Pascal telah mencintai Petra sejak lama, dan pernikahan mereka seakan menjadi bukti cinta yang abadi. Namun, Pascal tidak pernah tahu bahwa Petra memanfaatkan dirinya untuk sebuah tujuan tersembunyi. Ketika akhirnya Petra harus pergi untuk sebuah misi rahasia, Pascal yang merasa dikhianati mengurungnya di mansion mewah mereka. Di balik tembok megah, rahasia demi rahasia terungkap. Pascal mengetahui bahwa misi Petra adalah untuk menangkapnya sebagai dalang di balik pembunuhan putra gubernur. Di tengah intrik dan pengkhianatan, cinta mereka diuji hingga batas terjauh. Akankah Petra berhasil melaksanakan misinya dan menghancurkan hati Pascal yang telah mencintainya dengan tulus? Ataukah cinta mereka akan menemukan jalan di tengah kegelapan yang mengancam untuk menelan mereka berdua?
View MoreCHAPTER 1
/Cassandra's Point of View/ I stood as though my feet were nailed to the floor. The world around me came to a stand-still that even a graveyard couldn't compete with. Alpha Stephen's words had taken me by surprise.He brought his fingers to my face and wiped off the tears I didn't realize I had been shedding. "Don't think too much about it, sweetheart, now that your mom and dad are dead, there is no one to take care of you—""I cannot marry you, Alpha!" I yelled at the top of my voice, cutting him short. His eyes widened in utter surprise... why is he surprised? that a poor omega like me could reject a rich alpha like him?He closed his eyes with his eye brows furrowed. His nose flared as he drew in small puff of air. Then, he opened his eyes and I saw the bright red color they had turned to, which was different from their usual blue color. "Cassandra, I will say this one last time..." He said through gritted teeth, "Marry me."My lungs felt constricted, like it had been emptied completely. Small gasps escaped my lips as I sucked in a few dissatisfying breaths. Death felt like the only solution to this problem.Suddenly, I felt him wrap his hands around the back of my neck. I shrieked when the pain that followed caught me unawares... He gripped my neck and dug his sharp claws into my skin, I tried to cry for help, but the only people around were on the other side of the locked door— and they wouldn't do anything against the alpha. I was helpless!My cries came out as whimpers while he dug deeper into my flesh, aiming for my jugular. His eyes had turned completely red at this point and the atmosphere around us had darkened. For a fifty year old man, alpha Stephen was still as powerful as my parents used to describe him.He brought out his wet tongue and ran it across my neck and up to my face. "If you do not accept my proposal, then you and your baby brother would become slaves! I will turn you to my dirty little whore whether you like it or not!"My eyes burned with hot tears as his fingers tugged in between my flesh. "Please—" Was all I could let out."One last chance!!" The impatience in his voice could no longer be masked. What a sick bastard, I am only eighteen for crying out loud! I was still in the black dress from my parents' funeral, I was still mourning their deaths!"Y-yes." I whispered amid tears.Just as the words left my lips, his red orbs gradually changed back to their original icy blue color. He pulled his claws out of my neck and I fell to the floor almost coughing my guts out. The wounds he inflicted on me had begun healing.I looked up and saw the smile that had enveloped his face, his grey beard more visible from down here.He pushed off the strands of golden hair from my face to the back to my ears and pulled me up. "I can't wait to taste your innocence."*** FIVE YEARS LATER...The sky gloomed with a mournful ambiance as I watched the remains of my late 'husband' get buried into the earth. A heaviness lingered in the air around me, blocking my airways and making it hard to breathe.All the pack members surrounded the coffin, paying their last respects to their alpha. As for me, I had no respect for him, not an iota. But for the sake of it, I shed a tear or two, he did serve a purpose in his lifetime. At that moment, I felt a sudden sense of freedom, a feeling I had not experienced in years. Dare I say that freedom tastes sweet?, like a strawberry from the heart of Europe. I was done pretending to be the perfect little wife. 