Siang itu Raynar berada di ruang rapat bersama tim hukum perusahaan untuk membahas tidak lanjut berita yang memojokkan perusahaannya.“Kami sudah meminta tim IT untuk melacak media yang pertama kali menayangkan berita itu, kemudian kita juga akan mencoba berdiskusi sebelum mengambil tindakan.”“Kita tidak bisa gegabah mengambil keputusan, apalagi mentakedown berita itu begitu saja, yang malah bisa menggiring opini jika berita itu benar adanya dan kita pasti dituduh ingin membungkam.”“Jadi solusi dari kami, kita tetap harus memberikan klarifikasi atas tuduhan yang diberikan, selagi kita mengambil langkah hukum pada orang yang sudah mengangkat berita itu lagi.”Raynar diam mendengarkan semua solusi dari tim hukum perusahaannya. Tentu dia percaya kalau tim hukumnya mampu mengatasi ini.“Baiklah, aku serahkan semuanya pada kalian,” kata Raynar.Mereka membahas solusi tambahan demi memperbaiki citra perusahaan, setelah satu jam berlalu, rapat itu akhirnya selesai dan semua orang mulai mem
Di rumah Nenek Galuh. Wanita tua itu sedang menikmati teh sambil memandangi foto-foto kebersamaan Arunika dan Raynar.Tanpa Raynar duga, Nenek Galuh meminta orang untuk mengawasi Raynar dan Arunika lalu melaporkan perkembangan hubungan keduanya.“Mereka benar-benar pasangan serasi. Kalau sudah begini, sepertinya aku tidak perlu memantau mereka lagi. Mereka sudah saling menerima dan lihatlah tatapan Raynar. Dia terlihat sangat mencintai Arunika, kan?”Nenek Galuh memperlihatkan foto-foto yang didapatnya ke Miranda.Miranda tersenyum dan ikut senang melihat Nenek Galuh sangat bahagia. Sudah sangat lama tak pernah melihat wanita itu tersenyum semenjak kakek Raynar meninggal.“Benar, Nyonya. Semoga mereka segera bisa memberi Anda cicit seperti yang Anda harapkan,” kata Miranda.Nenek Galuh menghela napas panjang. “Ya, setelah itu aku bisa melepas beban, memberikan apa yang seharusnya diberikan setelah syarat itu terpenuhi.”Miranda mengangguk pelan.“Apa Anda sudah melihat berita pagi ini
Raynar berdiri, lalu sedikit membungkuk untuk menggendong Arunika dan mengajak istrinya itu pulang. Namun, sebelum Raynar berhasil mengangkat tubuh sang istri, Arunika ternyata sudah bangun lebih dulu.Arunika melihat wajah Raynar yang dekat dengannya, tetapi matanya masih sayup-sayup karena mengantuk, sehingga Arunika menggosok kelopak matanya pelan.“Kamu sudah selesai lemburnya?” tanya Arunika dengan suara serak.“Ya, sudah,” jawab Raynar urung menggendong Arunika lalu memilih duduk di sisi Arunika berbaring. “Bangunlah, kita pulang.”Arunika mengangguk-angguk sambil mengumpulkan kesadarannya yang masih tertinggal di alam mimpi.Raynar menunggu dengan sabar, memandang Arunika yang sedang mengerjap-ngerjapkan mata berulang kali, sampai akhirnya Arunika bangun.Arunika sudah duduk, lalu berkata, “Aku lapar.”Arunika memasang wajah memelas pada Raynar.“Kita pulang sambil cari makan.” Raynar menggandeng tangan Arunika, lalu mengajak istrinya keluar dari ruangan itu.Mereka kini sudah
