Share

17. Patah Hati

last update Last Updated: 2025-10-28 15:47:29

Perintah Max diabaikan Serena. Gadis itu tetap memeluknya seperti tidak ingin lepas. Tidak tahukah Serena bahwa Max sedang menahan diri untuk tidak menyerangnya?

"Serena…." Suara Max meluncur berat. Sekuat hati dia menahan agar tidak membalikkan badan.

"Saya tahu Anda menghindari saya. Meskipun saya nggak tau apa kesalahan saya, saya minta maaf, Tuan. Malam itu—"

"Serena!" potong Max cepat. Hidungnya mengembang menahan hawa panas yang menyerang. Secara perlahan dia melepas lengan Serena yang memeluknya.

"Kamu tidak salah. Aku yang salah." Dia melangkah maju lalu berputar menghadap gadis itu. Mata tajamnya berubah teduh saat melihat kondisi Serena. Badan gadis itu yang basah kuyup, menggigil. Bibir tipisnya sedikit bergetar.

Jika tidak ingat dirinya bisa lepas kendali, Max akan maju dan memeluk gadis itu.

"Kembali ke kamarmu," ucap Max akhirnya.

Namun di depannya Serena menggeleng.

"Saya menyukai Anda, Tuan," ungkap Serena jujur. Pertama kali dalam hidup dia menyatakan perasaan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   133. Menyusul Serena

    Semalaman Max sama sekali tidak diizinkan masuk ke kamar Serena. Wanita itu enggan menemuinya dan memilih mengurung diri di kamar. Bahkan ponselnya pun nonaktif. Max hanya bisa menghela napas dan membiarkan Serena menyendiri seperti maunya. Dia berniat kembali menemui wanita itu besok pagi saat mungkin moodnya sudah membaik. "Kamu memberi tahu pada Serena tentang Santy dan lainnya?" tanya Max, lebih seperti menuduh pada Calvin. Pria bermata biru di depan Max berdecak. "Apa saya sebocor itu, Tuan?" Max menarik napas panjang. Meskipun menyebalkan, Calvin memang tidak mungkin melakukannya. Tahu menjaga kode etik sebagai asisten yang loyal. Max mengusap dagunya yang kasar lantaran bulu-bulu halusnya mulai tumbuh lagi. Mata abunya menyipit. "Serena bertanya tentang mereka. Dia tahu kalau sampai sekarang polisi belum menemukan keberadaan mereka." Kening Max berkerut dalam. Dia mengingat bahwa beberapa hari lalu sempat melihat Nina ada di kamar Serena dengan wajah lumayan pucat. Tanpa sa

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   132. Sisi Gelap Max

    Max memejamkan mata saat satu suapan mendarat dengan mulus di dalam mulutnya. Cantik, cerdas, dan pandai masak. Itulah paket kombo gambaran wanita di depannya yang kini tengah tersenyum lebar sambil memandanginya. "Enak?" tanya Serena. Dari ekspresi pria itu sepertinya dia sukses mengeksekusi bahan makanan yang ada di lemari pendingin. "Terbaik," sahut Max seraya meraup satu sendok lagi dan memasukannya ke mulut. "Aku akan sering pulang buat makan siang di rumah kalau masakannya seenak ini." Serena berdecak seraya menopang dagu. "Jangan lebay. Masakanku jelas tidak ada apa-apanya dibandingkan masakan Bi Jessi atau pun pelayan lain yang lebih berpengalaman di sini." Max mengangkat bahu tak peduli. "Mungkin, tapi masakanmu jelas berbeda." "Apa bedanya?" "Ada bumbu cinta yang bisa aku rasakan di sini." Serena tertawa tanpa suara. Lantas kepalanya menggeleng. Terserah lelaki itu saja. "Sekarang aku tanya, apa kamu terpaksa memasak ini untukku?" "Sedikit sih." Detik berikutn

