Share

Panggil Aku ALUNA
Panggil Aku ALUNA
Penulis: M.Y. Daechwita

Bagaimana dia bisa tau?

"Hiks...hiks...hiks..." terdengar suara orang yang sedang menangis. Bertepatan dengan itu, ada seorang gadis berambut panjang yang sedang asyik membaca buku di teras depan rumah itu. 

"Perasaan rumah ini udah lama nggak ada penghuninya deh" ungkap gadis itu seraya membalikkan badan dan menatap ke arah rumah yang kini berada tepat di hadapannya. 

"Kalau ada orangnya, pasti rumah ini bersih. Tapi, kok rumah ini malah kotor? Ada tanaman rambat liar di temboknya pula. Mungkin aku salah dengar" si gadis mencoba bersikap biasa saja. Lima belas menit pun sudah berlalu, namun suara itu masih saja tak berhenti.

Gadis yang sedang membaca buku itu pun menjadi agak terganggu dengan suara tangisan itu, hingga Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah itu. Di saat ia ingin pergi tiba - tiba terdengar suara jeritan orang yang sangat keras. Saking kerasnya suara itu bisa saja memecahkan gendang telinga seseorang.

"Suara apa itu? Apa memang ada orang di dalam rumah ini?" dengan nada yang sedikit ketakutan si gadis masih belum meninggalkan rumah itu. Ia masih penasaran, dan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah itu. Di saat si gadis mencoba membuka pintu rumah, suara itu tiba - tiba menghilang dan berganti dengan suara tangisan yang tadi.

"Suara yang tadi kenapa meng..." belum juga Ia menyelesaikan kalimatnya, gagang pintu yang Ia pegang sudah menimbulkan suara "Bagus! Tidak terkunci." ungkap gadis itu girang.

Si gadis masuk ke dalam rumah sambil mengucapakan permisi. Berjalan perlahan dan berkeliling mencari sumber suara. Sudah lumayan lama si gadis mencari suara itu, namun hasilnya nihil. Tak ada siapa - siapa di dalam rumah itu. 

Hingga suara tangisan itu mulai terdengar lebih keras dari sebelumnya. Suara itu sepertinya bersumber dari langit - langit rumah. Si gadis langsung mengerti dan pergi  mencari area loteng rumah, hingga Ia menemukan sebuah tangga yang sudah sangat tua dan berdebu. Si gadis pun memikirkan cara lain untuk masuk ke loteng, namun hanya ini satu - satunya jalan untuk menuju ke sana. 

"Hello..Apa ada orang di sana?" si gadis memastikan sekali lagi, namun tak ada jawaban. Hanya suara tangisan seperti yang sebelumnya Ia dengar. Tak lama kemudian si gadis pun menaiki tangga. 

"Sstth...kreettt.." bunyi tangga yang sudah tua itu hampir saja merobohkan tubuh si gadis ke bawah. Tapi, gadis itu masih bisa melewatinya dan kini ia

berada tepat di bawah pintu loteng rumah itu.

"Gedubrak!" tanpa pikir panjang gadis itu langsung mendobrak pintu loteng tanpa ampun menggunakan tanggannya, hingga membuat beberapa baut hilang dari engselnya. Tak butuh waktu lama si gadis dengan kecepatan kilat langsung masuk ke dalam loteng. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal karena mendobrak tadi, begitu pun dengan debu yang bertebaran sembarangan ke arahnya yang membuat gadis itu terbatuk-batuk. 

"Uhuk...uhuk..."

"Hoek!" hampir saja gadis itu muntah karena bau yang amat busuk menerpa hidung mancungnya. 

"Bau apa ini?! Hoek!" sambil menutup mulut dan hidung, tak lupa juga mengusap perutnya yang tak sakit. 

Area loteng masih belum terlihat jelas,  karena debu yang begitu banyak terus berhamburan entah dari mana asalnya. Mata gadis itu pun mulai perih dan merah, sehingga memperlihatkan guratan-guratan otot yang menengang di matanya. 

"Ahh.. Perih! Kok debunya banyak banget yah? Perasaan tadi nggak sebanyak ini." gadis itu terus berucap sembari mengucek matanya yang sudah berwarna merah maroon. Tak lupa juga batuk yang kini sedang bertenger di dalam tenggorokannya. 

Hingga akhirnya debu di dalam loteng itu pun berangsur-angsur mulai mereda dan hanya meninggalkan bekas di lantainya saja. Betapa terkejutnya gadis itu tatkala melihat seorang anak kecil yang sedang duduk dan mendekapkan boneka Teddy Bear dipelukannya. 

Anak kecil itu pun bangun dan mulai mendekati gadis yang tengah berada di depannya. Satu hingga dua langkah sudah dilampauinya, hingga kini jarak antara dia dan gadis itu hanya tinggal beberapa centi saja. 

"Pergi! Pergi! Jangan dekati aku! Kalau kau mendekat, aku akan membunuhmu!" ancam gadis itu yang kini telah basah karena bulir-bulir keringat yang dikeluarkan oleh 

tubuhnya, begitupun air mata yang mengalir keluar tanpa pemberitahuan darinya.

Tak hanya sampai disitu, ia juga melihat anak kecil itu berjalan sambil terseret-seret dengan darah segar yang masih mengucur deras di paha dan kakinya. Tak lupa juga banyak belatung dan nanah yang tiba-tiba mucul di pelipis anak kecil itu. 

Dia hanya tersenyum dan semakian mendekati gadis itu. Membisikan beberapa kata dan pergi meninggalkannya begitu saja. 

Gadis itu masih membisu dan diam bak manekin yang berada di butik pinggiran jalan. Dengan tambahan tangannya yang kini sedang menutup dan berada tepat di mulutnya. Ia juga masih tak percaya dengan kata - kata yang ia dengar dari anak kecil itu. 

"Bagaiman dia bisa tau?" pekik gadis itu di dalam hati. Tak butuh waktu yang lama gadis itu pun kini mulai mengusap air matanya dan mulai menguap karena kantuk yang mendatanginya secara tiba - tiba.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
goodnovel comment avatar
Marscyapada
Aku mampir kak, Semangat .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status