Share

Bab 2 Melanjutkan arah

Setelah mengalami kekalahan, Khaigor bersama prajurit lainnya kembali ke kerajaan Timur tersebut, dan disediakan tempat tinggal oleh raja di sana. Khaigor masih berpikir bagaimana dengan para rombongan lainnya sebelumnya itu. Apakah mereka telah lebih dulu sampai di sana dan dimanakah mereka sekarang?

Khaigor pun hidup di sana selama beberapa bulan bekerja sebagai serabutan dan tukang besi, dan juga menolak tawaran untuk menjadi bagian dari prajurit atau melatih para prajurit di kerajaan tersebut, karena tak sudi mengabdi pada negara lain meskipun kerajaan mereka pernah bersekutu. Berselang di sana dia juga ikut dalam pertarungan seperti pertarungan jalanan dan resmi, untuk mendapatkan uang. Khaigor pun juga pernah berpikir untuk membuka kursus pelatihan pertarungan, namun diurungkannya.

Khaigor bertarung dengan pedang kayu tanpa perisai dengan seorang pria yang sebaya dan bentuk fisiknya yang tak jauh beda dengan dirinya pada pertarungan resmi yang khusus. Para penonton disekitar bersorak-sorai. Mereka meneriaki pertarungan yang sedang berlangsung memberi dukungan serta sebagian mencoba menghasut emosi kedua petarung tersebut. Musik dari tanduk binatang serta senar gitar dibunyikan dalam memeriahkan suasana. Di tanah telah tersedia berbagai senjata kayu yang digunakan dalam serangan jarak dekat berserakan berupa tiruan pedang, tombak, pemukul, palu besar dan kapak untuk persiapan jika senjata yang dipakai patah kecuali panah. Karena dinilai lebih berbahaya dan bisa menyebabkan cacat fisik. Senjata-senjata kayu tiruan itu didesain khusus setumpul mungkin agar tak terlalu mengakibatkan fatal.

Lawan menatap Khaigor menjaga jarak dan Khaigor penuh kehati-hatian menghadapinya. Lawan mulai menebas ke depannya dari tebasan atas ke bawah, Khaigor menangkisnya dengan pedang dalam gerakan horizontal. Mereka saling menebas, namun tak ada satu pun yang terkena serangan, karena selalu saling tertangkis pedang mereka. Pada saat lawan mulai menebas lagi, Khaigor menangkisnya langsung menendang depan tubuhnya dengan kaki kanannya. Kemudian melompat menebasnya dengan gerakan vertikal arah miring, kemudian lawan menangkisnya lagi dan Khaigor pun menendang tubuhnya kembali.

Lawan terpancing menendangnya dengan kaki kanannya, namun Khaigor menangkapnya menebas kaki kanannya sekuat mungkin, hingga lawan kesakitan lawan mulai melompat maju ingin menyerangnya, kemudian mendorong kakinya hingga tubuhnya ikut terdorong, setelah melepaskan kakinya dia menikam tubuhnya. Lawan itu menebas pipi kirinya, lawan semakin marah mereka saling menebas. Hingga pedang kayu Khaigor patah. Khaigor lari menghindar, lawan mengambil satu lagi pedang kayu, memegang dua pedang dan mengejarnya.

Khaigor memasukkan pedang kayunya yang patah itu di dalam kantong celananya, kemudian mengambil pedang kayu yang besar, yang hanya mampu diangkat manusia dengan dua tangan. Dia memegangnya dengan menahan beratnya, lawannya bergerak secara perlahan-lahan.

Dia menyerang lawannya terus menghindar sembari menebas tangkis dengan pedangnya, ketika dia mulai menebasnya dengan pedang raksasanya ke arah samping satu pedang lawannya di genggaman tangan sebelah terlepas, kemudian menghempaskannya sembari melemparkannya hingga lawan hampir terjatuh, lalu dia mengeluarkan pedang yang patah itu, dan menikam tubuhnya berkali-kali. Beberapa burung Nebri yang berterbangan dan bertengger di luar kerangkeng pertarungan yang membantu manusia menjadi juri pun, melihatnya dan memberi tau kepada juri, para burung Nebri itu bersuara sambil mengucapkan nama satu peserta sembari mengarahkan kepalanya berkali-kali ke arah yang menang dan dinyatakanlah bahwa si Khaigor yang menang. Khaigor mendapatkan bayaran yang cukup besar.