'Wife' was just a fancy word for his punching bag. The old bastard derived from hurting me, from making me cry.I looked up and my eyes connected with his children's on the opposite side of the grave. All five of them were busy staring daggers at me. How is it my fault that their old father died of a heart attack?Pfft! Who cares? I had nothing holding me back, thank the heavens I bore him no child. All I had was Ethan, my baby brother. I already had my bags packed, and Ethan was waiting in the car to drive us both out of this hell hole.After the ceremony, I managed to leave peacefully without another drama from the alpha's two daughters, Rhea and Heather. And just like that, I got into the red Ferrari that the alpha had bought for me on my birthday. Ethan revved up the engine and just like that, we were out of that suffocating town. After hours of driving, we came to the big city of Azaunah. The number one city in the werewolf world—where you can find the richest werewolves. The most famous people in the city were the alphas, also called the Wesley brothers. Their faces were all over the tabloids, billboards, you name it. It was time for a change and I knew this would be the place to start.Ethan drove us to a nice-looking neighborhood, and after a few minutes, he stopped right in front of a white building. We got out of the car and took out our luggage, then we made our way into the condo which I had bought a week ago. This was our new home! We needed a fresh start...a place far away, where no one knows who we are, and we just found it.Here I was, in a new town, wanting to build a better life for my brother and me.Little did I know that my fate was about to change drastically...Petra terbangun keesokan paginya dengan kepala terasa berat dan tubuh yang lelah. Matahari pagi menyelinap masuk melalui celah tirai kamar, menerangi ruangan dengan cahaya hangat. Petra duduk di tepi tempat tidur, mencoba mengingat kejadian semalam. Dia hanya mengingat dirinya duduk di meja bar, meneguk minuman amer, tetapi selebihnya, semuanya terasa kabur.Dengan enggan, Petra bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan menuju dapur. Aroma roti panggang yang harum menyambutnya begitu dia memasuki ruangan. Pascal, suaminya, sudah menyiapkan makanan di meja makan dengan setelan kemeja hitam tanpa dasi atau jas. Di hadapannya, ada berbagai wadah selai roti yang tersusun rapi."Good morning, my wife," sapa Pascal dengan senyum lembut. "Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Bagaimana perasaanmu?"Petra mengangguk pelan, duduk di kursi di seberang Pascal. "Aku merasa sedikit pusing, tapi terima kasih sudah menyiapkan sarapan," jawabnya sambil mencoba tersenyum.Pascal menyodorkan sepiring
Petra berlari secepat mungkin, nafasnya tersengal-sengal. Pemotor itu sudah meninggalkan motornya dan berlari ke dalam jalan sempit yang minim penerangan. Petra berusaha keras untuk tidak kehilangan jejaknya. Bayangan gelap menyelimuti sekelilingnya, hanya beberapa lampu remang-remang yang memberikan sedikit penerangan.Di ujung jalan, Petra melihat sebuah pintu dengan cahaya samar keluar dari celahnya. Dia mendekat, menyadari bahwa itu adalah klub malam rahasia. Untuk masuk, dia membutuhkan kartu member, tetapi dia tidak punya. Dengan hati-hati, Petra memutuskan untuk pulang dan menyusun rencana."Petra!" Liam berhasil menyusul."Liam, dia masuk ke dalam klub malam. Tapi kita tidak punya kartu member. Kalau pun masuk sebagai polisi tetap tidak bisa karena tidak memiliki surat tugas untuk melakukan hal ini," kata Petra."Apa kau melihat wajahnya?" tanya Liam."Tidak. Dia menggunakan masker dan poni rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Tempat ini juga cukup gelap untuk mengenali waja
"Pascal, setelah tahu aku hanya memanfaatkanmu, kenapa kau tidak menceraikanku atau membunuhku?"Petra telah kembali ke rumah besar mereka sebagai pasutri. Namun kembalinya ke rumah ini justru menyadarkan Petra akan sikap Pascal yang tetap menganggapnya sebagai istri."Apakah yang kuucapkan tidak cukup kau pahami? Sekali kau menjadi istriku, takkan kulepaskan kau sampai akhir hayatku." Tegas kata-kata Pascal dengan raut serius. Tetap tidak meluluhkan hati Petra untuk percaya perkataan laki-laki.Karena Petra memiliki trust issue, mengingat sifat pria biasanya tidak puas hanya dengan satu wanita. Terlebih Pascal adalah pria muda mapan yang kaya raya. Kehidupannya dikelilingi para wanita.Petra mendengus. "Seberapa penting bagimu pernikahan ini?""Sangat penting selama itu adalah dirimu," ucap Pascal."Pascal, ini tetap tidak masuk akal." Petra menunduk, memegangi keningnya. "Katakan yang sejujurnya. Kau ingin memanfaatkanku untuk hal apa?""Tidak ada." Pascal menjawab pendek."Kenapa t
Pascal menutup layar laptopnya kemudian tersenyum samar. Dihampiri seorang bawahan yang melapor, Pascal kemudian beranjak pergi dari sofa.Dia memasuki ruangan gelap, menemui seseorang yang tampak terikat tali di kursi. Cahaya rembulan dari jendela memperjelas wajah tawanan itu."Kau telah melukai kekasih hatiku dengan tanganmu. Apakah aku harus melakukan hal yang sama kepadamu?" Bayangan perawakan tegap Pascal berada di dalam sisi gelap yang tak terjangkau cahaya."Siapa kau? Apa kau punya dendam pribadi padaku?" sahut tawanan itu yang merupakan seorang pria.Tidak ada luka atau jejak bogem mentah di wajah tawanan alias pencopet tadi siang. Pascal belum menyuruh anak buahnya bertindak selain membawanya ke sini."Aku tidak mengenalmu. Aku tidak peduli tentangmu. Tapi setelah kau membuat wajah wanitaku terluka. Aku tidak tinggal diam."Pascal tidak membiarkan siapapun melukai tubuh Petra. "Yang boleh melukainya hanyalah diriku." Dia menekankan kalimatnya. Menegaskan bahwa wanita itu ad
Petra terbangun dari tidurnya. Saat matanya membuka, sosok Pascal terlihat di sampingnya.Pascal, suami yang tampan namun misterius ini, terbaring dengan tenang sambil memeluknya, seakan-akan tidak memiliki masalah hidup.Petra heran dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya tidur seranjang dengan seorang kriminal ini. Pada nyatanya, naluri Petra tidak siap melihat Pascal diborgol polisi. Walau sepertinya Petra ragu kalau orang kaya seperti Pascal bisa dipenjara."Pascal, kau harus pergi." Petra mengguncang tubuh Pascal. Pascal terbangun karena terganggu. "Kenapa kau tidak pulang ke rumahmu? Lepaskan pelukanmu dariku, aku harus bersiap untuk bertugas.""Aku tidak mau pulang jika tanpamu," sahut Pascal dengan suara yang masih serak. "Aku ingin memelukmu lebih lama lagi." Dia mempererat pelukannya, merengkuh tubuh kurus Petra yang terlihat lebih kecil di tubuh besar pria itu."Nanti aku terlambat. Menyingkir lah!""Apa kau tidak mau menangkapku? Ayo borgol tanganku." Pascal bercanda.Petr
"Mudah saja kami menemukanmu karena suamimu cukup mencolok," kata ketua tim. Jemy."Sekarang kita akan kemana? Ke markas?" tanya Petra.Jemy menggeleng. "Tempat itu berbahaya untukmu sekarang. Karena kepala kepolisian sudah disuap, sedangkan suamimu pasti mencarimu. Kalau ada yang melihatmu di markas, kemungkinan besar kau akan diseret lagi oleh suamimu."Petra menghela napas lelah. "Lalu aku harus bersembunyi di mana?" gumamnya sambil memandang ke luar jendela mobil."Apartemen Amora untuk sementara waktu," ujar ketua tim.Petra beralih menatap Amora yang duduk di sampingnya. Amora tampak mengangguk seolah menyetujui hal tersebut.Tidak lama kemudian mobil yang dikendarai Jemy berhenti di depan apartemen lima lantai. Mereka turun, menaiki tangga menuju lantai tiga. Setelah menekan tombol kata sandi, Amora mempersilahkan mereka masuk."Apa kau membawa ponselmu, Petra?" tanya Jemy."Tidak. Pascal tidak memberiku akses ke benda elektronik mana pun.""Bagus. Dengan begitu mereka tidak mud
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments