Share

Bab 6

Author: Irhen Dirga
last update Last Updated: 2020-09-21 18:18:30

Ketika para orang tua sedang berbicara di ruang keluarga.. Alice dan Zach berdiri di dekat kolam renang dengan mengobrol, sedangkan Angelica melihat-lihat ruang-ruang lain yang berada di lantai atas karena Alice menyuruhnya untuk melihat-lihat selagi ia dan zach menghabiskan waktu mengobrol. “Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Dayton. Angelica terkejut dan hampir saja melompat. “Kamu mengejutkanku” “Kamu terlihat mencurigakan,” sindir Dayton. “Jadi kamu mencurigaiku?” “Aku tak mengatakan bahwa aku curiga,” ujar Dayton lalu duduk di sofa dekat beranda. “Tapi maksud perkataanmu sudah mengatakannya jelas” “Ya sudah, aku mau tanya.” “Menanyakan soal apa?” “Aku tak pernah habis pikir jika ternyata Alice bersahabat denganmu, aku pikir sahabatnya adalah Mutia,” kata Dayton. “Aku sudah lama tak bertemu Alice dan baru bertemu dengannya hari ini,” ujar Angelica. “Aku pikir kamu sedang mabuk-mabukkan lagi.” “Aku baru saja pulang dari syuting Rihana dan aku langsung kemari, aku tak punya waktu dan alasan untuk mabuk hari ini,” jawab Angelica. “Syukurlah, karena jika kamu mabuk aku tak di apartemen,” sindir Dayton. “Haha, jangan menggodaku, Tuan.” “Kamu mewarnai rambutmu?” “Apa tak cocok?” “Tidak juga.” “Aku pun merasakan hal yang sama bahwa aku benar-benar terkejut jika ternyata kamu adalah kakak Alice yang sering ia ceritakan padaku,” sambung Angelica. “Maafkan Alice yang mengatakan kepada keluarga calon suaminya tentang aku yang adalah calon istrimu.” Sepeninggalan keluarga Hilston, Lucia memeluk Angelica karena sahabat putrinya itu sudah mau hadir dan memenuhi undangan Alice, Angelica hanya bisa tersenyum melihat kasih sayang yang di tunjukkan Lucia padanya, benar-benar terasa seperti ibunya sendiri. “Mom, jangan terus memeluknya,” ujar Alice. “Aunty mengucapkan terima kasih karena kamu sudah hadir di sini,” ujar Lucia. “Iya, Aunty, saya juga berterima kasih karena jamuan dan sambutannya hari ini.” “Jangan berterima kasih, Nak, teman Alice berarti kami anggap seperti keluarga sendiri,” sambung Rayoen. “Apa kamu tak mau menginap saja di sini, Nak?” tanya Lucia. “Maafkan saya, Aunty, tapi besok saya harus bekerja,” jawab Angelica, tak enak hati. “Terus, kamu bagaimana, Nak?” tanya Rayoen pada Alvin. “Dad, tentu saja Dayton tak mau menginap karena jikalau pun ia menginap, bagaimana dengan Angelica? Angelica tak mungkin pulang sendirian,” jawab Alice. “Benar kata Alice, Mom, Dad. Aku akan pulang saja, karena besok pun aku harus bekerja,” sambung Dayton. “Ya sudah, Mom dan Dad berharap lain kali kalian akan menginap,” ujar Lucia. Alice memeluk Angelica tanda terima kasihnya karena Angelica sudah mengusahakan datang setelah bekerja. “Thanks, Angel, karena kamu sudah mengusahakan untuk datang, aku sangat senang dan berterima kasih,” ujar Alice mengelus punggung sang sahabat. “Hm, terima kasih juga atas jamuannya, Lice,” sambung Angelica. Angelica dan Dayton lalu berjalan meninggalkan keluarga Leonidas dan menuju gedung utama, semua bodyguard yang sedang berdiri tegap dalam penjagaan menundukkan kepala melihat sang anak majikan sedang menyusuri pintu keluar. Di dalam perjalanan, Dayton dan Angelica memilih diam dan tak mengatakan apapun, suasana akhirnya begitu canggung ketika Dayton pun memilih diam, Angelica sesekali melirik ke arah Dayton yang sedang fokus menyetir. Angelica menikmati waktunya di mansion keluarga Leonidas. Benar-benar seperti rumah sendiri karena sambutan hangat dari Rayoen dan sang istri. “Apa aku bisa bertanya?” tanya Angelica membuat Dayton menganggukkan kepala. “Kenapa kamu tak tinggal