Burung Nebri, adalah burung jujur yang cerdas yang ada di semesta ini, sedikit lebih besar dari ukuran burung elang biasanya, burung yang memiliki ketajaman penglihatan dan pendengaran setara elang dan bisa meniru suara beberapa perkataan manusia, serta dipercaya mampu mengantarkan surat atau barang kecil lainnya selagi mampu dibawanya seperti merpati. Serta mempunyai daya ingat yang sangat kuat.

Sebelum masuk sebagai peserta petarung, para peserta harus mendaftar terlebih dahulu beberapa bulan sebelumnya dengan nama yang dituliskan, ini juga sekaligus menjadi pengingat bagi burung Nebri, untuk menyebut salah satunya nama siapa yang akan menang dalam pertarungan. Saat pertama peserta mendaftar dan setelah peserta hadir, burung Nebri disuruh mengingatkan pesertanya dari identitasnya. Awalnya pertarungan itu memiliki wasit, namun dinilai bisa berbahaya pada wasit walaupun menggunakan senjata tiruan maka tak lagi menggunakan wasit. Khaigor mendaftar menggunakan nama samaran yaitu Heibor Odura.

Pada minggu berikutnya Khaigor bertarung, kini dengan dua orang pria tertangguh. Mereka menggunakan pedang dan perisai kayu dan satunya mengunakan tombak dan perisai kayu. Mereka berdua kelihatan lebih tangguh dari lawan sebelumnya. Membuat Khaigor menggunakan sedikit strategi baru. Khaigor berjuang keras menghadapi mereka, pertarungan ini membuat Khaigor kesulitan sebab yang dilawannya adalah perwira dan salah satunya petarung yang amat terlatih. Khaigor menggunakan perisai dan kapak kayu. Ketika lawan kiri mulai ingin menebas, Khaigor menangkisnya, menendang perwira sebelah kanan. Ketika lawan kiri mulai menikam dengan tombaknya, Khaigor menghalaunya dengan kapaknya, selagi kondisi seperti itu perwira mulai menebasnya dengan pedang, dia menendang lawan kirinya dan menahan tebasan lawan kanan dengan kapak lalu memutarnya dan menendang tangan kanannya yang memegang pedang itu, hingga terlepas.

Khaigor mulai menebas dengan kapaknya dari atas ke bawah, perwira itu mulai menahan dengan perisai kayunya, seketika lawan kiri mulai menusuk perutnya Khaigor kesakitan dan menahan tombaknya langsung melempar perisainya mengenai kepalanya dan menendang tubuh perwira itu, hingga melemparkan kapaknya secara horizontal ke lawan kiri mengenai lehernya. Lalu mendorong tombaknya hingga dia mundur terkapar menahan rasa sakit.

Kemudian Khaigor mulai menggunakan tombak itu melawan perwira, perwira itu terus menangkis, Khaigor mulai memutar tombaknya ke bawah memukul kedua kakinya hingga dia terjatuh, lalu mulai mencoba menusuknya yang terjatuh itu, namun perwira masih bertahan menangkis beberapa serangan tombak dari berbagai arah Khaigor, mulai berlari mendekatinya, dan mulai melompat ke atas tubuhnya sontak perwira langsung menahan dengan perisainya itu sambil menahan injakan kedua kaki Khaigor. Khaigor pun mulai menusuk kepalanya dengan tombak itu, kemudian mencoba kedua kalinya namun lawan itu menahannya dengan salah satu tangan kanannya. Khaigor melompat sekuat tenaganya menginjak perisainya yang menumpu tubuhnya, langsung menusukkan tombak ke wajahnya.

Khaigor pun menang lagi, burung-burung nebri yang berterbangan, bersuara sambil menyoraki namanya yaitu Heibor Odura. Dan tentunya mendapatkan hadiah uang yang lebih besar.

Pertarungan demi pertarungan dia ikuti.

Dua tahun kemudian dia bertemu dengan sekelompok mereka yang disebut sebagai Gridor datang ke kerajaan tersebut.

