Share

BAB 7| TAKDIR MENCOBA BERDAMAI

“Bagaimana, Flo? Kamu suka pekerjaan baru kamu?”

Gerakan tangan Flora yang hendak menuangkan air putih ke gelas sedikit tersendat karena pertanyaan Sakha. Bayangan tentang pekerjaannya hari ini kembali hinggap di pikirannya, membawanya kembali mengumpat dalam hati kepada Abraham yang telah membuat peraturan konyol tidak berperikemanusiaan itu. Tidak ada yang menarik di perusahaan selain fasilitas mewah dan tentu saja raut pucat Luna ketika Flora sengaja mempermainkannya.

“Suka sekali, Mas. Aku menemukan kesenangan baru di sana.” Tidak ada gunanya bagi Flora untuk berkata jujur. Susah payah dia mendapatkan izin dari Sakha untuk kembali bekerja setelah hampir tiga tahun mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga secara penuh.

“Syukurlah ....” Air muka Sakha tampak sedikit berubah ketika meraih cangkir kopinya. Dia mencuri pandang Flora beberapa kali sebelum bertanya dengan suara sedikit serak, “CEO di sana ... bagaimana? Apa dia memang sehebat yang dibicarakan orang-orang?”

Sejenak, Flora mengamati perubahan ekspresi suaminya yang kentara. Dari suaranya, Flora tahu Sakha mencoba mengontrol suaranya agar terdengar normal. Apa Sakha cemburu, khawatir jika Flora tertarik dengan Abraham? Cicak yang sedang melahap nyamuk pun tahu, bukan itu yang tengah Sakha rasakan. Ada hal lain yang mengusik pria itu.

“Ya, dia memang hebat. Taktis dalam bekerja dan insting bisnisnya luar biasa.” Mata Flora tidak lepas menganalisis raut wajah Sakha, mencoba membaca yang tersembunyi di sana.

Sakha mengangguk beberapa kali, tatapannya masih tertuju pada air kopi di cangkirnya. “Apa kamu ... kamu bisa membantuku, Flo?”

Suara penuh keraguan itu membuat Flora semakin tertarik. Dia mendekat, duduk di samping Sakha untuk mendengar penjelasan berikutnya.

“Aku mungkin belum menceritakan padamu selama ini, takut membuatmu khawatir. Sudah enam bulan ini perusahaanku mengalami defisit yang cukup tajam. Resesi tahun lalu yang menjadi dalang utamanya. Kami mungkin hanya bisa bertahan setengah tahun lagi sebelum semuanya habis. Apa kamu bisa membantuku bertemu dengan CEO perusahaanmu, Flo? Gane Brown adalah perusahan puncak untuk food and beverage. Aku mempertimbangkan untuk menjadi anak perusahaannya. Akuisisi.”

Butuh beberapa saat untuk Flora mencerna perkataan Sakha. Defisit? Di ujung tanduk? Ah, Flora bisa melihat segalanya dengan jelas sekarang. Tentang alasan Sakha memperbolehkannya bekerja di Gane Brown Corporation dan juga sikap murungnya akhir-akhir ini. Abraham Ganendra, pria itulah alasan utamanya.

“Apa benar-benar tidak ada jalan keluar lain untuk menyelamatkan perusahaanmu, Mas?” Flora bertanya memastikan.

Sakha membalasnya dengan gelengan lemah. Akuisisi untuk mendapatkan suntikan dana dan nama besar Gane Brown adalah jalan satu-satunya.

Kebetulan? Tentu saja Flora akan menyebutnya sebagai nasib baik. Entahlah apa yang sedang diperbuat takdir. Setelah menghantamnya begitu keras ke bebatuan terjal, dia kini seolah mencoba berdamai dengannya. Flora tersenyum miring seraya menyentuh bahu Sakha, berbisik lembut.

“Tenang saja, Mas. Aku pasti akan membantumu.”

***

Flora menutup buku catatannya seiring pembicaraan di meja itu menjadi lebih rileks. Abraham sesekali mengangguk menanggapi perkataan pria tujuh puluh tahunan di seberang meja yang tengah mengenang masa lalu.

“Aku ingat sekali dulu kamu masih setinggi ini.” Pria itu menggerakkan tangannya sedikit lebih rendah dari meja. “Lalu berlari-lari memintaku untuk menemanimu bermain lego. Astaga, siapa yang bisa mengira bahwa bocah sekecil itu tumbuh begitu menakjubkan, bahkan menjadi CEO paling gemilang?” Kekehan pria itu terdengar amat tulus, mata tuanya menatap takjub pada Abraham.

Meskipun tidak  begitu paham dengan masa lalu kedua orang itu, Flora ikut manggut-manggut. Setelah melakukan notula meeting siang ini bersama Djaya Pramana, seorang produser film kenamaan untuk membicarakan proyek kerja sama dalam sebuah mega film, Flora jadi menganggur. Mau nimbrung pembicaraan mereka juga sama sekali bukan ide yang bagus. Jadilah dia seperti bobblehead mobil yang hanya bisa menganggukkan kepalanya.

“Alangkah bagusnya jika Stella juga bisa sepertimu, Abra. Dewasa, brilian, dan juga—” Perkataan Djaya terhenti kala pintu di ruang rapat berdebum terbuka setelah mendapat dorongan yang keras dari luar. Tak lama setelah itu muncul seorang perempuan berbalut dress selutut di ambang pintu, wajahnya tertekuk.

“Kakek, katanya kita mau ma—Abra?” Mata perempuan di depan sana membulat sempurna ketika melihat Abraham yang duduk di salah satu kursi.

“Nah, baru juga dibicarakan. Cucuku sepertinya lebih berbakat menjadi cenayang dibandingkan model.” Djaya bergumam, menggelengkan kepalanya pelan.

Dalam sepersekian detik, wajah Stella—cucu Djaya—berubah sumringah, melangkah cepat ke arah Abraham duduk.

Flora berhitung cepat. Gestur Stella seperti ingin melemparkan dirinya kepada Abraham, memeluknya. Entah dari mana datangnya, Flora seperti bisa mendengar suara Abraham yang tengah mengucapkan poin pertama yang harus ia patuhi.

Jika kamu melihat seseorang mencoba menyentuh saya, kamu memiliki kewajiban mencegah hal itu terjadi.”

Flora mengumpat dalam hati seiring Stella yang semakin dekat. Dia bergegas bangkit dari duduknya dan merentangkan tangan lebar-lebar tepat sebelum Stella meraih lengan Abraham. “Maaf, Nona.”

Gerakan tangan Stella terhenti. Ruangan itu berubah sunyi ketika Stella melemparkan tatapan tajam kepada Flora, untuk kemudian dia bertanya dengan nada suara geram, “Who the hell are you?”

Sebelum Flora sempat menjawab atau menurunkan tangannya, terdengar tawa renyah Djaya. Dia bertepuk tangan pelan. “Sepertinya aku tahu apa yang terjadi. Kamu sama sekali belum berubah, Abra. Dan siapa tadi namamu? Flora, bukan? Aku suka sekretarismu, Abra.”

Flora menoleh dengan mata mengerjap dalam tempo lambat. Bukan, bukan karena ucapan Djaya yang terdengar seperti pujian itu, melainkan karena lengkungan kecil yang tercetak di bibir Abraham.

Ah, ternyata bos perfeksionisnya itu tahu juga caranya tersenyum.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
hmmm mo jatuh miskin y sakha....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status