bersama keluargamu? Mereka hangat dan rumah kamu pun besar, tentu saja tak ada alasan bagimu untuk jauh dari keluarga, aku minta maaf karena banyak tanya tapi aku benar-benar penasaran,” ujar Angelica yang tak sadar bahwa ia sudah lancing. “Maaf aku lancang, tidak perlu menjawabnya,” sambung Angelica. “Aku hanya ingin mandiri, memang pilihanku sering kali membuat orang lain sulit memahaminya, tapi ini lah aku. Aku suka sendiri dan tak bergantung pada orang lain termaksud keluargaku,” jawab Dayton membuat Angelica menoleh tak percaya jika alvin mau menjawab pertanyaannya yang terdengar ikut campur. “Aku tak menyangka ada ya anak dari keluarga bangsawan yang tidak memamerkan apa yang ia miliki,” gumam Angelica. “Buat apa harta jika tak di bawah mati, karena harta dan uang hanya lah dunia semata yang tak akan kita bawa ketika kita pergi nanti, hidup memang butuh pertahanan jadi itulah mengapa manusia bekerja,” ujar Alvin membuat Angelica tersenyum. “Maksud kamu, kamu bekerja karena untuk bertahan hidup?” “Tentu saja, tak perlu bangga dengan harta yang bukan milikku kan? Tapi milik orang tuaku,” ujar Dayton akhirnya menoleh. Angelica mengangguk dengan kagum. Sampai di apartemen, Dayton lalu memakirkan mobilnya di parkiran yang sudah di sediakan untuk semua orang yang memiliki kamar disini, alvin keluar dari mobilnya begitupun Angelica, mereka lalu berjalan berdampingan menuju lift, ketika lift terbuka mereka berdua masuk, beberapa menit kemudian mereka sampai di lantai 12, Angelica masuk ke kamarnya begitu pun Dayton yang tak berbalik dan menganggap Angelia tak ada, Dayton memang hanya akan berbicara jika menurutnya itu penting, jika tidak.. Alvin tak akan pernah mau bicara. Angelica merebahkan tubuhnya di atas sofa lalu terdengar dering ponselnya. Angelica membulatkan matanya penuh ketika Arminda menelfonnya. “Hallo?” “Di mana kamu?” tanya Arminda. “Aku di apartemenmu.” “Aku akan kembali ke London besok, jadi aku harap kamu sudah menemukan tempat tinggal untukmu sendiri, aku tak mau pulang dan hidup bersamamu,” ujar Arminda membuat Angelica hanya mendengarnya karena ia sudah terbiasa mendengar Arminda mengusirnya. “Aku akan menemukan tempat tapi nanti,” ujar Angelica. “Apa kamu mau meminta waktu lagi? Apa kamu tak malu ketika numpang hidup di tempat orang lain yang bukan siapa-siapa? Berpikirlah lebih jernih,” ujar Arminda begitu kasar. “Aku saudaramu, Arminda.” “Apa? Saudara? Kita tak di lahirkan di rahim yang sama dan kamu hanya anak Adopsi jadi jangan pernah berpikir dan merasa bahwa aku saudaramu, jika aku tak kasihan padamu aku sudah meracunimu sejak lama, tapi karena aku memiliki hati, aku jadi membiarkanmu tetap hidup,” ujar Arminda. “Baiklah, pulang lah besok dan kita akan bicara.” “Kamu terus saja mengatakan itu tapi nyatanya kamu tak juga sadar dan keluar dari apartemenku,” ujar Arminda. “Aku akan memikirkannya, mendapatkan tempat itu tak semudah berjalan jauh, Arminda.” “Jangan menyebut namaku!" bentak Arminda. "Aku berharap kau bisa meninggalkan apartemenku!" Arminda mengakhiri telpon dengan suara yang amat keras, Angelica menelan ludah, dan kekasaran saudaranya menjadi kebiasaan baginya. Ia sudah terbiasa dihentak dan di usir dari apartemen, namun ia belum juga meninggalkan tempat. *** Angelica keluar dari apartemennya, hendak berjalan menuju Lift tapi sebuah tangan mencegahnya, Angelica berbalik dan mendapati seorang pria sedang menyeringai mengerikan, Angelica berusaha melepas genggaman tangan pria menngerikan itu tapi Angelica tak bisa. “Lepaskan aku,” pintah Angelica. “Bagaimana kabarmu sayang?” tanya pria itu. “Lepaskan aku, jangan menggangguku Axen.” “Kamu menyuruhku untuk