Nenek Galuh duduk di ruang keluarga sendirian saat dia melihat Hendry yang baru saja pulang.“Ada yang mau kubicarakan denganmu,” kata Nenek Galuh dengan tatapan datar pada Hendry.Hendry menghentikan langkah lalu menatap pada Nenek Galuh. Dia menghampiri lalu duduk berhadapan dengan wanita itu.“Apa yang mau dibicarakan?” tanya Hendry, “ini sudah malam harusnya Mama istirahat.”Nenek Galuh membuang napas kasar.“Apa kamu yang menyebar berita itu?” tanya Nenek Galuh langsung.Hendry cukup terkejut dan menatap Nenek Galuh dengan rasa kesal.“Apa maksudnya? Bagaimana bisa Mama menuduhku seperti itu? Mana buktinya?” Hendry kesal dan bicara dengan suara lantang.Nenek Galuh menggenggam erat ujung tongkat yang dipegangnya dengan tatapan datar tertuju pada Hendry.“Karena aku tidak bisa percaya padamu. Dan, hanya kamu satu-satunya orang yang selalu berambisi menjatuhkan Raynar,” balas Nenek Galuh.Hendry tertawa sumbang.“Selalu saja! Selalu begini! Bahkan meski Jordan sudah tiada, Mama tid
Hari berikutnya. Para staff di departemen hukum sedang melihat berita klarifikasi dari pihak perusahaan atas berita miring yang beredar.Beberapa staff berkumpul di satu meja, mereka melihat berita klarifikasi itu dari televisi yang ada di ruangan itu.“Kalau sampai ini kesengajaan untuk menjatuhkan perusahaan kita, tim hukum harus mengusut tuntas ini,” kata Amel.“Iya, masa tiba-tiba ada berita begitu? Padahal akhir-akhir ini tidak ada info akuisisi perusahaan lain atau apa,” timpal yang lain.Mereka fokus ke berita, termasuk Winnie yang ikut mendengarkan.Ternyata berita soal akuisisi beberapa perusahaan kecil yang mengakibatkan beberapa diantaranya bangkrut karena tak mampu bersaing, terjadi sekitar dua tahun yang lalu. Sedangkan berita yang beredar, semuanya hanya salah paham karena ada beberapa fakta yang tidak dinarasikan di dalam berita yang beredar.Di antaranya alasan akuisisi perusahaan yang sebenarnya dilakukan perusahaan Raynar demi menyelamatkan perusahaan itu sendiri dan
Arunika mengerutkan dahi, apa maksud pesan ini?Ekspresi wajah Arunika berubah kesal. Dia yakin kalau pesan itu dituduhkan berdasarkan berita yang sedang beredar. Arunika mencoba membalas pesan itu, tetapi ternyata pesan itu hanya ada satu checklist.Tak ingin diam, Arunika mencoba menghubungi nomor yang mengiriminya pesan itu, tetapi ternyata sudah tidak aktif.“Apa maksudnya ini?”Arunika mendadak kesal. Kenapa tiba-tiba ada orang yang mengirim pesan seperti ini padanya, dan dari mana orang itu tahu nomornya?Arunika tidak mau ambil pusing. Dia segera pergi dari ruangan Nichole menuju lift, tetapi saat akan masuk lift ponselnya kembali berdering, sekarang Arunika mendapat panggilan dari Nathan.“Kak Nathan?”Arunika menatap panggilan itu, sampai akhirnya dia mencoba menjawabnya.“Halo, Kak.” Suara Arunika pelan karena ragu.“Aru, apa berita yang beredar itu benar? Kenapa suamimu ternyata sangat menakutkan?”Arunika menghentikan langkah, ekspresi wajahnya berubah tak senang, lalu dia
Arunika kembali ke ruangan Nichole setelah memastikan Raynar baik-baik saja. Begitu duduk di kursinya, Arunika langsung mencari artikel berita yang ditayangkan dua tahun silam.Saat mencari, Arunika benar-benar menemukan berita dua tahun lalu tentang kasus bunuh diri yang melibatkan perusahaan Raynar.Arunika membaca salah satu klick bait berita itu.“Hermansyah–CEO dan pendiri perusahaan baja ditemukan meninggal setelah depresi menghadapi tekanan bisnis dan persaingan ketat antar perusahaan yang tak terelakkan.”Arunika diam berpikir. Ini sama sekali tidak ada sangkutpautnya dengan Raynar, itu benar-benar murni persaingan, tetapi kenapa berita yang sekarang beredar, seolah menuduh dan menyudutkan suaminya?“Sepertinya orang yang menyebar berita ini, memang punya dendam dengan suamiku,” gumam Arunika, “atau, ada orang yang memang sengaja menggunakan berita ini untuk menjatuhkan Ray?”Arunika masih memikirkan masalah yang sedang menerjang suaminya saat Nichole kembali ke ruang kerja.
