Share

Kediaman Rainhard

Kini Nayra berada di dalam taxi yang akan menuju ke kediaman Rain. Dia sangat gugup namun keinginannya membalas dendam membuatnya mengurangi kegugupannya. 

Selang beberapa menit, akhirnya Nayra telah sampai di depan rumah Rainhard. Mata Nayra tidak berkedip sama sekali akibat melihat rumah yang sangkanya adalah istana itu. Di tempatnya berdiri, Nayra menganga melihat betapa besar dan megahnya rumah dari seorang pria yang akan menjadi suaminya itu. 

"Wahh ... ini pasti bukan rumah, melainkan istana!" gumam Nayra. 

Perlahan Nayra mendekat namun di kedua sisi pintu terdapat dua seorang lelaki yang bertubuh besar membuat Nayra sedikit takut mendekat. Namun, terlihat kedua laki-laki itu berbisik.

"Dia pasti wanita yang dikatakan Tuan Rain," bisik salah satu bodyguard kepada temannya. 

"Melihat penampilannya yang cantik--kamu benar, dia pasti adalah Nona Nayra," jawab bodyguard yang satunya. 

Salah satu bodyguard itu mulai berjalan mendekati Nayra, "Anda pasti Nona Nayra, Tuan meminta anda untuk menemuinya di kamar spesial lantai dua. Silahkan anda masuk dan meminta pelayan yang menunggu anda di dalam untuk mengantar anda ke kamar spesial yang saya maksud. Silahkan Nona Nayra masuk," ucap bodyguard itu hati-hati dan penuh rasa sopan. 

"Baiklah!" Nayra tersenyum dan mulai melangkah masuk. 

'Wah, penjaga tadi sangat sopan dan sangat baik. mungkin di rumah ini aku bisa aman dan tenang nantinya,' batin Nayra. 

Tiba di dalam, beberapa pelayan mulai menyapa Nayra dengan rasa sopan. 

"Nona Nayra, mari saya antar ke kamar spesial. Tuan Rain telah menunggu anda dari tadi," ucap salah satu pelayan yang ramah sembari menggandeng tangan Nayra dengan akrab.

Nayra hanya tersenyum dan merasa kalau pelayan yang tengah menggandeng tangannya bukanlah pelayan biasa. Hingga Nayra memberanikan diri untuk angkat bicara, "Apakah ini pertama kalinya Rain membawa seorang wanita ke rumahnya?" tanya Nayra blak-blakan. 

'Aduh, kenapa aku malah bertanya hal yang tidak penting sih! Apa hubungannya denganku jika dia pernah membawa wanita lain. Aku pasti hanya gugup jadi tanpa sadar bertanya omong kosong seperti itu!' batin Nayra.

"Saya berharap anda adalah wanita terakhir." Dengan nada rendah pelayan itu anagkat bicara. 

Nayra tersenyum sinis, firasatnya ternyata tidak salah kalau Rainhard suka bermain dengan seorang wanita. 'Aku yakin, wanita-wanita itu pasti hanya mengejar uangnya. Aku bahkan tidak percaya kalau ada seseorang yang tertarik dengannya yang terkenal berdarah dingin dan kejam.' Nayra membatin.  

Untuk menuju ke lantai dua,, mereka menggunakan lift agar tidak memakan waktu yang banyak. 

Di lift, pelayan yang mengantar Nayra angkat bicara, "Apa anda gugup?" tanya pelayan yang bernama Lisa itu menggenggam tangan Nayra untuk menenangkannya. 

"Kenapa aku harus gugup? Oh iya, siapa namamu?" tanya Nayra mengalihkan pembicaraan. 

"Astaga, aku lupa memperkenalakan diri. Nona, peerkenalkan namaku Lisa. Bisakah anda merahasiakan kesalahan saya ini kepada Tuan Rain? Soalnya, Tuan Rain pasti marah jika saya lagi-lagi lupa memperkenalkan diri." Lisa menunduk menyesali perbuatannya. 

"Hmm ... gimana yah.  Asal kamu juga mau membantuku, maka kita impas," jawab Nayra tersenyum penuh arti. 

"Baik, Nona. Apa yang perlu saya bantu?" tanya Lisa lirih.

"Bukan sekarang, tapi lain kali!" jawab Nayra lagi-lagi tersenyum.

"Baik, Nona.  Saya berutang kepada anda," ucap Lisa.

"Lisa, untuk kedepannya aku memerlukan bantuanmu," ucap Nayra tersenyum. 

Lisa mengangguk dan tersenyum.

Tiba di depan kamar Rainhard, Nayra merasa gugup dan memperbaiki penampilannya. Hingga Lisa angkat bicara, "Tuan, Nona Nayra telah datang!" ucap Lisa dengan nada meninggi namun terdengar sopan.

"Pergilah! Biarkan dia masuk!" pinta Rainhard dingin.

"Baik, Tuan."

"Nona, jangan membuat Tuan marah, yah. Jangan sampai dia ...." Lisa tidak melanjutkan perkataannya dan memilih pergi.

"Jadi, dia ingin membuatku mati penasaran. Dia malah tidak melanjutkan perkataannya!" umpat Nayra bergumam kesal kepada Lisa karna Lisa tidak melanjutkan perkataannya.

Kini hanya ada Nayra dengan segala kegugupannya. Lisa telah pergi dan itu membuat Nayra enggan untuk membuka pintu kamar spesial yang di dalamnya terdapat Rainhard yang sedang menunggu. 

Hingga suara panggilan Rainhard dari dalam kamar menyadarkan lamunan Nayra. 

"Kenapa tidak masuk?" tanya Rainhard berteriak dari dalam kamar. 

Nayra tersadar dan memberanikan diri untuk membuka pintu kamar spesial itu. Saat pintunya dibuka,  terlihat Rainhard yang tengah berdiri membelakanginya dengan baju tidur kimono yang melekat di tubuhnya. Kelihatannya Rainhard telah bersiap-siap menyantap Nayra. Nayra yang masih berdiri mematung dikejutkan saat Rainhard angkat bicara dengan nada suara yang dingin. 

"Kenapa diam saja? Tutup pintunya kemudian mulailah lakukan tugasmu!" pinta Rainhard dingin tanpa berbalik. 

Nayra sangat gugup dan melangkahkan kakinya secara perlahan dan menutup pintu kamar itu. Rasa takut mulai menghantui Nayra, pikirannya tidak sejernih biasanya.

"Aku tidak memintamu ke sini untuk membuang waktuku. Jika kamu masih tidak tulus melakukan ini semua, kau bisa pergi tapi ingat ... jangan salahkan aku jika aku membatalkan pernikahannya dan membuatmu seumur hidup, menanggung malu. Kau tahu sendiri siapa aku. Aku adalah Rainhard Aldrick, siapapun yang berani terhadapku ... aku akan membuat hidupnya mendetrita!" ucap Rainhard dengan nada dingin namun terdengar mengancam. 

Nayra semakin tegang dan memberanikan diri melangkahkan kakinya meski sebenarnya dia sangat takut dengan apa yang akan terjadi nanti. Saat langkah Nayra sedikit lagi mencapai Rainhaard, Rainhard angkat bicara dengan suara dingin dan rendah, "Buka semuanya!" pinta Rainhard.

"Haaah?" Nayra menghentikan langkahnya dan hanya menganga. 

Rainhard membalikkan badan kemudian menatap Nayra dengan tatapan merendahkan, "Aku bilang ... buka semua pakaianmu!" pinta Rainhard.

Nayra hanya terdiam menunduk dengan tangan menggenggam erat dressnya. Bagaimana bisa ia seberani itu membuka pakaiannya di hadapan seorang lelaki.

"A-aku ... tidakkah kamu ingin melihat bintang?" tanya Nayra gugup dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Rainhard tersenyum, "Aku tidak suka buang-buang waktu. Jika kamu tidak melakukan perintahku ... kau bisa pergi dari sini!" tegas Rainhard. 

"Bukan begitu, Rain. A-aku ... maksudku ini terlalu--" 

Belum sempat Nayra melanjutkan perkataannya, Rainhard langsung memotong, "Buka semuanya!" pinta Rainhard kembali. 

BERSAMBUNG ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status