Home / Romansa / Pembalasan Istri Kumal / Hadiah Pernikahan Dariku

Share

Hadiah Pernikahan Dariku

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2022-08-02 19:43:15

Sampai dirumah, aku siapkan segalanya. Kukeluarkan mobil dari dalam garasi dan memasukkan motorku kembali. Aku merasa agak canggung saat duduk dibelakang kemudi. Semenjak menikah, aku memang tak pernah lagi mengemudi sendiri. Mas Fandi  bahkan tak tau, istrinya ini bisa menyetir.

Aku menjemput Lala di sekolahnya, gadis kecil terkejut. Aku menjemputnya sebelum ia pulang.

"Ada apa sih ma?" Dia bertanya saat ku gandeng keluar sekolah.

"Gak ada apa-apa. Lala hari ini mau kerumah baru."

Gadis itu menatapku lekat saat kubukakan pintu mobil Ayahnya. "Mama sendiri? Mana Ayah?" Dia kembali bertanya saat melihat kedalam mobil.

"Ayah pergi keluar kota kan? Jadi kita akan pergi sendiri kerumah baru." Ucapku lalu menutup pintu mobil dan berjalan ke kursi kemudi di sisi yang lain.

saat aku duduk, Lala masih melihatku heran. "Mama bisa nyetir?" Diterlihat cemas.

"Bisa, Lala jangan khawatir ya, mama jago nyeri."

Lala tersenyum lalu memasang sabuk pengaman nya. Aku lalu mebawa Lala Ke rumah ku di Tawangmangu.

"Tante Raya... " Gadis itu menghambur keluar saat melihat Raya berdiri di pelataran rumah.

Raya sahabat kecilku, Kami tinggal dalam panti asuhan yang sama, dan selalu berkirim kabar saat Raya di bawa orang tua angkat kami. Lala memang sangat cocok dengan Raya. Karena itu, aku minta dia menjaga Lala selama aku pergi. Aku sudah menceritakan semuanya pada Raya, dan dia bersedia membantuku menjaga Lala.

"Lala tinggal disini ya? Nurut sama tante Raya." Gadis itu menganggukkan kepalanya. Hatiku sakit, mengapa mas fandi begitu tega melakukan ini pada kami.

"Titip Lala ya Ra, maaf aku merepotkan mu, aku tak tau harus meminta bantuan siapa lagi." Kugengam tangan Raya dan dia tersenyum.

"Tenang saja, Lala aman disini. Dengar Sri, sejak dulu kita saudara, dan selamanya akan tetap begitu. Kamu harus kuat, takdir boleh membawa kita tenggelam, tapi kita akan tetap berenang ke permukaan."  Raya mengusap punggungku perlahan. Kalimat itu yang selalu menjadikan aku kuat. Hidup sudah teramat kejam mempermainkan ku, dan tak akan aku biarkan sekali lagi aku di tenggelamkan.

Kutinggalkan gadis kecilku disana. Dengan beberapa orang yang siap menjaganya selama aku pergi. Melihat senyum Lala, ada dunia yang siap aku perjuangkan. Lala putriku tak boleh merasakan sakit yang aku rasakan.

Maafkan mama ya la, mama terpaksa melakukan ini semua.

***

Kulajukan mobilku meninggalkan rumah besar itu.

Sendiri, aku menuju ke Magelang, tempat pernikahan itu berlangsung.  Kuparkirkan mobilku di ujung gang. Rupanya saudara-saudara mas Fandi sudah disini. mobil mereka berjajar saat aku datang.

Apakah sudah mulai?

Aku mendengar suara mas Fandi di dalam Mix. Cepat aku berjalan masuk.

"Sah !" Kalimat itu terdengar keras, diikuti doa terpanjat. Kakiku lemas. Rupanya aku sudah terlambat. Pernikahan ini sudah terjadi.

Baru saja, kau bagi Hatimu dengan janji yang lain mas!

Aku duduk disalah satu kursi. Merasakan sesak yang menjalar, air mataku tumpah. Sebelas tahun pernikahan ini, harus berakhir dengan sebuah pengkhianatan.

Maafkan mama Lala, mama gagal membawa utuh Ayahmu kembali !

Kutata hatiku yang masih berkecamuk, aku tak boleh lemah disaat seperti ini. Merasa cukup mampu, aku memilih masuk, menemui mempelai yang tengah berbahagia itu. Belum banyak tamu yang datang, mengingat resepsi baru  akan ada malam nanti. Aku masuk mendekati ruang tengah yang hanya terisi keluarga inti.