Karena Khaigor begitu dekat dengan seorang raja di situ, Khaigor pun bertanya, siapa mereka? Mereka sedang berburu monster yang diincar, sebagian dari anggota mereka diketahui adalah militer dan sebagiannya lagi bukan namun amat terlatih. Alasan mereka digunakan karena tak ingin adanya prajurit kerajaan sendiri yang memakan korban jiwa. Dulunya Khaigor pernah sedikit mendengar sekelompok orang-orang yang serupa tersebut. Mendengar itu Khaigor meminta untuk melihat mereka dalam berburu monster tersebut. Awalnya sang raja itu ragu tapi karena Khaigor pernah menjadi seorang Ksatria yang berpengalaman, maka dipersilahkannyalah.

Pada siang hari si Khaigor meminta untuk ikut, dan menjelaskan keizinannya atas raja di daerah itu. Mereka memperbolehkannya, perjalanan dimulai dengan menunggangi kuda. Beberapa prajurit lokal dengan pedang dan tombak, menuntun mereka untuk menunjukkan jalan menuju ke tempat monster tersebut berada. Yang jauh dari pemukiman. Dalam perjalanan mereka tak berbicara sepatah kata pun, kecuali beberapa prajurit lokal yang berbicara menunjukkan arah dan kondisi jalan.

Monster itu sangat ganas dan besar, makhluk itu sering memakan hewan-hewan yang ada, beberapa manusia pun pernah diserang dan diterkamnya. Ketika sedang berburu dan mencari kayu bakar. Sehingga membuat hewan-hewan buruan berkurang serta berlarian ketakutan, hingga sulit menemukan hewan-hewan buruan tersebut. Sudah ada sekumpulan prajurit bekerja sama dengan pemburu handal sebelumnya yang pernah diutus untuk mengatasi makhluk itu, namun terasa sangat sulit dan bisa mengurangi jiwa yang masih hidup. Raja ingin menangkap makhluk itu, padahal sebelumnya makhluk itu sudah sangat berbahaya dan pernah menyerang dan menewaskan manusia. Mereka menganggap raja itu sudah tidak waras. Alasannya adalah untuk mengurung makhluk raksasa itu dikandang sebagai bahan penelitian serta aset langka kerajaan. Karena jumlahnya hanya satu. Meskipun di sisi lain, hal ini sempat menjadi pertentangan dari beberapa keluarga korban yang protes dan ingin makhluk itu dibunuh. Namun sang raja memberi penjelasan, menurutnya makhluk itu hanya merasa terancam saja, atau sifatnya layaknya binatang liar alami yang bukan sejenis monster yang hobi meneror, serta memberi mereka keluarga korban bantuan donasi sebagai gantinya, dan para keluarga korban tetap menolak.

Setelah menuju area yang diarahkan, para prajurit lokal menyuruh mereka pergi lurus ke arah tersebut dan meninggalkan mereka. Mereka berjalan selama beberapa waktu, perasaan bercampur aduk dan waspada, berjalan perlahan-lahan setelah merasa sudah semakin dekat.

Merasa ada sesuatu yang teramat besar bergerak seperti mengintai dari belakang semak-semak, mulai terlihat sedikit adanya gerakan cepat mengancam, lantas seorang anggota Gridor melemparkan tombaknya mengenai makhluk itu. Makhluk itu seketika mengaum keras. Getaran suara aumannya mengenai beberapa kalung Gridor, namun kembali memental mengenai makhluk itu berbentuk serangan, dia sedikit kesakitan dan terdorong.

“Hati-hati jaga jarak...!!!” teriaknya sekeras mungkin.

Makhluk itu lebih besar dari pada yang dikira. Dia bergigi tajam, berekor, dan bertanduk, berjalan merangkak dengan kaki empatnya. Berjalannya sedikit lebih cepat daripada gajah. Salah satu anggota lainnya mencoba mengingatkan, “Kita diperintahkan menangkapnya hidup-hidup, jangan sampai ada bagian anggota tubuhnya yang akan cacat atau luka yang tak dapat disembuhkan. Ini demi objek penelitian dari perintah sang raja...!!!”

Bagaimana mungkin mereka bisa menangkap makhluk raksasa yang teramat buas, ragu mereka. Mereka sangat kesulitan. Mereka menggunakan lemparan katapul, memanah. Khaigor terlempar dan terjatuh bersamaan dengan kuda tunggangannya terkena hempasan buntutnya. “Hei... Astaga...!” ujar salah satunya yang terkejut melihat itu. Khaigor bangkit berdiri, menangkis serangan buntutnya yang begitu dahsyat dengan perisainya. Kemudian dari belakang salah satunya melempar tombak, hingga makhluk itu teralihkan berbalik ke belakang. Khaigor pun berlari ke kudanya yang berlari ke arahnya dan menungganginya.

