MasukDengan lantangnya kau ucapkan kata talak. Lalu, dengan mudahnya kau memintaku untuk kembali. Maaf, Mas ... aku tak bisa! Asal kau tahu, rujuk tak semudah cerai!
Lihat lebih banyak"Adam, I know you're in there! I won't leave until you come out and take responsibility for your actions!" She yelled, shaking her fists angrily.
"My husband isn't home. Now, please leave before I call the cops!"
"That's what you'd like, huh?" She scoffed with contempt. "I'm not leaving till Adam knows what he did to me."
"What he DID to you?" I ask, perplexed.
"He didn't tell you about that night, did he?" She smirked wickedly. "Well, tough luck, sweetheart. I'm pregnant and he's the father."
She's . . . Pregnant?
But I'm pregnant for him, too. . .
TWO MONTHS AGO
I walk into the office with the most composed face I could pull and ignore everyone's curious looks. I frantically pull out the computer records and start inputting data.
I'm never taking the bus again.
Half an hour later, when I see that I'm barely on the seventh page of the document, I let out an exasperated sigh.
I have so much work to do! How will I ever make it on time?
Focus Payton, you can do this. You like this job, and you can't afford to lose it.
Just then, my phone pings. It must be Thea . . .
T- Hey, girl!
T- Just wanted to text you and congratulate you!
P- Hi, Thea . . .
P- Congratulate me on what?
T- You've been working for Adam Owens for a month now, and you still haven't gotten fired!
P- Jeez, thanks for believing in me, T
T- That's not what I meant and you know it.
T- You're the first assistant to make it this far in a year
P- Yeah, he replaces staff just as regularly as he brushes his teeth.
P- Trust me, I've seen it with my own eyes. Don't need a reminder.
T- I guess you can do that when you're a famous music producer and the number one handsome bachelor.
T- According to Gossip Today, at least!
P- You sound like a walking ad . . .
P- But I know what you mean
P- Working for Adam isn't exactly easy
P- He's very hard to please.
T- I bet.
P- Thea! You're always so crude!
P- Anyway I have to go. Adam wants me in his office.
T- Oulala! Remember to use protection
Great, so much for that.
I walk into Adams office and find him looking at some papers. "You wanted to see me, sir," I squeaked, my cracking voice betraying my fright.
He glances up and pierces me with his eyes. "Yes, have a seat."
Adam leaned back on his chair and crossed him arms. His lips are in a thin, straight line, and his eyes narrowed on me.
Oh no! This is it. I'm about to be fired!
With shaky legs, I take a seat in front of him.
I think I heard somewhere that flattery gets you everywhere. Time to test that theory.
"You look lovely today, Mr. Owen. I really love your tie. And your skin is fantastic, what kind if product do you use?" I questioned with a bright wide smile on my face.
"Soap," he grunted.
"Oh . . . any special kind of soap?" I laughed halfheartedly.
"Payton, what is this about?" He frowned.
"I'm afraid you're going to fire me," I lamented. "I'm really good at my job, and if you just give me a chance--"
"Payton, please stop talking." He said, raising a hand to shush me. There's a brief pause before he continues. "I'm not going to fire you."
"You're not?" I ask appalled.
"No. So calm down and breath. You remember how to do that, don't you?" He instructed.
I close my eyes and release a breath I didn't know I was holding. I open my eyes a moment later, and I notice that he's much closer to me now.
He's leaning over his desk, watching me carefully. Then he rakes a hand through his hair and sighs, and I find myself wanting to do the same.
Get a hold of yourself, woman. I shouldn't be making googly eyes at my boss!
I take another deep breath and blink rapidly to shake off the feeling I just had. "So . . . Why did you call me in here?" I questioned now that I was calm.
"I'm travelling to Las Vegas tomorrow to get an exclusive contract with a new Pop star singer, ' Ginger Stale'." He explained.
"Oh, that sounds fun. I'll make sure to handle everything you need."
"I'm sure you will," he stated and started flipping pages of a book on his table. "We're flying out tomorrow, could you book the tickets?" He asked.
"I'm sorry . . . Did you say "we"?" I fumbled.