Mereka tak menyadari kehadiranku. Hingga aku berjalan lebih dekat, aku menarik meja tempat mereka melaksanakan ijab qobul. Kini meja itu berganti dengan hidangan untuk menjamu keluarga inti.

Arrkkk!

Aku menarik kuat taplak yang menyelimuti meja. Makanan itu berhambur kelantai, bahkan tumpah mengenai baju mempelai dan beberapa keluarga.

"Sri ?" Mas Fandi menatapku terkejut. Menyadari kehadiranku mereka semua menatapku tajam.

"Mas, gaun pernikahan kita."  Wanita itu merengek, bergelayut pada lengan suamiku. Mas Fandi terlihat menenangkan madunya.

"Apa yang kau lakukan Sri ! Lihat, semua makanan ini tumpah sekarang!" Mas Robi menatapku kesal, namun aku kini siap menelannya bulat-bulat.

"Apa yang aku lakukan? Harusnya aku bertanya, apa yang kalian lakukan ! Manusia sampah!" Aku mengumpat balik mas Robi. Dia hanya diam melihatku yang selama ini terlihat lugu bisa juga membalas ucapannya.

" Selesaikan ini segera Fan, tamu akan banyak yang datang sebentar lagi. " Seorang lelaki paruh baya mendekat dan berbisik. " Kila ini juga istrimu sekarang, kau harus mendidik istri tuamu untuk menghormati pernikahan putriku!"

oh, rupanya dia ayah mempelai wanita!

" Tak perlu mengajari ku bagaimana menghormati orang pak. Ajari saja anakmu untuk menjaga harga dirinya. Apakah anda tak memberinya pelajaran, bagaimana bersikap agar tak mengambil milik orang lain?" Aku menatap tajam wajah dengan gurat tua itu.

" Wanita tak punya sopan santun. Pantas saja, kau anak yatim yang tak dididik dengan benar!" Dia mengumpat ku.

"Ya, aku memang anak yatim, tapi aku punya harga diri pak. Dan jaga ucapanmu sebelum aku lebih mempermalukan kalian dirumah sendiri!"

"Sri!" Mas Fandi meninggikan suaranya. Dia berjalan mendekat, menarikku untuk duduk di kursi.

"Jangan menyentuhku!"  Kutepis tangannya dengan kasar. Aku melihatnya terkejut.

"Sabar Sri, jangan buat mas malu" Bisiknya, namun justru membuatku semakin kecewa.

"Malu? Mas bilang malu? Sejak pernikahan ini berlangsung, kalian semua sudah tak punya malu!" Umpatku

"Jaga ucapanmu mbak, kamu sedang ada dirumah orang! Jangan seperti hidup di dalam hutan begitu. " Fani ikut menimpali.

Dasar wanita tak tau diri !

Aku berjalan mendekatinya, Fani justru membusungkann dada, seolah menantangku tanpa rasa takut.

" Selama ini aku ternyata memang hidup di hutan Fani. Hidup bersama monyet-monyet seperti kalian!" Kutunjuk wajah mereka satu persatu.

"Jaga sikapmu Sri ! Kau sudah keterlaluan " Mas Fandi terpancing amarah. Ia menarik tanganku dengan kasar.

"Jangan menyentuhku! Kau dan keluargmu yang keterlaluan, bisanya mendukungmu melangsungkan pernikahan  dengan wanita murahan itu!"

" Lancang kamu Sri!" Mas Fandi mengangkat tangan, bersiap memukulku.

"Jangan menyenyuhku sedikitpun Fandi Saputra ! Aku bisa membalasnya lebih kejam."

Mas Fandi terdiam, menatap wajahku dengan tajam, ia lalu menurunkan tangan nya. "Bagaimanapun Kila sekarang istriku, dan karena kau sudah tau, maka aku tak perlu menyembunyikan pernikahan ini lagi."

" Beri aku satu alasan mas, kenapa kau melakukan ini padaku?" Aku bertanya, jauh aku kemari hanya untuk mendengarnya memberikan aku jawaban.

"Karena mbak Kila lebih segalanya dari mbak Sri. Mbak gak lihat perbedaan kalian? Bagai bumi dan langit. Mbak Kila cantik, dengan kulit bersih dan bau yang wangi. Sementara mbak Sri, memang  mbak gak sadar diri?" Fani kembali membuat telingaku memanas.

Kutatap wajah istri baru suamiku, dia tersenyum mengejek. Lalu kembali kutatap wajah mas Fandi. "Jawab pertanyaanku mas!"

