Di sisi Kota Limaran. Sejak Wira tiba di sana, ada banyak perwakilan rakyat yang inisiatif datang mencarinya dan berharap bisa menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya. Namun, dia selalu menolak untuk bertemu dengan mereka. Dia memiliki urusan yang lebih penting yaitu segera mengembangkan Kota Limaran. Huben adalah bakat yang langka dan dia harus bisa merekrutnya agar dia bisa tenang.Dua hari berlalu, Wira terus mengurung dirinya di dalam kamar. Selama itu, hanya Wulan yang terus mengantarkan makanannya, sedangkan yang lainnya sulit untuk bertemu dengannya. Begitu juga dengan Biantara.Hingga pada petang ini, Wira baru keluar dari kamarnya dan berteriak dengan keras, "Akhirnya berhasil!""Sayang, apa yang kamu lakukan selama beberapa hari ini? Aku lihat kamu terus mengurung diri di dalam kamar, bahkan aku pun nggak berani mengganggumu. Cepat ceritakan padaku, apa ada rencana besar lagi?" Setelah mendengar suara itu, Wulan adalah orang pertama yang berlari keluar dari kamar sebelah
"Hal yang kuserahkan padamu sudah selesai?" tanya Wira sambil mengangkat cangkir teh dan menatap Biantara.Biantara menggelengkan kepala dan berkata, "Aku terus mencari orang yang kompeten, tapi hal ini nggak semulus yang kita pikirkan. Ada yang berbakat, tapi sulit untuk mengerti pemikirannya. Intinya, nggak ada yang benar-benar cocok ...."Wira juga menganggukkan kepala. Setelah dipikirkan lagi, sebenarnya memang benar juga. Bukan hal yang mudah untuk menemukan seseorang yang andal dan berpengetahuan. Waktu dua hari sangat tidak cukup."Begini saja, kamu terus mencari orang yang tepat. Lagi pula, aku akan tetap di Kota Limaran ini selama beberapa hari ke depan ini. Aku akan menangani urusan di sini untuk sementara. Tapi sebelum itu, aku masih ada satu hal yang perlu bantuanmu. Bantu aku untuk mencari beberapa pekerja untuk membantuku membuat jalur sungai," perintah Wira.Biantara menyetujuinya dan langsung pergi ke luar ruangan.Setelah menghabiskan dua hari di dalam kamar dan sekara
"Hmm?" Wira tampak mengangkat alisnya. Dia segera menyadari bahwa orang-orang ini mungkin kesal karena masalah buruh.Wira menjelaskan, "Semuanya, aku rasa kalian sudah salah paham. Aku memang ingin mempekerjakan para buruh, tapi semua ini demi perkembangan Kota Limaran. Begitu pembangunan irigasi selesai, kita nggak perlu lagi khawatir sungai akan meluap ketika musim hujan tiba.""Yang lebih penting lagi, ke depannya waktu perjalanan dari Kota Limaran menuju kabupaten di sekitarnya juga akan berkurang secara signifikan. Ini adalah sesuatu yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat. Selain itu, aku nggak akan biarkan kalian bekerja sia-sia. Aku akan menggaji kalian 1.000 gabak tiap bulan!" tambah Wira.Wira menjelaskan situasinya secara singkat. Hanya saja, kenyataannya memang demikian. Setelah pembangunan irigasi selesai, Kota Limaran akan mengalami perubahan besar.Di masa depan, bahkan ibu kota pun mungkin tidak akan sebagus perkembangan Kota Limaran. Semua ini juga berkat keunggula
Yusup melanjutkan, "Kalian bisa daftar begitu ke sana!"Setelah mengetahui Wira belum beristirahat dengan baik, orang-orang segera bubar dan menuju Pasar Timur. Makin cepat mendaftar, beban yang ada di hati mereka juga bisa segera dilepaskan.Melihat orang-orang datang dan pergi dengan cepat, Yusup tak kuasa berkomentar, "Orang-orang ini memang gampang emosi. Sedikit saja melawan kehendak mereka, mereka akan terus mencari masalah. Untungnya aku bukan lagi prefektur di sini. Akhirnya aku nggak perlu begitu tertekan ...."Yusup tidak menyadari bahwa Wira masih berdiri di sampingnya. Begitu menoleh dan mendapati Wira sedang menatapnya, Yusup tersentak dan mundur beberapa langkah. Bahkan, napasnya pun menjadi terengah-engah. Yusup segera menjelaskan, "Tuan Wira ... bukan itu maksudku."Melihat Yusup yang ketakutan, Wira hanya menggeleng sambil tersenyum. Tampaknya keputusannya sudah tepat. Bagaimana bisa orang seperti ini menjadi prefektur?Apabila membiarkan Yusup tetap menjadi prefektur,
