Klo anak zaman sekarang tuh suka nya ngutang pak, maka dari itu saya..." Aluna dengan excitednya menjelaskan kepada Pak Sopir dengan kalimat yang singkat, panjang, lebar kali tinggi tak lupa juga dengan rumus volume balok dan kubus. (Eh apa hubungannya? skip!)Aluna
"Beneran kamu tadi bantuin nenek - nenek nyebrang?!" Ucap Pak Darpo menginterogasi. Ia sebenarnya tau klo Aluna sedang berbohong, namun Ia memilih untuk ber pura - pura saja dan menunggu apa yang akan Aluna katakan selanjutnya."Be- bener kok pak... nggak bo'ong. Suwer deh" jawab Aluna seraya menunjukkan dua jari pas di depan muka guru itu."Nggak usah nunjukin dua jarinya di depan muka bapak juga kali,Lun. Ihh.. pengen tak cubit deh ginjalnya." Ucap Pak Darpo berlagak seperti seorang banci."Hehehh.. iya maaf yah pak." tukas Aluna salah tingkah."Yaudah bapak maafin kamu.. Tapi, kamu harus janji nggak boleh telat lagi yah. Pasalnya kamu udh sering telah, klo kamu telat terus begini, ini bisa mempengaruhi nilai raport mu loh Lun." Ucap Pak Darpo menasihati.Aluna yang mendengar nasihat dari Pak Darpo itu hanya menunduk dan mengangguk pelan.Sedangkan sang pria yang sedari tadi mendengar obrolan antara Aluna dan gurunya itu
Kenzo yang membaca pesan itu langsung terdiam. Ia dengan cepat membasuh kedua tangannya dengan air yang mengucur keras dari keran, yang menimbulkan suara seperti air terjun di hutan.Aluna yang sedari tadi mengepel lantai, dengan gesit langsung memperhatikan gerak - gerik Kenzo yang tampak aneh. Ia menemukan hal yang ganjil dari diri Kenzo, seperti ada yang salah dengan sikapnya.Jika Aluna memilih jalan untuk bertanya kepada Kenzo, mungkin Kenzo akan marah karena sebelumnya Ia sempat bertengkar hebat dengannya.Walaupun Aluna tak tau apa yang sebenarnya Kenzo rasakan? Namun, Ia bisa mencium aroma kegelisahan dari diri Kenzo. Ia pun mulai mendekat dan mematikan keran wastafel. Menatap Kenzo dengan tenang sembari menarik satu per satu tangannya yang basah dengan lembut.Kenzo yang mendapat perlakuan baik dari Aluna langsung mengubah minside buruk terhadap dirinya. Ia baru tau ternyata Aluna adalah gadis yang baik dan pengertian.Ta
Si gadis tak memperdulikan perlakuan darinya. Fokusnya sekarang hanya pada gudang yang harus cepat ia bersihkan.Kenzo hanya menatap Aluna datar, sia - sia saja ia memperlakukannya dengan baik, klo akhirnya ia hanya di gantungkan saja. (Ehem kang ghosting nih ceritanya)"Lun, udh kelar belum bersih - bersihnya?" Tanya Kenzo."Kelar... belum... kelar... belum Lo kira gue babu lo apa?! Lo aja nggak ngebantuin gue, malah bersantai - santai ria. Klo gitu gue juga bisa kali!" protes Aluna, melempar tongkat bulu ayam ke sang pria."Ckk! Ealah kayak gitu doank marah!" seru Kenzo mengambil tongkat yang tadi di lempar oleh Aluna, tapi tak sampai kepada dirinya.Aluna berdecak kesal, dirinya mulai lelah karena sedari tadi hanya ialah yang membersihkan gudang yang seluasnya melebihi kamar di rumahnya. Ia pun mulai turun dari meja, lalu menepuk - nepuk rok nya yang kotor karena debu yang di singkirkan di sudut gudang itu membuat roknya sediki
Kenzo masih teringat jelas, saat gadis itu yang secara tiba - tiba menonjok wajahnya dengan sangat keras saat Ia sedang memegangi wajah cantik itu mendekat ke wajahnya. Rupanya pilihan itu hanya di gunakan sebagai candaannya saja.Kenzo yang mengira itu adalah pilihan yang sesungguhnya merasa sedang di permainkan olehnya. Ia pun mengambil ponsel di saku dan mulai berkaca di depan layarnya, terlihatlah sudut bibirnya yang agak membiru dengan sedikit darah yang mulai agak mengental.Aluna hanya memainkan jari - jari tangganya, merasa tak bersalah dan pergi dengan tenang menuju ke rak yang tak jauh dari tempatnya berada.Masih dalam keadaan yang tak memungkinkan, Ia malah menyuruh Kenzo untuk cepat - cepat membantunya merapikan buku. Dan berkata bahwa pilihannya sudah di tentukan dan juga di kabulkan.Mata Kenzo bergerak cepat ke arah kiri dan kanan, masih bingung. Ternyata pilihan itu adalah sebuah tonjokan dekat bibir yang tadi ia berikan
Pintu terbuka dan menampakkan sesosok bayangan hitam. Bayangan itu berjalan mendekatinya dan menempelkan jari telunjuknya ke hidung gadis itu. Sosok itu menghembuskan nafas lega. Ia mengira bahwa Aluna sudah mati karenanya."Kenzo Mahendra! Ngapain lo ke sini?" Ucap Aluna tiba - tiba yang membuat Kenzo tersentak kaget dan mundur beberapa langkah."Udah tau aja ternyata. Gue nyariin lo dari tadi. Dan baru nemu lo di sini. Klo mau sembunyi itu yah ke taman, ke perpus atau nggak ke kelas gitu? Lah, ini malahan ke gudang. Aneh!" Cerocos Kenzo panjang lebar dan memandangi sekitar tempatnya berada."Terserah gue! Lagian kita kan masih belum selesai ngebersihin gudangnya pe'ak." Jawab Aluna kesal.Kotak P3K tergeletak di samping badan Aluna. Ia mengeryitkan dahi, seakan bertanya 'Siapa yang menaruhnya di sini?' Kenzo menarik kursi dari tengah ruangan sampai ke dekat Aluna. Memegang tangan nya dan mulai mengobati luka Aluna dengan obat yang ada di kot
'Darah' itulah yang ia lihat di kaki mungil Aluna. Kenzo bergegas menanyakan hal ini kepadanya, namun belum sempat Ia bertanya Aluna lebih dulu mengatakannya."Kaki gue kayak gini karena lo tau nggak! Saat lo lagi deketin kursi itu ke gue, Lo terlalu mepet sampe nggak nyadar klo kaki gue malah jadi tumpuan di kursinya itu tau!" amarah Aluna kini makin memuncak."Makannya tadi gue nangis itu bukan gara - gara terharu lihat lo ngobatin tangan gue, tapi karena hal itu." Sambung Aluna yang masih merintih kesakitan dengan jari telunjuk ia hadapkan ke wajah pria itu.Sakit. Sangat sakit. Itulah perasaan yang Kenzo alami saat ini. Kenapa hari pertama sekolah, ia harus di hadapkan dengan banyaknya masalah?Padahal di hari pertama, Ia sudah membayangakan akan bertemu dengan para gadis cantik yang akan digoda nya nanti.Namun, hal itu tidak terjadi dan malah berbanding terbalik dengan pemikiranya. Naas, ia harus bertemu dengan gadis c