" Apa yang harus kujawab? Fani sudah mengatakannya. Aku mencintai Kila dan sudah menikahinya. Setelah ini aku mau kau pun bersikap baik padanya! duduklah, resepsi akan segera dimulai, akan ada banyak tamu yang mulai datang, jaga sikapmu!"

"Menjijikan !" Umpatku kesal lalu menghubungi seseorang. "Bawa kemari hadiah dariku !"

Mas Fandi masih mengawasiku dengan tajam, tapi beberapa orang mulai panik berlarian ke dalam.

Krompyak... brak! brak!

Tenda didepan rumah ambruk, membuat mas Fandi dan keluarganya membelalak tak percaya.

Makan hadiah pernikahan dariku mas!

Sebuah exsavator masuk dan mengeruk tenda itu hingga jatuh tak berbentuk. Janur kuning di jalan masuk bersama dengan sepasang tandan pisang rubuh juga bersamanya.

"Wanita gila! Apa yang kau lakukan pada pernikahnku?" Kila berteriak histeris sementara mas Fandi terlihat marah menatapku.

"Kau yang melakukan ini Sri?"

"Siapa lagi? Ini hadiah pernikahan dariku mas" Aku melipat tangan di depan, menatap wajah-wajah bertopeng itu satu persatu.

Ini masih permulaan, aku bahkan belum memberikan hadiah utamaku 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Lusi Hermed
mantap..... Sri Redjeki
goodnovel comment avatar
Arumni Arumni
perempuan lemah itu seperti semut
goodnovel comment avatar
Kesita Nani
Seru nih sepertinya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Kumal   Kejujuran

    Jani mengambil foto di tangan Leon dan memperhatikan lebih jelas, gadis bermata abu itu memang nampak sanggat bahagia bersanding dengan seorang anak lelaki kecil dengan rambut menutup poninya."Ini_" Jani menghentikan kalimat nya dan menatap ke arah Leon."Ya, itu aku. Meski tak kamu ingat kita adalah sahabat kecil Jani..Kata Jani berkaca menatap ke arah Leon, memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki nan tampan itu dengan seksama."Benarkah itu dirimu? sahabat yang kadang hadir dalam mimpiku, aku selalu bertanya itu kisah siapa, sebab ta ada yang aku ingat dari masa lalu ku selain karena sepenggal kisah yang ku denggar dari bapak yang membesarkan ku."Jani berkata dalam hati, air mata nya turun tanpa sadar, membuat wajahnya yang putih merona kemerahan sekarang."Ada apa sayang?" "Sekarang aku tau kenapa kamu begitu baik padaku." Ucap nya lirih.Ya, selama ini Jani selalu merasa bersyukur sebab masih di beri hidup lebih lama, mengucap terimakasih pada Leon dalam hatinya sebab memberin

  • Pembalasan Istri Kumal   Cerita rahasia

    "Karena kamu tau segalanya Jani, kamu kehilangan ingatanmu saat mengalami kecelakaan setelah bertemu dengan Lenzia, itu pertemuan terakhirmu, sebab Lenzia menghilang setelahnya." Leon menjelaskan dengan gamblang"Jadi aku pernah bertemu dengan Lenzia?""Ya, dan Aini mencoba juga untuk membunuhmmu."Sri dan Jani sama-sama terkejut, menghadapi kenyataan yang teramat berat sekarang. ""Dan wanita tadi adalah Aini? ." Ucap Jani membuat Sri menatap nya serius."Kalian sudah bertemu Aini?""Iya, kami tak sengaja bertemu dengannya saat aku turun membeli minum, dia hampir membunuh Jani.""Dia terus menyebut ku Lusia.""Ya karena itu yang dia tau, dia hanya mengenal nama Lenzia Jani." Leon kembali menjelaskan dan membuat Jani semakin diam."Dimana kalian bertemu Aini?" Sri penasaran."Di minimarket tengah hutan.""Begitu? aku harus segera mencarinya." Sri berdiri, dia ingin bicara lebih banyak namun Sepertinya Aini jauh lebih Penting sekarang."Sepertinya aku harus permisi dulu, kami sudah lam