tidak menganggumu dan itu terdengar lucu ketika Arminda sudah menjualmu padaku,” ujar Axen dengan sunggingan senyum mengerikan. “Itu urusanmu dengan Arminda, aku tak tau apa-apa, Axen, jadi lepaskan aku,” pintah Angelica. Alvin melihat Angelica sedang meringis kesakitan ketika seorang pria menggenggamnya kuat, Dayton menghampiri pria itu dan dengan kasar melepas genggaman tangan Axen dan menghempaskannya. “Siapa kamu?” tanya Axen. Sedangkan Angelica berlindung di belakang Dayton yang sedang membelanya. “Aku bukan siapa-siapa, tapi kenapa kamu mengganggu wanita ini?” , tanya Dayton. “Jika kamu bukan siapa-siapa, berarti kamu tak usah ikut campur dengan urusanku” “Katakan dulu, kau mau apa?” tanya Dayton “Aku akan membawa Angelica bersamaku dan menikahinya, kakaknya sudah menjualnya padaku dan dia adalah milikku” “Hahaha, dia milikmu?” “Kenapa kau tertawa? Apa maksudmu?” “Jangan meremehkanku, Tuan, silahkan pergi dari sini atau kamu menginginkan agar di seret keluar dari apartemen ini? Ini bukan tempat untuk orang-orang sepertimu,” ujar Dayton. “Meremehkanmu? Kau yang lucu, apa hubunganmu dengan Angelica sampai kamu membelanya? Apa kau kekasihnya?” tanya Axen. “Aku sudah mengatakan bahwa aku bukan siapa-siapa, tapi wanita ini meringis kesakitan dan sebagai pria yang perduli aku harus membantunya, jadi pergi dari sini, Sebelum aku laporkan kamu ke polisi!” “Aku akan kembali, Angelica, jangan pikir aku pergi karena aku menyerah mendapatkanmu,” ujar Axen lalu berjalan meninggalkan Dayton dan Angelica. Angelica menghela napas panjang, ia selamat kali ini, tentu saja karena Dayton. “Kau tak apa-apa?” tanya Dayton. “Hem, aku tak apa-apa. Terima kasih, Dayton, kamu lagi-lagi menyelamatku,” ujar Angelica yang tak mendongak dan terus saja menunduk. “Dia sudah pergi, kenapa kamu masih menunduk?” “Hem, aku malu sama kamu” “Apa kesalahanmu sehingga kamu merasa malu?” “Aku ….” Lift terbuka membuat kalimat Angelica terhenti, Dayton mempersilahkan Angelica untuk masuk duluan. “Siapa dia? Apa maksudnya bahwa kakakmu telah menjualmu?” tanya Dayton yang tak berharap agar pertanyaannya terjawab. “Arminda meminjam sejumlah uang yang besar pada Axen dan dia telah menjadikanku sebagai alat jaminan jika saja ia tak bisa membayarnya,” jawab Angelica. “Dia terlihat seperti orang jahat.” “Hem, dia memang jahat. Selama ini, dia sudah mengejarku.” Dayton memilih tak bertanya lagi dan menundukkan kepala melihat Angelica yang terlihat gelisah dan takut. Sampai di lobi, Angelica berjalan berdampingan dengan Dayton. Sejak di lift, Angelica tak pernah mengatakan apa pun, seperti ada ketakutan dalam hatinya, Angelica berusaha mengatur pacuan jantungnya, karena di saat Dayton menolongnya ada rasa nyaman yang menyeruak hebat tak berujung. “Aku akan mengantarmu,” ujar Dayton. “Aku harus ke suatu tempat, aku tak bekerja pagi ini.” “Kemana?” tanya Dayton. “Aku harus mencari tempat tinggal.” “Bukankah kamu mengatakan tinggal bersama saudaramu, kenapa mencari tempat tinggal?” “Maaf aku harus pergi dan tak bisa menjawab pertanyaanmu,” ujar Angelica berjalan meninggalkan Alvin yang sedang menatapnya penasaran. Di dalam perjalanan Dayton begitu penasaran dan mengingat curhatan Angelica sewaktu mabuk yang mengatakan bahwa saudaranya jahat dan tak menyukainya, entah kenapa sangat heran mendengar saudara yang terlahir tak akur. Dayton menekuri jalan lewat kaca jendela dan mencoba berpikir sejenak tentang pria yang katanya telah membeli Angelica, ketika sadar Dayton menggelengkan kepalanya. “Apa-apaan, sih, kenapa juga aku perduli,” gumam Dayton lalu menggelengkan kepalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 48 Extra Part

