Beranda / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 10.Kembang Yang Telah Mekar

Share

10.Kembang Yang Telah Mekar

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 15:30:00

Jaka Geni menoleh ke belakang. Nyai Laras menatapnya dengan tatapan tajam. Cukup ngeri juga melihat Nyai marah seperti itu. Jaka nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh... Nyai hehe..." ucapnya.

"Nyengir kau!" bentak Nyai Laras membuat Jaka kaget bukan main.

Kinasih menutup bibirnya yang terlihat akan tertawa melihat polah Jaka yang salah tingkah di depan gurunya.

"Ampun Nyai...! Aku tidak bermaksud berkata buruk tentangmu..." ucap Jaka sambil rapatkan dua telapak nya.

"Aku hanya ingin menemui Kinasih Nyai, tidak ada maksud lain..." tambah Jaka memelas. Kali ini tatapan Nyai tidak segarang tadi.

"Kamu itu tidak jelas pendekar macam apa! Tadi berkata lantang layaknya seekor singa! Sekarang di hadapanku malah mengembik macam bandot mau kawin!" bentak Nyai Laras membuat Jaka melongo.

Lalu dengan senyum konyol Jaka berkata membalas ucapan Nyai Laras.

"Kalau aku mirip bandot mau kawin, emang aku boleh kawin sama siapa Nyai?apakah Nyai mau kawin dengan aku?"

Nyai Laras t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Perjalanan Sang Batara   139. Melarikan Diri!

    Jaka Geni berlari di depan di ikuti Melati dari belakang. Dan benar saja di depan mereka telah muncul beberapa wanita. Pertempuran pun tak dapat di hindari karena jalan itu adalah satu-satunya menuju keluar. Dengan gerak cepat Jaka menangkis setiap serangan wanita itu. Yang bikin Jaka kesal adalah serangan para wanita itu mengandung racun jahat. Entah racun itu keluar darimana. "Tetap di belakang ku!" ucap Jaka kepada Melati yang akan membantu. Alhasil Melati tak berani ikutan menyerang karena bisa saja dia hanya akan jadi pengganggu. "Hati-hati kakang!" ucap Melati menyemangati. Jaka terus mencoba menembus para wanita yang berjubel di pintu masuk ruangan tersebut. Jaka yang sudah menderita luka dalam sedikit kesusahan melawan begitu banyak wanita berkemampuan tinggi. Serangan lawan yang tiada henti membuat Jaka hanya bisa menangkis dsn membalas. Namun itu tidak mengenai lawan. Melihat Jaka yang mulai tersudut, Melati tak mungkin tinggal diam. Dia pun akhirnya ikut menyerang. Mend

  • Perjalanan Sang Batara   138. Ciuman Beracun

    Tubuh indah dan sintal itu duduk di atas perut Pendekar Tangan Gledek yang masih terpejam tak bisa berbuat apa-apa. Dalam keadaan separuh sadar, Jaka merasakan setiap sentuhan dan belaian wanita yang di panggil sebagai Ratu di Kerajaan Lubang Sewu tersebut. Jaka Geni hanya berdiam diri tak mampu menggerakkan seluruh tubuhnya sama sekali. Meski ajian Semar Mesem itu tidak sepenuhnya merenggut kesadarannya, namun sebagian nuraninya telah hilang. Yang tersisa hanyalah tekat dan tanggung jawabnya terhadap janji suci dengan Maharani. Apa yang di lakukan oleh Ratu itu bukanlah sebuah keinginan sang Pendekar. "Kau benar-benar luar biasa Jaka Geni... Bisa bertahan hingga sejauh ini meski dalam desakan ajian pengasihan milikku. Sejauh ini, hanya kau seorang yang bisa bertahan... Aku suka itu... Menikmati seseorang dalam keadaan masih sedikit sadar lebih menyenangkan dibanding menikmati budak yang diam saja seperti patung dan menurut seperti anjing... Hahaha" ucap Ratu Suhita sambil menggerak

  • Perjalanan Sang Batara   137. Kerajaan Lubang Sewu (3)

    Mata Jaka Geni terbuka lebar. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Banyak wanita cantik yang mengelilinginya. Semuanya tampil menggoda. Dengan sedikit merasakan berat pada tubuhnya, Jaka mencoba bangkit berdiri. Tangannya telah terlepas dari rantai yang tadi sempat dia lihat. Entah kemana rantai itu. Dia juga celingukan mencari wanita-wanita seram itu. "Aneh... Tadi perasaan yang membawaku ke dalam air makhluk-makhluk seram. Kenapa sekarang jadi wanita-wanita cantik dan sintal seperti ini... Aneh... Apakah ini mirip alam batas kerajaan Wates?" batin Jaka Geni heran. "Selamat datang di kerajaan Lubang Sewu, pendekar hebat dari dunia manusia!" tiba-tiba terdengar suara merdu berkata kepada Jaka dari balik kerumunan wanita-wanita cantik itu. Para wanita itu menyingkir memberi jalan kepada seorang wanita yang sangat cantik dan juga anggun. Pakaian hitamnya membuat kulitnya yang putih terlihat semakin putih mengkilat. Wajahnya yang cantik jelita dihiasi dengan manik-manik permata biru di

  • Perjalanan Sang Batara   136. Kerajaan Lubang Sewu(2)

    Ratu Suhita yang saat itu tengah berada di atas singgasananya merasakan aura tak biasa dari atas kerajaannya. Tiba-tiba istana Lubang Sewu terguncang keras seperti dilanda gempa bumi. Semua bawahannya berteriak panik. "Apa yang terjadi!?" tanya Ratu Suhita kepada penjaganya. "Ampun Ratu, ada serangan dari atas langit! Serangan itu adalah petir dahsyat yang seperti sedang mengurung waduk Wadaslintang." jawab penjaganya yang seorang wanita cantik. Para penghuni yang ada di kerajaan itu semuanya wanita muda yang berpakaian sangat terbuka. Rata-rata menggunakan gaun dengan belahan dada rendah sehingga sebagian dadanya menyembul keluar memperlihatkan bentuk dada yang indah dan menantang siapapun yang melihatnya. Ratu Suhita pun tak kalah mempesonanya dengan balutan gaun warna hitam yang membuat kulit putih nya semakin bersinar. Bagian bahu hingga ke dada sangat rendah sehingga sedikit saja gaun itu merosot, maka dadanya yang putih segar itu akan menyembul keluar. Semua wanita it

  • Perjalanan Sang Batara   135. Kerajaan Lubang Sewu

    Dengan gerakan cepat Jati Saba melancarkan satu pukulan tangan kosong ke arah pinggiran waduk dimana dia merasakan kemunculan seseorang. Blaarr! Gelombang serangannya menghantam air hingga air waduk membubung tinggi ke udara. Jaka berdiri tegap dengan sikap waspada. Tiba-tiba angin bertiup kencang membuat api unggun itu meredup hingga akhirnya padam. Keadaan pun menjadi gelap gulita. Dua orang ini saling celingukan dan hanya bisa merasakan dengan aura di sekitar mereka. "Tidak salah lagi... Mereka benar-benar ada!" ucap Jati Saba panik. Jaka Geni pergunakan ilmu Agni Maya di sekujur tubuhnya. Lalu dengan pengolahan yang terkontrol, dia kerahkan cahaya kekuatan itu sehingga membuat tubuhnya bercahaya kuning. Tempat sekitar pun mulai terlihat. Jati Saba kagum dengan apa yang Jaka lakukan. "Benar-benar pendekar hebat...!" batinnya. Saat mereka menatap ke sekitar, beberapa bayangan melintas di belakang mereka. Hal itu cukup membuat bulu kuduk Jati Saba berdiri. Namun berbeda dengan J

  • Perjalanan Sang Batara   134. Waduk Wadaslintang (5)

    Kawasan Waduk Wadaslintang terlihat gelap gulita. Hanya ada satu cahaya berkedip di pinggir waduk yang luas itu. Cahaya itu adalah api unggun dimana Jaka Geni dan tiga orang yang bersama dengannya beristirahat malam. Gondo Sula tiduran di sebuah kayu yang tumbang melintang di tepian waduk. Jati Saba duduk memisahkan diri di bawah pohon tak jauh dari api unggun. Sedangkan Jaka Geni dan Melati duduk berdua di depan api sambil membakar beberapa ikan yang cukup besar. Aroma wangi ikan bakar itu membuat perut kedua orang yang memisahkan diri itu keroncongan. Namun mereka sungkan untuk mendekat. Apalagi melihat dua muda mudi yang sangat dekat itu. Jati Saba hanya mengelus perutnya. Dia belum makan seharian itu. Sedangkan Gondo Sula meski sudah makan, dia merasa lapar lagi karena tenaganya terkuras waktu bertarung dengan orang-orang Perkumpulan Gerhana Bulan. Namun dia juga sama, sungkan kepada dua muda mudi yang ada di sana. "Beruntung sekali menjadi seorang pemuda yang tampan dan disuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status