Huben berkata dengan kesal, "Tamu? Jelas-jelas aku nggak mengundangmu. Kalau kamu suka tempat ini, silakan minum-minum sendiri. Aku pamit dulu."Huben berdiri, lalu pria itu berbicara, "Tuan Huben lebih memilih untuk memercayai Wira. Apa kamu nggak mau bertemu dengan pemimpin kami?"Huben menimpali, "Huh! Kalian itu hanya sekelompok pecundang. Siapa yang mau bekerja sama dengan kalian?"Huben tidak memedulikan pria itu lagi. Namun, ekspresi pria itu berubah drastis. Dia mengeluarkan sebuah belati, lalu hendak menusuk dada Huben. Gerakannya sangat cepat. Pria tersebut berujar, "Kalau nggak bisa jadi teman, kita hanya bisa menjadi musuh. Kamu harus mati!"Raut wajah Huben berubah drastis. Akan tetapi, dia tidak sempat menghindar lagi. Bagaimanapun, Huben tidak menguasai ilmu bela diri. Saat Huben sudah pasrah, dia mendengar suara yang nyaring. Biantara yang dari tadi bersembunyi keluar dan di sampingnya ada beberapa anggota jaringan mata-mata.Pria itu terkejut melihat kemunculan Biantar
Wira tentu memahami maksud perkataan Huben. Dia bertanya, "Aku tahu. Yang kamu maksud itu seharusnya Aliran Kegelapan, 'kan?"Huben tersenyum dan mengangguk. Dia mengomentari, "Kelihatannya, kamu memang nggak seburuk yang aku pikirkan. Ternyata kamu sudah memperhatikan Aliran Kegelapan."Ekspresi Biantara menjadi masam setelah mendengar nama "Aliran Kegelapan". Sejak menangkap beberapa pengikut terakhir kali, Biantara dan Wira sudah mengetahui masalah Aliran Kegelapan. Beberapa waktu ini, Biantara telah mengutus sebagian besar anggotanya untuk menyelidiki informasi tentang Aliran Kegelapan. Namun, penyelidikan mereka tetap tidak membuahkan hasil. Sudah jelas, anggota Aliran Kegelapan terus bersembunyi. Biantara dan Wira harus menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menemukan mereka."Kenapa anggota Aliran Kegelapan mau membunuhmu? Apa kalian punya konflik sebelumnya?" tanya Wira. Dia mengetuk meja dan tatapannya tertuju kepada Huben.Huben mencibir, lalu menyahut, "Mana mungkin aku
Kemudian, Wira dan lainnya pun kembali ke balai prefektur Kota Limaran. Yusup sudah menunggu Wira dari tadi. Yusup melapor, "Tuan, semua pekerja sudah siap. Mereka bisa mulai bekerja kapan saja. Aku sudah membagikan gambarmu. Tapi, sekarang ada masalah ...."Yusup tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan ucapannya. Wira bisa menebak pemikiran Yusup. Dia bertanya, "Berapa banyak uang yang kamu butuhkan?"Yusup menyahut, "Tuan sangat memahamiku. Aku memang butuh uang. Selama ini, dana di Kota Limaran nggak banyak sehingga nggak cukup untuk menjalankan proyek seperti ini. Aku juga terpaksa meminta kepada Tuan ...."Wira menyela, "Kamu nggak usah berbelit-belit lagi. Katakan saja berapa banyak uang yang kamu butuhkan. Biar aku yang menyelesaikan masalah ini."Wira tidak kekurangan uang. Ini adalah kelebihan Wira dibandingkan 3 kerajaan lainnya. Yusup segera menyerahkan daftar yang sudah disiapkan kepada Wira dan menjelaskan, "Aku sudah membuat kesimpulan yang detail. Semua pengeluaran juga sud
Namun, hal seperti ini tidak akan bisa diselesaikan dalam sehari. Jika ingin Kota Limaran menjadi pusat transportasi, mereka mungkin harus menghabiskan beberapa tahun lagi. Wira juga tidak diam begitu saja. Dia terus mencari orang yang bisa menjadi pemimpin Kota Limaran, tetapi masih belum menemukan yang cocok.Langit berangsur gelap. Wira berkeliling di kota dan tiba di depan Paviliun Aeril. Dilihat dari kejauhan, tempat ini sangat ramai."Tempat apa ini?" tanya Wira sambil melirik Biantara di samping."Tentu saja tempat untuk bersenang-senang. Apa kamu tertarik untuk masuk?" balas Biantara yang terkekeh-kekeh."Aku nggak tertarik dengan tempat seperti ini. Wulan juga masih menungguku di rumah. Kalau istri-istriku tahu aku datang ke tempat seperti ini, aku yang bakal repot," sahut Wira sambil menggeleng dengan tidak berdaya.Wulan masih mending karena dia tidak akan mengatakan apa pun, tetapi Dewina ... wanita ini sulit sekali untuk dihadapi.Biantara terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Tu