  • Pembalasan Istri Kumal   Kenyataan pahit

    Sri tersenyum menyetujui, dirinya memang harus mengatakan banyak hal pada Jani sekarang."Saya janji tidak akan memaksa, bila nona Lusia berkenan saya pergi, saya akan pergi." Ucap Sri jujur, dia tak ingin mengusik Lusia yang sedang sakit namun jika wanita itu meminta penjelasan, Sri tentu saja lebih senang mendengarnya."Baiklah, hanya sebentar saja, tanyakan saja apa yang ingin kamu dengar dan setelah itu istirahatlah."Jani tersenyum dan mengganggukkan kepala. "Terimakasih sayang, terimakasih." Ucap Jani dengan wajah merona, mereka lalu masuk ke dalam kamar Leon.Leon meletakkan Jani ke atas tempat tidur, Jani bersandar pada tempat tidur nya dan Leon menyelimuti wanita itu hingga menutupi sebagian tubuhnya yang putih. Sri duduk di sisi ranjang, melihat betapa Leon memperlakukan Jani dengan istimewa, dia yakin lelaki ini memang tulus mencintai Jani."Katakan segera yang ingin anda katakan." Leon bicara dengan tegas, tak ingin Janin terusik lebih lama lagi.Jani menyentuh lengan keka

  • Pembalasan Istri Kumal   Amarah

    "Wanita ini menyebutku Lusia, Leon." Ucap Jani pada Leon membuat Leon juga merasa tak tenang."Dia menyebut Lusia, Leon! Dia tau Lusia!!" Jani terdengar panik, memeluk Leon dalam ketakutan.Leon mendekap mendekap erat Jani, menatap menatap marah pada apa yanh baru saja Aini lakukan, dia tak mengenal Aini, namunn beraninya wanita otu bahkan menyakiti orang yang sangat dia lindungi."Bawa dia pergi!" Ucap Leon kesal, dia ingin membuat. perhitungan pada Aini, namun menenangkan Jani jauh lebih penting sekarang.Leon melihat Aini di bawa paksa pergi, sementara Jani yang ketakutan merosot terduduk di lantai pelataran, dia terus menatap Aini yang menjauh, tak dapat lagi berpikir biaik, Jani berharap semua yang di lalukan bisa membuat nya mengingat sesuatu."Kamu baik-baik saja sayangku?" Leon tertunduk, mendekap Jani penuh penyesalan."Harusnya aku tak meninggalkan mu sendirian. sayang." Ucapnya merutuki kebodohan nya sendiri.Jani menangis kencang, tangisan yang entah kenapa tiba-tiba saja

  • Pembalasan Istri Kumal   Ingatan itu kembali.

    "Jauhkan tanganmu, siapa kamu!" Jani berteriak histeris, tatapannya melihat ke arah dalam minimarket"Kenapa kamu cantik? Aku benci saat kamu cantik!'" Ucap Aini kesal, tangannya terus mencoba menyentuh wajah Jani."Kemari kami sialan!" Aini meremas kuat kerah baju Jani, membuat ia gemetar karena histeris."Tidak!.... tidak!" Ucapnya kencang dan sebuah ingatan masa lalu kembali muncul....Jani melihat wanita berparas mirip dirinya berlari letakutan dengan perut membesar, entah apa yang sudah di lalui hingga gaun putih yang di kenakan berlumur darah dan tanah, dinginya malam bukanlah musuh terbesarnya, dia lebih takut jika bayi dalam dekapan itu lepas dari pelukan. "Jangan mencoba lari Lusia!" Teriakan itu begitu nyaringo dan lantang terdengar.Lusia gemetar dalam tangis, berjongkok pada rimbunya dedaunan kecil dan ilalang, berharap diri nya tak di temukan."Lusia!" Teriakan itu kembali terdengar, tubuh kecil Lusia semakin gemetar."Sabarlah sayang, mama akan membawamu pulang, kita ak

  • Pembalasan Istri Kumal   pertemuan tak terduga

    "Aku ingin tau apa yang terjadi Leon, aku mohon katakan sesuatu." Ucapnya meminta, segala hal yang menimpanya begitu menyiksa dan membuat dirinya bertanya."Perlahan saja sayang, kita akan bicara nanti." Ucap Leon lalu membawa Jani masuk ke dalam mobil mereka.Meninggalkan rumah kosong yang serasa tak asing bagi jani, rumah yang sepertinya sangat dia kenal namun tak bisa di ingat lebih baik.Mobil Leon membelah malam sunyi, melewati hutan yang lebat dengan hanya satu, ldua penerangan minim, mereka hanya berdua saat datang dan pergi, menyisakan kesunyian nyata setiap kali tak ada suara di antara mereka."Kenapa diam?" Tanya Leon, ia masih Melihat Jani terdiam Menatap ke luar jendela."Rasanya aku pernah ada di sini." Ucapnya sembari melihat ke arah rumah kosong di sisi jalan.Leon berhenti mendadak, menatap ke arah rumah kosong di sisinkanan mereka, rumah tangga memang sejak lama tak di tempati, namun kenapa Jani merasa pernah ada di sana?"Kamu yakin pernah ada di sana?"Jani mengangg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status