Hari berikutnya. Raynar dan tim kuasa hukum menemui wartawan yang mengunggah pertama kali berita tentang perusahaan Raynar.Mereka bertemu di restoran hotel bintang lima atas permintaan wartawan yang takut mendapat intimidasi jika berada di tempat tertutup.“Kami hanya ingin tahu, dari mana kamu mendapat informasi berita itu? Karena jika kamu tidak jujur, kami akan membawa kasus ini ke ranah hukum karena sudah jelas berita yang kamu buat, dinarasikan secara negatif untuk menggiring opini publik,” kata salah satu pengacara Raynar.Raynar duduk diam sambil menyilangkan kaki, tatapan matanya sama sekali tak teralihkan dari wartawan yang duduk berseberangan dengannya, hanya terhalang meja kaca.Wartawan itu menatap empat orang yang ada di sana, Raynar, Erik, dan dua perwakilan kuasa hukum Raynar. Wartawan itu tersenyum tipis.“saya mendapat semua bahan berita itu dari nomor anonim yang tidak mau menyebutkan namanya. Karena informasi yang disampaikan cocok dengan berita yang dulu pernah bo
Erik memacu kecepatan mobil semakin tinggi karena kondisi Arunika yang hampir tak sadarkan diri.Raynar terus menunduk dengan penuh penyesalan karena tak bisa melindungi istrinya. Dia menggenggam erat telapak tangan Arunika yang sudah berlumuran darah. Seumur hidupnya, ini adalah pertama kalinya dia sangat kehilangan semenjak Raynar kehilangan sang ibu.Bahkan tanpa sadar, air mata mulai menetes dari pelupuk matanya, membuat Raynar semakin menunduk sambil terus menggenggam tangan Arunika.Begitu sampai di IGD. Erik keluar dari mobil dengan cepat, lalu memanggil perawat untuk membantu Raynar.Dua perawat datang mendorong brankar. Erik membantu Raynar mengeluarkan Arunika dari mobil, kemudian membaringkan perlahan tubuh Arunika di atas brankar.“Dokter akan segera menanganimu,” ucap Raynar masih tak mau melepas tangannya dari Arunika.Arunika mengangguk lemar.Perawat segera mendorong brankar masuk ke IGD. Raynar berjalan cepat di samping brankar, mengikuti perawat membawa Arunika masuk
Arunika sangat syok mendengar suara tembakan. Dia melepas gigitannya dari tangan Nathan dan kedua kakinya melangkah mundur dengan jantung berdegup cepat.Arunika mengecek tubuhnya. Dia baik-baik saja. Lalu Arunika menoleh pada Raynar dengan ekspresi ketakutan, dan kelegaan tersirat dari sorot matanya saat melihat suaminya baik-baik saja.Jadi, tembakan itu melesat ke mana?Arunika menoleh lagi pada Nathan. Dia melihat Nathan luruh ke aspal dengan satu kaki berlumuran darah.Tommy berjalan dari belakang mobil. Dia sejak tadi mengawasi dan mencari celah untuk menyerang. Begitu melihat Nathan lengah karena digigit Arunika, Tommy langsung bergerak cepat melumpuhkan Nathan dengan menembak kaki pria itu.Arunika sangat lega akhirnya bebas dari Nathan. Dia segera berlari ke arah suaminya dengan senyum penuh kelegaan.Namun, tanpa Arunika duga. Nathan masih bisa melawan dengan mengarahkan pistol ke arah Arunika dan Raynar, dia bersiap menembak siapa pun yang bisa dilewati pelurunya.Melihat N