    Tujuh tahun kemudian.“Angel, kenapa kamu diam saja?” tanya Alice, duduk disamping kakak iparnya.“Aku hanya sedang berpikir, bahwa banyak hal yang sudah ku lalui,” jawab Angelice. “Aku sekarang bahagia.”“Kamu harus bersyukur bahwa kebahagiaan yang kamu alami saat ini, cukup membuktikan bahwa kamu kuat selama ini,” jawab Alice, mengelus punggung kakak iparnya.“Jujur, aku sering mengeluh tentang apa yang tidak aku miliki. Atau bahkan aku sering meminta kepada Tuhan seolah aku mendikte Dia. Padahal … Tuhan pasti sudah tahu dan paling tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik buat kita. Hal ini berhubungan dengan pengalamanku bekerja sebagai make up artis. Aku masuk ke dalam rutinitas yang sangat amat membosankan. Kenapa? Karena aku orangnya memang mudah bosan, dan kalo sudah bosan, pikiran pasti kemana-mana. Salah satunya mengeluh kepada Tuhan, kenapa aku tidak seperti gini tidak seperti itu. Tapi kadang aku sadar bahwa apa yang aku lakukan salah, tapi juga aku tidak bisa

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 47 Ending

    Dayton menatap wajah istrinya yang kini sedang menatapnya, karena mengerti, semuanya keluar dari kamar perawatan, dan membiarkan Dayton dan Angelica berduaan karena mereka sudah lama tidak pernah saling menatap.“Sayang, aku baik-baik saja,” kata Angelica. “Aku malu jika kamu terus melihatku seperti itu.”“Aku bahagia sekali kamu sudah sadar, Sayang, dan aku benar-benar takut kehilangan kamu,” lirih Dayton, menggenggam tangan istrinya dan menciuminya beberapa kali, ia duduk di hadapan Angelica istrinya yang kini menyerendengkan tubuhnya di ranjang pasien. “Aku melangkahkan kaki bersama dengan harapan. Dan, aku menunggumu dalam sepi, meski ditemani ketidakpastian. Terkadang hatiku perih, namun aku yakin kamu akan baik-baik saja.”“Aku bersyukur sekali memiliki dirimu, Sayang,” lirih Angelica.“Aku yang bersyukur bahwa kamu masih ada di sini, dan menatapku.”Angelica menganggukkan kepala.“Aku mohon sama kamu, jangan pernah menemui perempuan itu lagi, aku tidak akan bisa hidup j

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 46

    Dayton tengah duduk diam dan menatap wajah pucat istrinya, ia menitikkan air mata, dan menggenggam tangan dingin itu lalu menciuminya sesekali.“Aku mohon. Kamu harus sadar, Sayang,” kata Dayton, menciumi pipi istrinya. “Aku menunggumu di sini. Dan, aku sangat merindukanmu.”Sesaat kemudian, Alice kembali dan membawa dua kotak makanan, Dayton menoleh melihat adiknya sesaat dan kembali menatap istrinya.“Kak, makan dulu,” kata Alice, membuat Dayton menghela napas.“Aku sudah makan tadi siang,” jawab Dayton.“Itu makan siang, Kak, ini makan malam,” kata Alice, menggelengkan kepala, dan menaruh dua kotak makanan itu di atas meja dekat sofabed.“Aku masih kenyang, taruh saja,” kata Dayton.“Kamu tidak pulang, Kak? Ganti baju dan menjenguk Alden,” tanya Alice.“Besok pagi aku akan pulang.”“Baiklah. Kalau begitu aku taruh makanannya di sini,” kata Alice.“Iya.”“Aku pulang dulu, Kak, besok pagi aku akan datang menggantikanmu.”“Hem.”Alice lalu melangkah meninggalkan Dayton

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 45

    Beberapa hari telah berlalu, namun Angelica belum juga sadarkan diri, semua keluarga hanya berdoa dan menunggu Angelica sadar dan setelah itu ia bisa kembali pada keluarganya. Alden terus menangis, semua keluarga tahu, bahwa Alden peka terhadap musibah yang dihadapi ibu dan ayahnya saat ini.Dayton tak pernah berhenti untuk menemani istrinya, ia akan ke kantor dan mengerjakan pekerjaannya secepatnya dan kembali ke rumah sakit. Ia hanya akan ke mansion berganti pakaian dan mengecek Alden, setelah itu ia akan ke rumah sakit dan menemani istrinya.Semua urusan perusahaan akan di urus oleh Sas—direktur utama.Gunting yang menyayat perutnya melukai organ lainnya, dan ditambah lagi gunting itu adalah gunting yang sangat berkarat yang mampu membuat luka itu terinfeksi seperti luka Angelica.Kebaikan hati Angelica membuatnya terlupa bahwa Arminda tak akan berubah secepat itu, ia sampai melupakan bahwa Arminda tidak pernah menyukainya, dan dendam dihati Arminda sudah mengakar dihatinya s

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 44

    Dayton kini tengah menandatangani semua dokumen yang kini memenuhi mejanya, semua harus selesai, dan ia amati agar tak ada kesalahan dalam proyek yang di jalankan perusahaannya. Dayton harus mengamatinya dengan teliti agar tak ada yang tumpang tindih.Kepanikan Joseph membuat Dayton menoleh dan menatap asistennya itu.“Ada apa, Joshep?” tanya Dayton. “Kau mengganggu konsentrasiku.”“Tuan, sesuatu terjadi,” kata Joseph, entah kenapa bibirnya seperti terkunci dan tidak bisa mengatakan sesuatu.“Ada apa? Apa yang terjadi? Apa kau tak bisa berbicara lebih jelas?” tanya Dayton, membuat Joseph menganggukkan kepala.“Tuan, Nyonya kini sedang di rumah sakit, beliau tertikam di kantor polisi,” jawab Joseph, membuat Dayton berdiri dari duduknya dan menatap taham ke arah asistennya itu.“Apa? Apa maksudmu?”“Saya mendapatkan telpon dari rumah sakit,” jawab Joseph.“Kau jangan bercanda, Jo,” kata Dayton.“Saya tidak bercanda, Tuan,” jawab Joseph.“Ya sudah. Kita ke rumah sakit sekaran

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 43

    Angelica menggendong Alden di pangkuannya, ia jadi tidak kesepian jika Dayton beranjak kerja, karena Alden selalu menemaninya, atau Alice yang datang ketika dibutuhkan.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Angelica berseru. “Masuk!”Alice masuk membawa kantong kertas di tangannya.“Aku tidak mengganggu, ‘kan?” tanya Alice, duduk disamping Angelica.“Ya tidak lah, Alice, kamu ini kayak sama siapa aja.”“He he,” kekeh Alice. “Aku bawa sesuatu untuk Alden.”Alice membuka kantong kertas yang di tangannya dan membuka beberapa lembar pakaian dan sepatu, membuat Angelica terkekeh ketika melihat antusias Alice membelikan sesuatu untuk putranya.“Ya ampun, Alice, lihat itu lemari Alden jadi full karena pakaian yang kamu beli, semuanya juga belum ada yang Alden pakai,” kekeh Angelica, menggeleng melihat Alice antusias.“Ini kan bisa di pakai di rumah, jalan-jalan, atau pas Alden sudah besar baru dipake,” jawab Alice. “Aku beli di babyshop yang bagus loh.”“Babyshop mana?”“Aku p

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 42

    “Nak, ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lucia.“Aku akan mengambil makan untuk Angelica, Mom,” jawab Dayton.“Biarkan Kemal yang mengambilkannya,” kata Lucia. “Kemal, ambilkan makan untuk menantuku.”“Iya, Nyonya,” jawab Kemal, lalu melangkah meninggalkan majikannya.“Apa yang di lakukan Alden, Kak?” tanya Alice.“Dia tertidur di pelukanku,” jawab Dayton.“Ternyata kakakku ini sudah bisa menjadi Ayah,” kekeh Lucia, membuat semuanya tersenyum.“Dad akan menyewa babysitter untuk Alden,” sambung Rayoen—sang Papa.“Iya. Benar kata ayahmu, agar Angelica bisa bebas bergerak, dan tidak terkungkung,” kata Lucia, menimpali.“Aku menyerahkan semuanya ke Dad dan Mom,” jawab Dayton.“Bagaimana rasanya menjadi seorang Ayah, Bro?” tanya Zach.“Apa kau sudah menginginkannya?” tanya Dayton, kembali.“Jika di beri kesempatan, tentu saja aku mau,” jawab Zach, membuat Alice menyikut suaminya agar diam.“Itu akan terjadi jika benar kau menginginkannya, Nak,” kata Rayoen.“Ini, Nyo

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 41

    Sampai di rumah sakit, semua perawat juga beberapa dokter menghampiri Dayton, membuat semua pengunjung keheranan melihat kesigapan mereka.“Istri saya mau melahirkan,” kata Dayton, membuat beberapa perawat mengambil ranjang pasien yang bisa di dorong dan membawanya ke hadapan Dayton dan Lucia.Dayton meletakkan istrinya dengan pelan di atas ranjang dorong, lalu menggenggam jari jemari suaminya.“Antarkan pasien ke ruang bersalin,” perintah salah satu dokter.Semua perawat pun sigap dan membawa Angelica ke ruang bersalin.“Tuan jangan khawatir, semua akan baik-baik saja,” kata dokter Hammers.“Lakukan yang terbaik untuk istriku, Tuan Hammers,” pintah Dayton.“Tentu.”Lucia menepuk punggung putranya. “Kamu tak usah khawatir, Nak, begitu juga Mommy melahirkanmu dulu,” kata Lucia.“Mom, apa semua akan baik-baik saja?”“Pasti, Nak, kan kamu dengar sendiri apa yang di katakan Hammers,” jawab Lucia.Dayton menyapu wajahnya dengan kedua tangannya, karena merasa khawatir atas apa

  • Perfect Husband (Dayton And Angelica)   Bab 40

    Dayton lagi-lagi mengabaikan istrinya dan terus berjalan. Ia tidak suka melihat istrinya keluar dari kamar tanpa memberitahukannya, lalu dengan santai Angelica mengobrol dengan lelaki lain, hal itu membuat hati Dayton terluka. Meski berlebihan, tapi seperti itulah Dayton yang sangat mencintai istrinya. “Sayang, kenapa kau diam saja? Kau tidak percaya ‘kan aku sedang hami dan mau mengobrol dengan lelaki lain?” tanya Angelica, berusaha mengejar suaminya yang masih berjalan didepannya. Angelica menggelengkan kepala berusaha sabar karena sepenuhnya adalah kesalahannya. “Kita kembali ke London saja,” kata Dayton. “Kok mendadak?” tanya Angelica. “Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan.” “Kita ‘kan baru seminggu di sini, sisa seminggu juga ‘kan jadwal cuti kamu?” tanya Angelica. “Pokoknya kita harus pulang. Seminggu saja sudah membuatku muak di sini.” “Ada apa denganmu? Kenapa berubah seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status