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   131. Tumis Daging

    "Nggak seharusnya kamu bicara seperti itu pada Asher tadi. Tanpa dia mungkin saat ini aku nggak ada di sisimu lagi," ucap Serena ketika dirinya dan Max masuk ke mansion. Max berjalan dengan tangan yang masih merangkul pinggang Serena. "Aku sangat tahu, Sayang. Mungkin aku juga tidak bisa membalas budinya. Tapi aku tidak suka melihat kalian dekat. Aku--"Rasanya percuma menjelaskan. Max tahu betul watak Serena yang satu ini. Saat dulu dia melarang dekat dengan Jeff pun dengan tegas wanita itu menolak. Max yakin hari ini pun sama. Terlebih Asher adalah teman lama yang sekarang merangkap menjadi superheronya. Serena tiba-tiba berhenti melangkah, dan secara otomatis Max pun berhenti. Dia melepas rangkulan tangan Max, dan memutar menghadap pria itu. "Sebaiknya kurangi rasa cemburu kamu yang berlebihan itu. Lihat!" Serena menunjukkan jari manisnya. "Kita sudah bertunangan. Aku juga nggak mungkin lari ke hati lain karena dari dulu hatiku dipenuhi kamu." Mendengar itu hati Max seperti he

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   130. Milik Max Evans

    Maaf ya, kemarin babnya kebalik ya/tertukar. Kepencet, wkwk. Semoga kalian paham. Dan semoga editor segera memperbaiki bab 129 dan 128. ================================Max masih bersama para shareholders di ruang meeting ketika telepon dari Ben masuk. Dia sampai menjeda rapat ketika menerima panggilan tersebut. Dan laporan Ben setelah itu membuat mood-nya mendadak berantakan. Ben mengatakan kalau Serena pergi bersama Asher. Baiklah. Max sangat berterimakasih karena pria itu sudah menyelamatkan Serena dari marabahaya waktu itu. Dia tidak akan melupakan jasanya. Tapi jika karena itu membuat hubungan mereka dekat lagi, Max merasa itu tidak benar. Dia tidak suka melihat Serena dekat dengan lelaki mana pun selain dirinya. Tidak bisa dan tidak boleh. Apalagi ada indikasi Asher menaruh hati pada wanita itu. Sebagai sesama pria, Max bisa merasakan itu. "Tuan Max!" Max tersentak saat Calvin menyenggol lengannya. Dia seperti baru bangun dari tidur, tatap abunya lantas melirik semua kepala

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   129. Cokelat

    Satu jam berlalu, menyisakan napas keduanya yang terengah efek permainan hebat itu. Meski lelah dan bermandikan peluh, wajah keduanya terlihat cerah. Terlebih Max, yang akhirnya bisa kembali mencumbu wanita kesayangannya itu. Dia beringsut miring, menghadap Serena yang masih mengatur napas. Bibirnya menyeringai tipis. Tangannya dengan hati-hati merapikan rambut Serena yang berantakan menutupi dahi. "Sakit?" "Hm," gumam Serena menggeleng. Dia memejamkan mata, merasapi sisa-sisa hasil percintaan yang masih tertinggal di bawah perut sana. Intinya masih berdenyut kencang. Kali ketiga tidak sesakit kali pertama dan kedua. Serena merasa lega untuk hal ini. Namun satu yang dia takutkan. Bagaimana kalau setelah ini dia jadi tidak bisa mengendalikan diri? "Bagus dong." Max mengusap lembut kepala Serena, lantas mencium dahi wanita itu. "Mau lanjut tidur siang?" Serena hanya mengangguk sebagai jawaban. "Oke. Aku bersihkan badan kamu dulu." Max menyingkap selimut dan bangkit dari ranjang. Tanp

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   128. Tidur Siang

    Nina berjengit kaget ketika mendengar sebuah dehaman keras. Wanita itu menoleh ke arah pintu dan terbelalak saat mendapati Max Evans ada di sana. Kontras dengan Serena yang tersenyum saat menoleh dan menemukan kekasihnya itu. "Serena, aku permisi," ucap Nina tampak gugup. Dia segera berdiri dan beranjak menuju pintu keluar dengan kepala menunduk. Pelayan itu sama sekali tidak berani mengangkat wajah, bahkan ketika berpapasan dengan Max Evans, dia hanya menyapa sedikit sambil terus menunduk sebelum tergesa-gesa keluar. Alis Max Evans sampai naik sebelah melihat tingkah pelayan itu. "Dia kenapa?" tanya Max seraya berjalan mendekati Serena. Serena bisa saja menjawab dan membahas ketakutan Nina, tapi dia memilih tersenyum dan mengangkat bahu. Tatap Max melirik laptop yang terbuka di atas meja, lalu membuang napas pelan. "Sayang, kamu baru pulang dari rumah sakit dan sekarang sudah mengerjakan tugas lagi?" tanyanya tak percaya. "Hanya sedikit. Tadi aku cuma ngecek email dari uni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status