“Apa kamu pikir aku bodoh?” Nathan bicara dengan tatapan tertuju pada Raynar, tetapi tangannya tetap menodongkan senjata pada Arunika.“Aku tidak akan melawan, kamu bisa membawaku, tapi bebaskan Aru,” ucap Raynar masih mencoba bernegosiasi.Raynar melirik pada Arunika, mereka saling tatap dan terlihat jelas ketakutan begitu kentara di manik mata Arunika yang berkaca-kaca.Bukannya segera melakukan pertukaran, Nathan malah tersenyum miring, lalu telunjuknya perlahan bergerak ingin menarik pelatuk pistol yang terarah di kepala Arunika.Arunika memejamkan mata, kerutan di kelopak matanya menunjukkan ketidaksiapan atas kemungkinan yang akan terjadi padanya.Nathan semakin tersenyum lebar melihat Raynar yang hanya diam tak berkutik. Dia melihat kecemasan bercampur amarah di tatapan Raynar. Nathan ingin melihat, sampai mana reaksi Raynar melihat Arunika terancam, dan ingin melihat sampai mana pria itu mencintai Arunika.Saat telunjuk Nathan hampir menarik sempurna pelatuk senjatanya, ternya
Mobil Raynar berhasil menghadang mobil Nathan yang baru saja akan pergi.Posisi mereka saat melacak Nathan memang sudah dekat dengan lokasi Nathan berada, berbekal titik terakhir koordinat ponsel Arunika.Kedua mobil itu saling berhadapan meski berjarak, Erik memang sengaja tak merapat ke mobil Nathan karena takut akan mengancam keselamatan Arunika jika Nathan merasa terancam dan melakukan sesuatu pada istri atasannya itu.Apalagi Erik dan Tommy melihat Nathan yang menodongkan senjata ke kepala Arunika.“Dia menodongkan senjata pada Arunika, Pak,” ucap Erik sambil melirik bayangan Raynar dari pantulan spion tengah.Raynar mengepalkan telapak tangannya begitu erat. Dia menghubungi nomor Nathan lagi dan langsung dij
“Lepaskan dia.”Nathan tertawa mendengar perintah Raynar.“Lepaskan? Setelah susah payah aku berhasil membawanya dari pengawasanmu, kamu memintaku melepasnya begitu saja?” Nathan menatap Arunika yang diam dengan tatapan tajam ke arahnya. Dia tersenyum tipis melihat kemarahan Arunika.“Kamu yang sengaja menabrak mobil Aru?”Nathan tersenyum kecil mendengar tuduhan Raynar yang memang tepat sasaran.“Kamu pikir itu tak disengaja? Tidak ada sesuatu yang tak sengaja di dunia ini, termasuk semua masalah yang terjadi padamu akhir-akhir ini.”Nathan tak mendengar Raynar bicara. Dia menebak, pria itu pasti sudah tahu.“Aku bisa melakukan apa pun terhadapmu. Jadi lepaskan Aru sebelum semuanya terlambat.”Nathan tersenyum miring mendengar Raynar akhirnya kembali bicara. “Kamu tidak akan pernah bisa memerintahku apalagi menekanku.”“Aku tidak akan pernah melepasmu jika sesuatu terjadi pada Aru.”“Coba saja kalau bisa.”Di mobil Raynar. Ternyata ponsel Raynar terhubung dengan alat penyadap agar b
“Salahkan itu pada suamimu!”“Kamu egois! Kamu mengambinghitamkan orang lain atas kekecewaan dan ketidakpuasanmu! Kenapa kamu tidak menyalahkan ayahmu yang berpikiran sempit!” Emosi Arunika meledak.“Diam! Kamu tidak tahu apa-apa, jadi lebih baik diam saja!” bentak Nathan.Arunika benar-benar geram. Dia melirik ke pintu, lalu mencoba membuka pintu mobil untuk loncat, tetapi pintu itu dikunci otomatis.“Lebih baik kamu duduk diam dengan tenang,” ucap Nathan tanpa ekspresi dan tanpa menoleh pada Arunika. “Kalau kamu mengikuti ucapanku, aku janji tidak akan menyakitimu sama sekali,” ucap Nathan membujuk.Arunika menatap benci pada Nathan, setelah semua yang pria itu lakukan padanya, Nathan masih bicara dengan sangat tenang?“Siapa yang akan percaya padamu?” sanggah Arunika penuh emosi.Arunika melihat Nathan yang hanya diam, lalu dia kembali berkata, “Aku sangat memercayaimu, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu ingin memanfaatkanku saja. Kamu menyebut suamiku iblis, tapi sebenarnya kamulah
Raynar melihat titik koordinat Arunika yang berhenti. Dia mencoba menghubungi Arunika, tetapi alangkah terkejutnya dia saat mendengar suara otomatis yang memberitahukan kalau nomor Arunika tidak aktif.Kecemasan Raynar memuncak berkali-kali lipat, sampai Raynar melihat status yang dibuat Arunika terakhir kali, bunga mawar dengan caption sebuah keinginan.Rasa bersalah merayap di hatinya, andai Raynar tak menyuruh Arunika pulang lebih dulu, saat ini sang istri pasti masih di sampingnya.Raynar mengepalkan telapak tangan erat saat menyadari kalau titik koordinat itu berhenti di tengah jalan raya.“Pacu mobilnya lebih cepat!” perintah Raynar.Erik menginjak pedal gas semakin dalam, membuat mobil yang mereka tumpangi melesat lebih cepat.“Apa mungkin Arunika dibawa Nathan, Pak?” tanya Erik sambil melirik ke kaca spion tengah untuk melihat ekspresi wajah Raynar.“Aku tidak akan memberi ampun padanya jika terjadi sesuatu pada Aru!” geram Raynar dengan emosi yang meledak.**Di mobil Nathan.
“Cari dan tangkap dia!” perintah Raynar sambil memberikan foto yang Raynar pegang pada Tommy–orang kepercayaannya.Tatapannya begitu tajam penuh amarah karena semua kecurigaan tentang Nathan terbukti. Bahkan Raynar semakin emosi setelah mengetahui kalau wartawan yang menyebar berita buruk tentangnya, terbukti pernah bertemu dengan Nathan.Setelah Tommy menerima foto Nathan, ponsel Raynar berdering dan membuatnya langsung mengecek siapa yang menghubungi.Raynar melihat nama sopirnya terpampang di layar. Dia segera menjawab panggilan itu.“Ada apa?” tanya Raynar begitu ponsek menempel di telinga.“Tu-Tuan.” Raynar mengerutkan kening mendengar suara Pak Dodi terbata.“Ada apa? Kenapa ada suara sirine?” tanya Raynar dengan ekspresi wajah begitu tegang.“Tu-Tuan, kami menga-lami kece-lakaan. Saya bera-da di ambulans menuju rumah sa-kit, tapi saya ti-dak tahu Nyonya ada di ma-na. Saya ti-dak me-lihatnya saat pe-rawat menge-vakuasi saya,” ucap Pak Dodi terbata-bata dari seberang panggilan.
Arunika menyentuh kepalanya yang berdenyut perih. Saat merasakan sesuatu yang basah di keningnya, dia baru menyadari kalau keningnya berdarah.“Pak … Pak Dodi,” panggil Arunika mencoba membangunkan sopirnya yang tak sadarkan diri.Arunika semakin menekan kepalanya yang sakit. Dia menoleh ke luar, melihat banyak orang berkerumun menyaksikan kecelakaan yang terjadi.Arunika sangat lemas dan pusing karena masih syok dengan yang terjadi. Saat dia ingin sekali memejamkan mata, tiba-tiba ada yang membuka pintu mobilnya.“Aru.”Arunika menoleh, dia melihat Nathan membungkuk lalu meraih tangannya agar Arunika keluar dari mobil.“Kak Nathan,” lirih Arunika.Nathan membantu Arunika keluar dari mobil, sedangkan yang lainnya membuka pintu bagian depan untuk melihat kondisi Pak Dodi tetapi tidak ada yang berani mengeluarkannya karena satu kaki Pak Dodi terjepit bagian mobil yang ringsek.“Apa kamu baik-baik saja? Mana yang terluka?” tanya Nathan sambil mengeluarkan sapu tangan lalu menyeka darah d