He raised his eyes from his work and glanced at me. "Is there a problem?"
"Only two tickets? Is anyone else joining us?"
"Nobody that I'm paying for," he answered nonchalantly.
What a vague answer.
But still, this is good news. Here I thought I was getting fired, and instead, I'm going to Vegas!!
"Payton?" He called, bringing me out of my mind.
"Yes?"
"You may leave now," he dismissed.
"Oh, yes. Of course. I'll go and book the tickets for us," I said standing up.
"First class."
"Of course," I nodded. I went straight to my office and git on it immediately.
THE NEXT DAY
When we got to the hotel, I immediately went to deal with our reservation and pick up our keys.
I find Adam in the lobby, scrutinizing the painting of a naked woman. As soon as I'm next to him, his eyes are back on me.
"Oh my God. It's so beautiful in here," I lamented, my voice showing awe. Adam didn't seem very impressed though.
"There's dust on that painting," he remarked.
"Is there?" I squint my eyes at the painting, "I don't see anything."
"And do you hear the music?" He scoffed. "They could do so much better than playing this elevator nonsense in a loop."
"To be honest, I don't mind," I shrugged. "This is all above my pay grade. Even that plane was amazing, and I took economy class."
"Speaking of that . . . When I said first class, I meant for you too."
"Oh, really?" Warmth spread across my cheeks.
He wanted me there with him?
He continued. "The flight attendant kept asking me what kind of coffee I like, and I completely forgot. It's been years since I had to remember such frivolous details as that."
The colour drained from my cheeks. Of course he didn't want me there for my company.
"I'm so sorry, sir!" I apologized, "I should have --"
"Payton," he cut me off, "if you want to make it in this field, you have to stick to your guts. Never, EVER, apologize." He instructed and I quickly nodded.
"I have something to discuss with you. We need to find our rooms."
POV Prabu.***Kata syukur tak hentinya kupanjatkan, hari ini acara ijab Qabul telah usai. Ya, satu bulan setelah aku melamar Sesil, kami segera menentukan tanggal berapa pernikahan akan kami adakan. Dan pilihan kami jatuh pada hari ini. Hubungan ini kami bangun dengan awal yang baik, dengan berharap Tuhan pun juga memberikan kebahagiaan dan kebaikan dalam rumah tangga kami. ****Satu tahun telah berlalu, usia pernikahan kami sudah satu tahun. Selama ini Sesil sudah menjadi sosok istri yang begitu hormat dan patuh padaku. Menjadi sosok istri yang kuidamkan. Jilbab selalu membingkai wajahnya dan menutupi mahkotanya, aku suka.Namun sayangnya, di usia satu tahun pernikahan Tuhan tak kunjung menitipkan keturunan untukku di rahim Sesil. Tapi itu tak mengapa. Kami pun juga tak pernah mempermasalahkan soal itu. Bahkan kami pun tak pernah membicarakan soal hal sensitif itu.
