Share

Bab 6

Ketika para orang tua sedang berbicara di ruang keluarga.. Alice dan Zach berdiri di dekat kolam renang dengan mengobrol, sedangkan Angelica melihat-lihat ruang-ruang lain yang berada di lantai atas karena Alice menyuruhnya untuk melihat-lihat selagi ia dan zach menghabiskan waktu mengobrol. “Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Dayton. Angelica terkejut dan hampir saja melompat. “Kamu mengejutkanku” “Kamu terlihat mencurigakan,” sindir Dayton. “Jadi kamu mencurigaiku?” “Aku tak mengatakan bahwa aku curiga,” ujar Dayton lalu duduk di sofa dekat beranda. “Tapi maksud perkataanmu sudah mengatakannya jelas” “Ya sudah, aku mau tanya.” “Menanyakan soal apa?” “Aku tak pernah habis pikir jika ternyata Alice bersahabat denganmu, aku pikir sahabatnya adalah Mutia,” kata Dayton. “Aku sudah lama tak bertemu Alice dan baru bertemu dengannya hari ini,” ujar Angelica. “Aku pikir kamu sedang mabuk-mabukkan lagi.” “Aku baru saja pulang dari syuting Rihana dan aku langsung kemari, aku tak punya waktu dan alasan untuk mabuk hari ini,” jawab Angelica. “Syukurlah, karena jika kamu mabuk aku tak di apartemen,” sindir Dayton. “Haha, jangan menggodaku, Tuan.” “Kamu mewarnai rambutmu?” “Apa tak cocok?” “Tidak juga.” “Aku pun merasakan hal yang sama bahwa aku benar-benar terkejut jika ternyata kamu adalah kakak Alice yang sering ia ceritakan padaku,” sambung Angelica. “Maafkan Alice yang mengatakan kepada keluarga calon suaminya tentang aku yang adalah calon istrimu.” Sepeninggalan keluarga Hilston, Lucia memeluk Angelica karena sahabat putrinya itu sudah mau hadir dan memenuhi undangan Alice, Angelica hanya bisa tersenyum melihat kasih sayang yang di tunjukkan Lucia padanya, benar-benar terasa seperti ibunya sendiri. “Mom, jangan terus memeluknya,” ujar Alice. “Aunty mengucapkan terima kasih karena kamu sudah hadir di sini,” ujar Lucia. “Iya, Aunty, saya juga berterima kasih karena jamuan dan sambutannya hari ini.” “Jangan berterima kasih, Nak, teman Alice berarti kami anggap seperti keluarga sendiri,” sambung Rayoen. “Apa kamu tak mau menginap saja di sini, Nak?” tanya Lucia. “Maafkan saya, Aunty, tapi besok saya harus bekerja,” jawab Angelica, tak enak hati. “Terus, kamu bagaimana, Nak?” tanya Rayoen pada Alvin. “Dad, tentu saja Dayton tak mau menginap karena jikalau pun ia menginap, bagaimana dengan Angelica? Angelica tak mungkin pulang sendirian,” jawab Alice. “Benar kata Alice, Mom, Dad. Aku akan pulang saja, karena besok pun aku harus bekerja,” sambung Dayton. “Ya sudah, Mom dan Dad berharap lain kali kalian akan menginap,” ujar Lucia. Alice memeluk Angelica tanda terima kasihnya karena Angelica sudah mengusahakan datang setelah bekerja. “Thanks, Angel, karena kamu sudah mengusahakan untuk datang, aku sangat senang dan berterima kasih,” ujar Alice mengelus punggung sang sahabat. “Hm, terima kasih juga atas jamuannya, Lice,” sambung Angelica. Angelica dan Dayton lalu berjalan meninggalkan keluarga Leonidas dan menuju gedung utama, semua bodyguard yang sedang berdiri tegap dalam penjagaan menundukkan kepala melihat sang anak majikan sedang menyusuri pintu keluar. Di dalam perjalanan, Dayton dan Angelica memilih diam dan tak mengatakan apapun, suasana akhirnya begitu canggung ketika Dayton pun memilih diam, Angelica sesekali melirik ke arah Dayton yang sedang fokus menyetir. Angelica menikmati waktunya di mansion keluarga Leonidas. Benar-benar seperti rumah sendiri karena sambutan hangat dari Rayoen dan sang istri. “Apa aku bisa bertanya?” tanya Angelica membuat Dayton menganggukkan kepala. “Kenapa kamu tak tinggal bersama keluargamu? Mereka hangat dan rumah kamu pun besar, tentu saja tak ada alasan bagimu untuk jauh dari keluarga, aku minta maaf karena banyak tanya tapi aku benar-benar penasaran,” ujar Angelica yang tak sadar bahwa ia sudah lancing. “Maaf aku lancang, tidak perlu menjawabnya,” sambung Angelica. “Aku hanya ingin mandiri, memang pilihanku sering kali membuat orang lain sulit memahaminya, tapi ini lah aku. Aku suka sendiri dan tak bergantung pada orang lain termaksud keluargaku,” jawab Dayton membuat Angelica menoleh tak percaya jika alvin mau menjawab pertanyaannya yang terdengar ikut campur. “Aku tak menyangka ada ya anak dari keluarga bangsawan yang tidak memamerkan apa yang ia miliki,” gumam Angelica. “Buat apa harta jika tak di bawah mati, karena harta dan uang hanya lah dunia semata yang tak akan kita bawa ketika kita pergi nanti, hidup memang butuh pertahanan jadi itulah mengapa manusia bekerja,” ujar Alvin membuat Angelica tersenyum. “Maksud kamu, kamu bekerja karena untuk bertahan hidup?” “Tentu saja, tak perlu bangga dengan harta yang bukan milikku kan? Tapi milik orang tuaku,” ujar Dayton akhirnya menoleh. Angelica mengangguk dengan kagum. Sampai di apartemen, Dayton lalu memakirkan mobilnya di parkiran yang sudah di sediakan untuk semua orang yang memiliki kamar disini, alvin keluar dari mobilnya begitupun Angelica, mereka lalu berjalan berdampingan menuju lift, ketika lift terbuka mereka berdua masuk, beberapa menit kemudian mereka sampai di lantai 12, Angelica masuk ke kamarnya begitu pun Dayton yang tak berbalik dan menganggap Angelia tak ada, Dayton memang hanya akan berbicara jika menurutnya itu penting, jika tidak.. Alvin tak akan pernah mau bicara. Angelica merebahkan tubuhnya di atas sofa lalu terdengar dering ponselnya. Angelica membulatkan matanya penuh ketika Arminda menelfonnya. “Hallo?” “Di mana kamu?” tanya Arminda. “Aku di apartemenmu.” “Aku akan kembali ke London besok, jadi aku harap kamu sudah menemukan tempat tinggal untukmu sendiri, aku tak mau pulang dan hidup bersamamu,” ujar Arminda membuat Angelica hanya mendengarnya karena ia sudah terbiasa mendengar Arminda mengusirnya. “Aku akan menemukan tempat tapi nanti,” ujar Angelica. “Apa kamu mau meminta waktu lagi? Apa kamu tak malu ketika numpang hidup di tempat orang lain yang bukan siapa-siapa? Berpikirlah lebih jernih,” ujar Arminda begitu kasar. “Aku saudaramu, Arminda.” “Apa? Saudara? Kita tak di lahirkan di rahim yang sama dan kamu hanya anak Adopsi jadi jangan pernah berpikir dan merasa bahwa aku saudaramu, jika aku tak kasihan padamu aku sudah meracunimu sejak lama, tapi karena aku memiliki hati, aku jadi membiarkanmu tetap hidup,” ujar Arminda. “Baiklah, pulang lah besok dan kita akan bicara.” “Kamu terus saja mengatakan itu tapi nyatanya kamu tak juga sadar dan keluar dari apartemenku,” ujar Arminda. “Aku akan memikirkannya, mendapatkan tempat itu tak semudah berjalan jauh, Arminda.” “Jangan menyebut namaku!" bentak Arminda. "Aku berharap kau bisa meninggalkan apartemenku!" Arminda mengakhiri telpon dengan suara yang amat keras, Angelica menelan ludah, dan kekasaran saudaranya menjadi kebiasaan baginya. Ia sudah terbiasa dihentak dan di usir dari apartemen, namun ia belum juga meninggalkan tempat. *** Angelica keluar dari apartemennya, hendak berjalan menuju Lift tapi sebuah tangan mencegahnya, Angelica berbalik dan mendapati seorang pria sedang menyeringai mengerikan, Angelica berusaha melepas genggaman tangan pria menngerikan itu tapi Angelica tak bisa. “Lepaskan aku,” pintah Angelica. “Bagaimana kabarmu sayang?” tanya pria itu. “Lepaskan aku, jangan menggangguku Axen.” “Kamu menyuruhku untuk tidak menganggumu dan itu terdengar lucu ketika Arminda sudah menjualmu padaku,” ujar Axen dengan sunggingan senyum mengerikan. “Itu urusanmu dengan Arminda, aku tak tau apa-apa, Axen, jadi lepaskan aku,” pintah Angelica. Alvin melihat Angelica sedang meringis kesakitan ketika seorang pria menggenggamnya kuat, Dayton menghampiri pria itu dan dengan kasar melepas genggaman tangan Axen dan menghempaskannya. “Siapa kamu?” tanya Axen. Sedangkan Angelica berlindung di belakang Dayton yang sedang membelanya. “Aku bukan siapa-siapa, tapi kenapa kamu mengganggu wanita ini?” , tanya Dayton. “Jika kamu bukan siapa-siapa, berarti kamu tak usah ikut campur dengan urusanku” “Katakan dulu, kau mau apa?” tanya Dayton “Aku akan membawa Angelica bersamaku dan menikahinya, kakaknya sudah menjualnya padaku dan dia adalah milikku” “Hahaha, dia milikmu?” “Kenapa kau tertawa? Apa maksudmu?” “Jangan meremehkanku, Tuan, silahkan pergi dari sini atau kamu menginginkan agar di seret keluar dari apartemen ini? Ini bukan tempat untuk orang-orang sepertimu,” ujar Dayton. “Meremehkanmu? Kau yang lucu, apa hubunganmu dengan Angelica sampai kamu membelanya? Apa kau kekasihnya?” tanya Axen. “Aku sudah mengatakan bahwa aku bukan siapa-siapa, tapi wanita ini meringis kesakitan dan sebagai pria yang perduli aku harus membantunya, jadi pergi dari sini, Sebelum aku laporkan kamu ke polisi!” “Aku akan kembali, Angelica, jangan pikir aku pergi karena aku menyerah mendapatkanmu,” ujar Axen lalu berjalan meninggalkan Dayton dan Angelica. Angelica menghela napas panjang, ia selamat kali ini, tentu saja karena Dayton. “Kau tak apa-apa?” tanya Dayton. “Hem, aku tak apa-apa. Terima kasih, Dayton, kamu lagi-lagi menyelamatku,” ujar Angelica yang tak mendongak dan terus saja menunduk. “Dia sudah pergi, kenapa kamu masih menunduk?” “Hem, aku malu sama kamu” “Apa kesalahanmu sehingga kamu merasa malu?” “Aku ….” Lift terbuka membuat kalimat Angelica terhenti, Dayton mempersilahkan Angelica untuk masuk duluan. “Siapa dia? Apa maksudnya bahwa kakakmu telah menjualmu?” tanya Dayton yang tak berharap agar pertanyaannya terjawab. “Arminda meminjam sejumlah uang yang besar pada Axen dan dia telah menjadikanku sebagai alat jaminan jika saja ia tak bisa membayarnya,” jawab Angelica. “Dia terlihat seperti orang jahat.” “Hem, dia memang jahat. Selama ini, dia sudah mengejarku.” Dayton memilih tak bertanya lagi dan menundukkan kepala melihat Angelica yang terlihat gelisah dan takut. Sampai di lobi, Angelica berjalan berdampingan dengan Dayton. Sejak di lift, Angelica tak pernah mengatakan apa pun, seperti ada ketakutan dalam hatinya, Angelica berusaha mengatur pacuan jantungnya, karena di saat Dayton menolongnya ada rasa nyaman yang menyeruak hebat tak berujung. “Aku akan mengantarmu,” ujar Dayton. “Aku harus ke suatu tempat, aku tak bekerja pagi ini.” “Kemana?” tanya Dayton. “Aku harus mencari tempat tinggal.” “Bukankah kamu mengatakan tinggal bersama saudaramu, kenapa mencari tempat tinggal?” “Maaf aku harus pergi dan tak bisa menjawab pertanyaanmu,” ujar Angelica berjalan meninggalkan Alvin yang sedang menatapnya penasaran. Di dalam perjalanan Dayton begitu penasaran dan mengingat curhatan Angelica sewaktu mabuk yang mengatakan bahwa saudaranya jahat dan tak menyukainya, entah kenapa sangat heran mendengar saudara yang terlahir tak akur. Dayton menekuri jalan lewat kaca jendela dan mencoba berpikir sejenak tentang pria yang katanya telah membeli Angelica, ketika sadar Dayton menggelengkan kepalanya. “Apa-apaan, sih, kenapa juga aku perduli,” gumam Dayton lalu menggelengkan kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status