Setiap makhluk itu mengaum keras maka suara getarannya yang mengenai kalung mereka Gridor, akan kembali memental padanya dalam bentuk getaran serangan.

Anggota Gridor yang melempar tombak itu berlari menunggangi kudanya sampailah berada di atas perangkap, hingga perangkap yang dibawah pijakan runtuh ke dalam bawah beserta monster tersebut yang mengejarnya dan kudanya yang dikorbankan ikut terjatuh, kemudian dia langsung melompat, memegang dan menahan tali dari atas yang sudah disediakan seerat-eratnya. Dia memanjat tali itu, kemudian melihat ke bawah dan mencoba mengayunkan dirinya ke depan melompat melewati jebakan itu. Makhuk itu jatuh ke dalam kerangkeng besi teramat besar, yang sudah disiapkan jauh-jauh hari dan ditarik dengan tali dari dua gajah. Mereka berhasil menangkap monster itu.

“Hei, aku ingin bergabung pada pekerjaan ini. Bisakah aku menjadi Gridor?”

“Menjadi Gridor bukan bertumpu hanya pada salah satu pihak saja, terutama yang menggunakan jasa Gridor. Namun tetap bersikap seimbang, Gridor mempertahankan ini.”

“Mengapa, apakah aku kurang layak?” Kemudian mendekati, “Apa alasannya?”

“Untuk menjadi Gridor, kau harus mengikuti ketentuan pelatihannya, meskipun kau sebelumnya adalah seseorang yang sudah amat terlatih. Seharusnya kau pikirkan kembali terlebih dahulu, sebelum memutuskan.”

Khaigor terdiam dan merenungkannya, lalu duduk di suatu tempat makan, masih merenungkannya. Waktu itu sempat terjadi konflik antara seorang pria dengan seorang pria pelanggan di sana. Khaigor awalnya tidak ingin ikut campur, namun mereka berdua telah mengeluarkan pedangnya setelah seorang pelanggan pria melemparkan kursi kayunya ke pria tersebut, namun berhasil ditahan dengan perisai logam yang dikeluarkannya dan pelanggan pria tersebut mengeluarkan pedangnya terlebih dahulu.

Karena keributan itu bisa membuat kegaduhan yang makin parah, termasuk bisa merusak barang-barang disekitar. Khaigor pun datang menghampiri dan mencoba melerainya, ternyata pria itu dan yang terlihat sebagai teman-temannya adalah sekelompok (Gridor) tadi. Hanya sebagian mereka yang ada disitu. “Jangan membuat gaduh di sini. Apa penyebabnya sebenarnya?”

Lalu pria pelanggan tersebut menunjuknya dengan jari tangan kanannya, “Kau orang luar, jangan ikut campur.”

“Aku mencoba mengamankan, jadi jangan membuat masalah.”

“Masalah, kau justru ingin ikut-ikutan terlibat dalam permasalahan ini.”

“Sudahlah, berhenti. Atau tidak, aku akan memotong kedua tanganmu, jika setelah kau melakukan dosa lebih besar. Kami waktu itu yang berhasil ikut memburu seekor monster raksasa buas itu, yang membuat keresahan di kerajaan ini.”

Pria itu ketakutan dan berhenti lalu mereka membayar hidangan mereka, setelah itu pergi meninggalkan tempat makan itu. Khaigor menghadap mereka, “Sudahlah, lagi pula kalian juga harus berhati-hati, bisa jadi dia nanti akan memantau kalian atau kita. Setelah keluar, untuk melakukan hal yang lebih buruk.”

“Terima kasih.” “Kalian sekelompok orang tadi, aku tertarik pada kalian.”

“Bisakah kita berbicara dengan orang ini di tempat lain?” tanya salah satu anggota Gridor pada yang lebih tua, “Ya.” Lalu menoleh padanya, “Siapa namamu?”

“Namaku Khaigor.” Lalu berjabat tangan dengan mereka semua, saling memperkenalkan nama masing-masing.

“Kau tadi bilang ingin bergabung menjadi Gridor, maka kita bicarakan ini di tempat lain. Ikuti kami.”

“Baik, dengan senang hati.” Mereka pun keluar setelah membayar hidangan mereka masih dalam perasaan waspada.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status