POV Prabu.*Satu Tahun Kemudian****Satu tahun telah berlalu. Selama itu pula aku terus mencoba mendekati Sesil. Namun siapa sangka, dia menjadi sosok perempuan yang mampu menjaga marwahnya sebagai seorang perempuan. Bahkan saat aku berkunjung ke rumah nya pun aku hanya disuruh duduk di teras rumah. Ia sama sekali tak mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.Sikapnya yang seperti itu mampu membuatku semakin mengagumi sosok akan dirinya. Ia pun juga menjadi perempuan yang pekerja keras. Usaha yang telah dibangun selama satu tahun olehnya kini mulai menampakkan hasilnya. Setahu aku, ia tak pernah patah semangat. Beberapa bulan merintis usaha toko roti selalu mengalami kerugian. Kalau pun tak rugi, hanya sekedar balik modal.Kini aku semakin percaya, kalau usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Kini Sesil telah memilih tinggal di rumah yang ia sewa. Ia sudah tak mau lagi tinggal di rumahku. Tak enak, be
POV Sesil***Suara ponsel berdering, namun bukan ponsel milikku. Ternyata ponsel Rina lah yang berdering. Beberapa detik kemudian benda pipih itu ia dekatkan di telinga kanannya."Halo, Bu," ucap Rina dengan seseorang yang ada di seberang telepon.Hening."Sudah di rumah?" Dengan nada yang terdengar sedikit kaget, Rina kembali berucap.Hening."Iya. Sebentar. Tadi dia nggak bilang mau datang ke rumah, makanya aku janjian sama Sesil."Hening."Baiklah, aku segera pulang, Bu." Terlihat Rina menjauhkan kembali ponsel dari telinganya. "Sil, maaf ya aku pulang dulu. Temen aku tiba-tiba sudah nyampek rumah. Padahal dia tidak bilang apa pun kalau mau datang ke rumah," ucap Rina sembari memasukkan ponselnya ke dalam tasnya."Ok, nggak apa-apa," jawabku."Nggak usah. Biar aku yang bayar. Kan aku yang ajak kamu ketemuan," ucapku sembari mendorong tangan Rina yang men
Pov Prabu****Dua Minggu kemudian*Pagi yang begitu cerah. Para kerabat dekat silih berganti berdatangan untuk menghadiri acara pernikahan Mayang. Ada rasa haru di dalam kalbu. Aku berjalan menuju di mana Mayang berada.Aku melangkah pelan. Saat aku sudah berada di ambang pintu kamar Mayang. Ternyata di sana ada Ibu dan Mayang yang sedang saling berpelukan. "Sudah siap, May?" ucapanku membuat pelukan itu terurai. Mereka berdua menoleh ke arahku secara serentak. Bahkan terlihat mereka berdua masing-masing menyeka sudut matanya. "Keluarga Ricko sudah tiba," ucapku. Mayang dan Ibu saling berpandangan. Terlihat Ibu meraih tangan Mayang dan sedikit meremasnya, seolah-olah seperti memberi kekuatan. "Ayo kita ke depan," ucap Ibu yang dibalas anggukan oleh Mayang. "Dada Mayang berdebar, Bu.""Ah, kamu seperti gadis yang baru pertama kali menikah
POV Prabu.***Acara berjalan sesuai yang kami harapkan, hingga mendapatkan keputusan pernikahan akan diadakan dua minggu lagi dan kedua belah calon mempelai memutuskan untuk mengadakan acara sederhana saja. Yaitu hanya sekedar acara ijab Qabul dan syukuran yang dihadiri kerabat dekat saja.Hati ini terasa lega saat ternyata Ricko serius dengan apa yang diucapkannya. Serius kalau ia benar-benar ingin mempersunting Mayang. Satu yang akan selalu kuingat akan janjinya 'Penggal kepala saya jika Mayang kembali pulang dalam keadaan menangis!'Ternyata ada sosok lelaki yang begitu berani. Mudah-mudahan saja kelak ia tak akan pernah mengecewakan Mayang, apalagi hingga membuatnya menangis agar aku tak susah payah untuk memenggal kepalanya."Kak Sesiiiilll ...." Teriakan Mayang menyadarkan lamunanku. Terlihat Mayang berlari ke arah Sesil lalu menghamburk
POV Prabu.***Mobil kembali melesat membelah jalan raya yang terbilang lumayan ramai. Tanpa sadar senyum di bibir kembali merekah kala mengingat wajah cantik yang terbingkai oleh hijab. Debaran aneh terasa di dalam dada. Debaran yang tak pernah kurasa, kala wanita itu masih sah menjadi milikku.Apakah aku jatuh cinta? Atau hanya sekedar mengagumi perubahan dari penampilannya?Sesaat kuusap wajahku, berharap bayang-bayang wajah Sesil tak lagi menari-nari di pelupuk mataku. Kembali aku fokus membelah jalan raya.Tak berselang lama aku telah sampai di tempat tujuanku. Kuparkir kendaraan roda empatku di tempat biasanya. Bergegas kubuka pintu mobil.Pintu kuketuk dengan diiringi salam.Satu kali.Dua kali.Tak berselang lama daun pintu terbuka, hingga terlihatlah sosok perempuan yang pernah bert






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen